Bakorwil Bojonegoro Gelar Rakor Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Alam Musim Penghujan

Bojonegoro,Bhirawa.
Wilayah kerja Bakorwil Bojonegoro dilintasi oleh 2 (dua) sungai besar, yaitu sungai Brantas dan sungai Bengawan Solo. Sungai Brantas melintasi Kabupaten/Kota Kediri, Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Jombang. Sedangkan Sungai Bengawan Solo melintasi Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik. Yang menjadi permasalahan adalah kedua sungai tersebut memiliki potensi bencana alam banjir pada waktu musim penghujan.

Bakorwil Bojonegoro melaksanakan kegiatan rapat koordinasi (Rakor) kesiapsiagaan menghadapi bencana alam musim penghujan (2021-2022) sewilker Bakorwil Bojonegoro, kemarin (13/12) di ruang rapat mliwis Bakorwil setempat.

Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan BBWS Bengawan Solo, BPBD Daerah Provinsi Jawa Timur, dan BPBD, Dinsos, Dinas PU Binamarga, Dinas Perhubungan Kabupaten/Kota se Wilker Bakorwil Bojonegoro.

Kepala Bakorwil Bojonegoro, Agung Subagyo diwakili Plt Kabid Pemerintahan, Edhi Sigit Satyanto dalam sambutannya menyampaikan, selama periode Januari 2021 sampai dengan bulan Nopember 2021, kejadian bencana alam khususnya bencana banjir di Kabupaten/Kota wilayah kerja Bakorwil Bojonegoro yang cukup segnifikan antara lain.

Terjadi banjir band desa Ngadirejo rengel yang menghubungkan Desa Semambung Kanor Bojonegoro. ang di Desa Jati Blimbing dan Graseh Kecamatan Dander, Perahu tenggelam yang terjadi di

Kemudian angin putting beliung yang terjadi di Desa Klutuk Kecamatan Tambakboyo, Kabupaten Tuban, Banjir luapan Bengawan Jero yang menggenangi 7 kecamatan di Kabupaten Lamongan, Banjir Luapan kali Lamong di Gresik

“ Selanjutnya angin puting beliung yang terjadi di Desa Seloliman, Kecamatan Trawasdi Kabupaten Mojokerto, dan tanah longsor di Dusun Selopuro, Desa Ngetos Kecamatan Ngetos Kabupaten Nganjuk,” jelasnya.

Untuk antisipasi terjadi banjir, kami harap BPBD kabupaten/kota harus mengoptimalkan posko dan mensosialisasikan kepada masyarakat dalam penanganan banjir. Dimana penanggulangan bencana banjir melibatkan berbagai lapisan pemangku kepentingan dan membutuhkan tindakan individual atau kolektif terpadu.

” Agar efektif dan efisien, kegiatan penanggulangan bencana ini dilaksanakan secara bersama, kerjasama, saling melengkapi oleh berbagai institusi organisasi, level Pemerintahan sesuai tupoksi masing-masing,” tandasnya.

Penyelenggaraan rapat ini dengan maksud untuk membangun koordinasi dan komunikasi yang efektif antar berbagai pemangku kepentingan yaitu Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Kabupaten/Kota, Instansi/Lembaga Vertikal di Daerah, BBWS Bengawan Solo, dan Pihak Lain yang terkait.

“ Guna mewujudkan program kegiatan terpadu dalam penanggulangan bencana banjir secara cepat, efektip dan efisien, sehingga mampu meminimalisir dampaknya,” ujarnya.

Sementara, Kasi Pencegahan BPBD Provinsi Jatim, Dadang Iqwandi mengatakan, sebagaiman mana disampaikan oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati akan ada potensi La Nina yang membuat intensitas curah hujan cukup tinggi, yakni antara 20-70 persen, sehingga bisa menimbulkan banjir di beberapa daerah di Jawa Timur, dan BMKG telah memberikan sinyal bahwa diprediksi ada La Nina mulai bulan Nopember 2021 hingga Februari 2022 nanti.

Maka dari itu baik dari sisi pemerintah termasuk disisi masyarakat itu perlu ditingkatkan kesiapsiagaannya.

“ Pemerintah mejalankan apa yang menjadi tusinya, maka disisi masyarakat juga harus meningkatkan kesiapsiagaannya,” ujarnya saat di Bojonegoro.

Ia menghimbau kepada masyarakat membantu pemerintah untuk tidak membuang sampah disungai, tidak menebang hutan secara liar, agar terbebas dari bencana alam dimusim penghujan. Untuk Bojonegoro aliran sungai bengawan solo yang memang kalau kita survey banyak tanggul- tanggul rusak dan itu kewenagan BBWS dan kewenangan pemerintah pusat. [bas]

Tags: