Hujan Mulai Mengguyur

foto ilustrasi

Hujan sudah mulai mengguyur deras di berbagai daerah, termasuk di sebagian Jawa Timur. Terasa musim hujan, datang lebih awal. Sebagian daerah utara Indonesia sudah mengalami banjir. Walau belum merata, hujan masih menjadi pengharapan dimulainya musim tanam. Namun beberapa kawasan juga terancam bencana hidro-meteorolologi (dampak hujan). Disebabkan daya dukung lingkungan makin menyusut, tidak mampu meresapkan air.

Musim kemarau terasa belum utuh, tetapi hujan telah turun hampir merata Berdasar penjejakan BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), terdapat 49 kawasan zona musim (ZOM) mengawali musim hujan pada bulan September. Terutama kawasan utara khatulistiwa. Antara lain Sumatera bagian tengah, dan sebagian Kalimantan. Sisanya, sebanyak 293 ZOM akan menyusul musim hujan pada akhir Okober, dan November. Berpuncak pada bulan Desember.

Pemerintah (dan daerah) seyogianya telah siaga dengan mapping dan rencana aksi penanggulangan dampak hujan ekstrem. Banjir bisa datang tiba-tiba pada saat seluruh keluarga terlelap tidur. Seperti terjadi di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), bulan April 2021 lalu. Korban meninggal tercatat sebanyak 67 jiwa. Daerah sekitar, kabupaten Lembata, tercatat 28 korban jiwa. Serta di kabupaten Alor sebanyak 21 jiwa. Propinsi NTT darurat bencana hujan dan longsor.

Bencana alam hidro-meteorolologi (dampak hujan) ekstrem masih mendominasi catatan ke-bencana-an. Berdasar data BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), selama tahun 2020, telah terjadi 2.930 kali bencana di seluruh Indonesia. Sebanyak 2.010 (68,6%) diantaranya kategori bencana hidro-meteorologi. Khusus di NTT, terdapat bencana tambahan yang cukup besar, berupa gelombang tinggi, dan abrasi. Juga bencana gempa bumi, dan erupsi vulkanik.

Namun sebenarnya tiada bencana dating tiba-tiba. Selalu terdapat early warning systems alamiyah yang di-dengung-kan lingkungan, tapi terabaikan. Areal gundul di perbukitan seharusnya dianggap sebagai tanda awal potensi bencana. Sehingga seluruh pemerintah daerah secara rutin meng-audit lingkungan teritorialnya. BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) patut siaga berdasar mapping kebencanaan (pengalaman) tahun sebelumnya.

Bencana hidro-meteorologi bukan hanya banjir bandang. Melainkan juga tanah longsor di area perbukitan, serta tanah ambles di area dataran. Sudah banyak jalan negara, dan jalan milik propinsi juga ambles. Juga jalan tol, seperti terjadi pada ruas Cipali KM 122,400. Serta tol ruas Dupak KM 6,200 (Surabaya), ambles. Pertanda daya dukung lingkungan sekitar jalan tol juga makin menyusut. Pohon tegakan tinggi sebagai “pagar hidup” kurang memadai, sangat dekat dengan persawahan.

Pengelola jalan tol perlu meng-gencarkan audit ke-sipil-an, mencermati lingkungan sekitar bentang tol. Kementerian Pekerjaan Umum, dan Pemerintah Daerah, (urusan ke-Bina Marga-an) juga perlu mencermati daya dukung lingkungan sekitar jalan. Terutama kawasan bertebing, dan kaki jembatan. Lebih dari sepuluh bentang jembatan telah runtuh, pondasinya terjegal arus sungai. Tak terkecuali jembatan yang menopang rel kereta-api juga ambruk (di Brebes).

Dinas Sumber Daya Air juga patut meningkatkan kinerja reaksi cepat memperbaiki plengseng sungai. Debit air sungai nampak melimpah, terutama sungai milik (tanggungjawab) negara. Antara lain Bengawan Solo, dan Kali Brantas, sering meluap. Audit lingkungan diamanatkan UU Nomor 32 tahun 2009 tentang PPLH (Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup).

UU PPLH pasal 1 angka ke-28 menyatakan: “Audit lingkungan hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai ketaatan penanggung jawab usaha … terhadap persyaratan hukum dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.” Lingkungan hidup yang baik menjadi hak asasi yang dijamin konstitusi. Masyarakat juga wajib menjaga lingkungan, setidaknya tidk membuang sampah di sungai.

——— 000 ———

Rate this article!
Hujan Mulai Mengguyur,5 / 5 ( 1votes )
Tags: