Harga Sayur Mayur Meroket, Pelaku Kuliner Kota Batu Terancam Merugi

Foto: Keberadaan jasa kuliner menjadi salah satu daya tarik bagi sebuah Kota Wisata seperti Batu.

Kota Batu,Bhirawa.
Keberadaan aneka kuliner yang menarik menjadi salah satu daya tarik bagi Batu sebagai Kota Wisata. Namun eksistensi pelaku usaha kuliner saat ini terganggu akibat bahan kebutuhan kulinernya tidak bisa tercukupi. Saat ini harga sayur- mayur di Kota Batu mengalami kenaikan bahkan angkanya dinilai tidak wajar.

Di antara pelaku kuliner yang terdampak adalah penyedia layanan makanan prasmanan atau biasa disebut catering. Saat ini mereka mengeluhkan kenaikan harga sayur mayur yang bisa menambah angka pengeluaran dalam menjalankan usaha kulinernya. Untuk itu mereka harus berpikir dan berinivasi agar usaha yang dijalankan tidak sampai merugi.

Keluhan kenaikan harga sayur mayur ini disampaikan langsung Ketua Pengusaha Catering Pariwisata (PCP) Kota Batu, Robey Firmansyah. “Baru saja dihantam harga beras yang naik, saat ini ditambah lagi harga sayur mayur yang semakin tidak terjangkau,” ujarnya, Kamis (2/5).

Ia mencontohkan salah satu kenaikan yang terjadi ada pada jagung . Sayuran ini yang semula harganya berkisar Rp70.000 per kg kini sudah naik tinggi menjadi Rp115.000 per kg.

“Padahal itu saya belinya kulakan di pedagang di pasar sayur Karangploso dalam jumlah besar. Kok bisa naiknya sampai hampir Rp50.000,” keluh Robby. Tidak hanya jagung, sawi daging pun saat ini juga melonjak hingga Rp.10.000 perikatnya.

Kenaikan ini, kata Robby, sangat tidak menguntungkannya. Karena ia sudah terlanjur harus menyediakan menu yang sesuai dengan permintaan tamu. Robbypun terpaksa harus tetap membeli sayuran tersebut dengan harga yang ada.

Untuk kenaikan lainnya, harga kembang kol yg biasanya Rp.7000 per kg, sekarang Rp15.000 – Rp20.000 per kg. Kemudian untuk wortel dari Rp5.500 per kg sekarang jadi Rp.7500 per kg.

Kenaikan ini , lanjut Robby, jelas membuat dirinya heran. Bagaimana tidak, karena Kota Batu dan Kabupaten Malang merupakan Daerah penghasil sayur-mayur. Namun mengapa harga di pasaran dirasakan semakin tidak terjangkau masyarakat.

Robby mengkhawatirkan adanya permainan harga yang membuat komoditi sayur-mayur bisa naik setinggi itu. “Kami juga tidak mungkin harus datang ke petani langsung di kebunnya untuk beli sayur biar dapat harga yang murah,” tambahnya.

Ia yakin kondisi harga sayur-mayur yang tinggi itu tidak hanya dirasakan oleh pengusaha catering dan warung makan saja. Namun itu juga dirasakan oleh ibu rumah tangga. Iapun berharap agar harga sayur mayur bisa kembali stabil sehingga tidak menyusahkan pelaku wisata Kota Batu khusus di bidang jasa kuliner wisata.

Kuliner sebagai salah satu sektor terpenting dalam kebutuhan masyarakat pada umumnya dan wisatawan pada khususnya, mencoba berbagai cara agar harga jual makanan tidak ikut naik. “Kami berharap pemerintah tidak hanya punya kebijakan seperti operasi pasar untuk sembako beras saja, tapi bisa juga untuk sayur-mayur seperti ini,” tandas Robby.(nas)

Tags: