Dorong Listrik Masuk Sawah

Menjaga ketersediaan pangan dengan terus mengacu hasil produktivitas hasil pertanian hampir menjadi perhatian semua negara di dunia, tanpa terkecuali Indonesia. Terlebih seiring dengan terus meningkatkan kebutuhan pangan dalam negeri dan semakin menyempitnya lahan pertanian, minimnya regenerasi petani, maka modernisasi pertanian sangat urgen terperhatikan. Jika tidak, produksi komoditas akan terus turun. Berbagai inovasipun meski dilakukan termasuk menghadirkan modernisasi.

Salah satunya, bisa melalui program Listrik Masuk Sawah (LMS). Dengan begitu, aliran listrik bisa masuk persawahan. Hal itu, penting terperhatikan karena modernisasi alat dan mesin pertanian membutuhkan energi yang efektif dan efisien. Sifat tersebut dapat diperoleh dari energi listrik karena energi listrik juga lebih murah dan mudah sehingga cocok untuk mekanisasi pertanian. Realitas tersebut sejatinya sesuai arahan Menteri Pertanian, yang telah mengembangkan LMS dan beberapa daerah menyebut program Gerakkan listrik masuk sawah (Gelisah).

Salah satu contoh program listrik masuk sawah adalah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur yang dikembangkan dengan sumur submersible lebih dari 17.000 unit dari swadaya petani dan bantuan untuk mengairi lahan kering tadah hujan sehingga bisa bertanam padi 3 kali setahun (IP300). Lanjut, program serupa dilakukan di Kabupaten Sragen, lebih dari 23.000 sumur submesible guna memompa air dari dalam tanah untuk mengairi lahan tadah hujan sehingga indeks pertanaman (IP) bisa ditingkatkan hingga IP300 bahkan IP400 lebih dari ribuan hektar. Setiap titik sumur submersible bisa melayani 2-30 hektar dengan biaya dari 8 juta hingga 150 juta rupiah tergantung jenis ukuran pipa dan pompa, kedalaman sumur,(Republika,16/4/2024).

Itu artinya, listrik masuk sawah bisa digunakan untuk menggerakan mesin pompa air, alat olah lahan, mesin pembuatan kompos, alat panen dan pasca panen, juga lampu perangkap hama dan lainnya. Terkecuali digunakan untuk kawat listrik jebakan tikus sawah, karena hal itu sangat berbahaya. Sehingga, dari situ terlihat jelas bahwa untuk modernisasi alsintan (alat dan mesin pertanian) diperlukan energi yang efektif dan efisien. Oleh sebab itu, sudah saatnya percepatan listrik masuk persawahan meski gencar dilakukan.

Gumoyo Mumpuni Ningsih
Dosen Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang.

Rate this article!
Tags: