Bak Telur Terakhir yang Pecah di Makam WR Soepratman

Salah satu aktor teatrikal dari Karang Taruna Kecamatan Tambaksari setelah keluar dari cangkang telur menuju makam WR Soepratman, Minggu (2/4) kemarin. [gegeh bagus setiadi]

Karang Taruna Tambaksari Ciptakan Gagasan Teatrikal Hanya Satu Jam
Kota Surabaya, Bhirawa
Lagu Indonesia Raya telah melekat di setiap warga Indonesia. Lagu kebangsaan ini tidak bisa dipisahkan dengan Kongres Pemuda Indonesia II pada 26-28 Oktober 1928 di Jakarta. Dalam kongres tersebut, lagu ini kali pertama diperdengarkan di hadapan publik. Pelantunnya adalah Wage Rudolf (WR) Soepratman, seorang komponis sekaligus pencipta lagu kebangsaan itu.
Makam WR Supratman di Jl Kenjeran Surabaya kemarin tampak sepi. Entahlah apakah generasi sekarang mulai melupakan jasa pahlawan ini.  Namun, kehadiran Karang Taruna Kecamatan Tambaksari di area makam seakan membangkitkan kenangan akan jasa pahlawan pencipta lagu kebangsaan ini kembali. Minggu (2/4) kemarin, puluhan pemuda berseragam biru ini berkumpul.
Di areal makam, mereka membaca pesan terakhir WR Soepratman yang tertera di Prasasti Riwayat Hidup WR Soepratman adalah “Nasibkoe soedah begini inilah jang disoekai oleh pemerintah Hindia Belanda. Biarlah saja meninggal saja ikhlas. Saja toch soedah beramal, berdjoeang dengan carakoe, dengan bolakoe, saja jakin Indonesia pasti Merdeka”.
Kedatangan puluhan pemuda ke makam untuk melakukan aksi teatrikal untuk mengenang jasa pahlawan kelahiran 9 Maret 1903 di Jatinegara Jakarta. Tak hanya itu, anggota karang taruna yang mayoritas berusia produktif ini juga menyiapkan konsep hanya dalam hitungan jam di malam hari sebelumnya.
Ada empat orang duduk di bawah patung pahlawan yang dikenal dengan biolanya. Mereka pun masuk dalam sebuah kantong plastik besar berwarna hitam pekat. Penggambaran aksi teatrikal ini diibaratkan karang taruna adalah sebuah telur terakhir di Indonesia.
“Kita adalah telur yang menetas, dan baru menyadari betapa luar biasanya inspirasi yang diberikan WR Soepratman. Kita adalah pemuda yang bangkit dari dunia yang hampir melupakan sejarah,” teriak salah satu pemuda Karang Taruna Kecamatan Tambaksari diselingi suara biola.
Teriakan itu semakin membuat puluhan karang taruna merinding dibuatnya. Lantunan biola yang dihasilkan dari speaker tersebut berhasil membuat kepala tertunduk. “Kita adalah pemuda yang mampu menghargai jasa pahlawan. Kami menolak melupakan sejarah walau dengan langkah yang terseok-seok,” teriaknya lagi.

Tags: