APKESMI Dorong Peran Penting Puskesmas Atasi Kasus Stunting

dr Trisna Setiawan, M.Kes.

Surabaya, Bhirawa
Ketua Umum Akselerasi Puskesmas Indonesia (APKESMI) dr Trisna Setiawan, M.Kes mengingatkan bahwa Puskesmas memegang peran penting dalam pencegahan stunting atau kasus kekerdilan pada anak.

“Puskesmas harus mampu membuat mapping kasus-kasus yang ada di wilayah kerjanya, dilanjutkan dengan rencana aksi penanganan. Sehingga angka penurunan kasusnya akan semakin banyak,” ujarnya dalam keterangan pers yang diterima di Surabaya, Kamis (16/9).

Ia juga mengajak sektor terkait dengan wilayah untuk mendukung skema tersebut dan memiliki pemahaman yang sama mengenai stunting. Salah satu keberhasilan kerja sama lintas sektoral dalam percepatan penanganan stunting terlihat di Kabupaten Malang yang menurunkan prevalensi stunting menjadi 10,9 persen pada Februari 2021.

Sebelumnya, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi stunting di sana adalah 31,74 persen, dan 25,56 persen pada 2019 berdasarkan hasil Studi Status Gizi Balita (SSGBI) 2019.

Sementara itu, Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik FK Unair Dr. dr Nur Aisiyah Widjaja, Sp. A(K) Staf Dep IKA menjelaskan, untuk mencapai target penurunan stunting menjadi 14 persen pada 2024 maka pencegahan perlu dilakukan sebelum anak berusia dua tahun.

?”Dari bayi lahir hingga berusia dua tahun, yang harus diwaspadai adalah apabila terjadi perlambatan kenaikan berat badan atau gagal tumbuh, yang bisa diketahui dari kurva berat dan tinggi badan,” ucapnya.

Menurut dia, bila parameter tersebut masih baik, namun kurvanya menurun maka inilah yang disebut gagal tumbuh.

“Maka saat kondisi ini, penting dilakukan intervensi gizi dengan memberi anak asupan gizi cukup dan dominan protein hewani untuk mencegah anak menjadi stunting,” katanya.

Direktur Executive HIPPG Dr. drg Widya Leksmanawati, SpOrt., MM, mengatakan prioritas penanganan stunting adalah skrining anak-anak yang berpotensi stunting.

“Yang harus kita selamatkan adalah anak-anak yang saat ini sedang menderita gizi kurang, gizi buruk atau anak dengan gagal tumbuh pada anak usia dibawah 24 bulan. Anak-anak inilah yang berisiko mengalami stunting di masa mendatang. Bukan hanya berat badan dan tinggi badan berisiko, tetapi yang lebih penting adalah otak mereka harus diselamatkan,” tuturnya. [tam]

Tags: