Hadapi Banjir, Kab Bojonegoro Siaga Kuning

Banjir Jombang_Camat Tembelang bersama perangkat desa dan Kapolsek memantau daerah Pesantren yang terendam banjir. [ramadlan/bhirawa] 

Banjir Jombang_Camat Tembelang bersama perangkat desa dan Kapolsek memantau daerah Pesantren yang terendam banjir. [ramadlan/bhirawa]

(Tujuh Kecamatan di Jombang Masuk Kawasan Siaga Banjir dan Longsor)
Bojonegoro, Bhirawa
Meluapnya Sungai Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro, membuat Badan Penaggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bojonegoro menetapkan status siaga dua, atau siaga kuning. Hal tersebut berdasarkan pantauan tinggi permukaan air di Taman Bengawan Solo, Kecamatan Kota Bojonegoro, pada pukul 15.00 WIB mencapai14,81 phiescal.
Tingginya muka air Bengawan Solo membuat 2.593 rumah yang tergenang, seperti Kecamatan Kalitidu, Dander, Bojonegoro, Trucuk, Balen maupun Kecamatan Bourno. Rata – rata air merendam pemukiman warga dengan ketinggian mencapai 50 sampai satu meter. Meskipun demikian, warga di daerah ini masih tetap memilih tinggal di rumah mereka masing – masing. Mereka baru akan pindah ke tempat yang lebih aman, jika status Bengawan Solo mencapai siaga merah atau siaga tiga.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bojonegoro, Andi Sudjarwo menyebutkan tinggi muka air Bengawan Solo di daerah hulu kini sudah menunjukan tren turun, tapi masih siaga dengan ketinggian 14,81 meter, pukul 15.00 WIB. “Ketinggian air Bengawan Solo di Bojonegoro tertinggi 14.92 meter (siaga kuning), kemudian mulai turun sejak pukul 24.00 WIB,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bojonegoro, Andi Sudjarwo, Minggu (27/11).
Begitu pula, lanjut dia, ketinggian air Bengawan Solo di Ndungus, Ngawi, juga turun, namun statusnya masih siaga kuning dengan ketinggian 7,45 meter pukul 15.00 WIB. “Penurunan ketinggian air Bengawan Solo di hilir Jawa Timur lambat karena dipengaruhi anak sungainya yang juga penuh air,” katanya menegaskan.
Dengan kondisi sekarang ini, kata dia, air Bengawan Solo di hilir Jawa Timur, akan terus turun sepanjang tidak ada tambahan air hujan dari daerah hulu. “Tapi kondisi seperti sekarang ini cukup rawan, sebab surutnya Bengawan Solo lambat. Kalau sewaktu-waktu terjadi hujan deras di daerah hulu bisa menimbulkan banjir besar,” tuturnya.
Andik Sudjarwo menambahkan ketinggian air Bengawan Solo di daerahnya di wilayah barat mulai surut, tapi di wilayah timur masih naik. “Naiknya air Bengawan Solo mengakibatkan tanggul anak sungai di Kecamatan Kanor dan Baureno, di dua lokasi jebol,” jelas dia.
Dijelaskan, ada 2.593 rumah di Kecamatan Kota Bojonegoro, dengan rincian yakni di Ledok Wetan 235 rumah, Ledok Kulon 172, Jetak 11, Banjarejo 48, Mulyoagung 12, Kalirejo 72 dan Klangon 18 rumah. Sedangkan di Desa Ngablak Kecamatan Dander ada 1.723 rumah tergenang, Desa Mulyoagung Kecamatan Balen ada 15 dan Desa Bogo Kecamatan Kapas ada 84. Sementara itu di Kecamatan Kalitidu ada di Desa Mojo 162, Leran 21 dan Panjunan 20. “Banjir juga merendam beberapa rumah. Masyarakat harus tetap waspada,” katanya.
Bupati Bojonegoro, Suyoto, menyampaikan kepada warga bahwa saat ini banjir sudah didepan mata, kenaikan TMA Sungai Bengawan Solo demikian sangat cepat karena hujan yang terjadi di daerah hulu. Belum lagi hujan lokal yang terjadi membuat TMA kita juga meningkat. “Oleh karenanya diimbau agar seluruh warga masyarakat yang terdampak mulai mempersiapkan diri, antara lain mulai menyelamatkan harta benda mereka, memastikan keamanan anak anak dan keluarga mereka,” ujarnya.
Tujuh Kecamatan
Sementara itu, banjir juga melanda beberapa wilayah di Jombang, tercatat sebanyak tujuh kecamatan rawan dan siaga banjir. Bahkan dua kecamatan kemarin, ketinggian air akibat curah hujan yang cukup tinggi merendam puluhan rumah warga hingga 50 centimeter lebih.
Hal ini seperti yang terlihat di Desa Pesantren Kecamatan Tembelang Jombang, kucuran hujan deras mengakibatkan air sungai yang melintas di daerah itu meluber. Nampak lapangan desa terlihat seperti kolam. Bahkan luapan air hingga masuk pemukiman penduduk. “Hujan memang cukup lebat, hingga pagi sejak sore air sudah melup dan memasuki rumah,” ujar Aisyah warga setempat ditemui di depan rumah.
Akibat luapan air sungai, warga sepanjang Sungai Konto Tembelang juga merasa was wasa, karena air sudah setinggi tanggul sungai. Bahkan bebera titik air sungai yang lebarnya mencapai 40 meter ini sudah merembes melewati tanggul. “Kalau curah hujan deras, sering airnya meluber. Ini ada beberpa titik yang harus ditambal dengan karung pasir. Karena air sudah mulai melup,” ujar Wahyudi warga Desa Tembelang menuturkan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang,Nur Huda mencatat sebanyak tujuh kecamatan yang berada dikabupaten tersebut masuk dalam siaga bencana alam banjir dan tanah longsor. Tujuh kecamatan yang masuk dalam siaga bencana alam meliputi Kecamatan Wonosalam, Bareng, Mojowarno, Mojoagung, Sumobito, Jombang dan juga Tembelang.
“Untuk Kecamatan Wonosalam dan Bareng masuk dalam status siaga bencana tanah longsor, mengingat kawasan tersebut terletak di lereng Gunung Arjuna. Selain itu juga ditemukan dua retakan tanah di Gunung arjuna yang berpotensi longsor,” ujar Kepala BPBD Kabupaten Jombang, Nur Huda. Minggu (27/11).
Sedangkan untuk kawasan siaga banjir, Nur Huda merinci ada empat Kecamatan Mojowarno, Mojoagung, Sumobito dan Jombang dan juga Tembelang tergolong masuk dalam kawasan siaga banjir. “Di Kecamatan Mojowarno ada beberapa desa yang masuk diantaranya, Desa Mojowarno, Mojojejer, Selorejo, Catakgayam. Untuk kecamatan Mojoagung, Desa Kademangan, Gambiran serta Janti,” jelasnya. [bas,rur]

Tags: