KDU Triwulan II Tertahan, Optimisme Berlanjut pada Triwulan III – 2022

Deputi Kepala Perwakilan BI Malang, Cicilia Melly A.H.

Kota Malang, Bhirawa.
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) periode publikasi triwulanan II mengindikasikan kinerja kegiatan usaha pada triwulan II – 2022 tertahan. Namun diperkirakan KDU akan kembali meningkat pada triwulan III – 2022.

Menurut Deputi Kepala Perwakilan BI Malang, Cicilia Melly, Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 35,08% meningkat dibandingkan SBT -10,16% pada triwulan II – 2022 dan SBT -6,25% pada triwulan III – 2021.

Cicilia menjelaskan, kinerja kegiatan usaha triwulan II-2022 yang tertahan SBT sebesar -10,16%, menurun dari SBT 6,93% pada triwulan I – 2022. Tertahannya kinerja kegiatan dunia usaha pada triwulan II – 2022 terindikasi terutama pada sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, Perdagangan Besar dan Eceran, serta Transportasi dan Pergudangan.

Sejalan dengan KDU kapasitas produksi terpakai dan rentabilitas atau kemampuan perusahaan untuk mencetak laba pada triwulan II-2022 tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, kondisi keuangan dari aspek likuiditas dan akses kredit masih cukup baik dengan akses terhadap kredit perbankan yang relatif normal.

”Tertahannya KDU sejalan dengan tingginya inflasi berbagai negara maju dan domestik yang mempengaruhi permintaan ekspor dan domestik,” katanya

Cicilia menegaskan, Inflasi berbagai negara mitra dagang seperti AS dan Eropa tercatat tertinggi sejak beberapa tahun terakhir. Inflasi Juni 2022 nasional dan berbagai kota IHK tercatat di atas target inflasi yakni 3±1%.

Inflasi nasional pada bulan Juni 2022 mencapai 4,35% (yoy) dan merupakan yang tertinggi sejak Juni 2017. Sementara inflasi di Kota Malang dan Kota Probolinggo yang menjadi wilayah kerja BI Malang masing-masing tercatat sebesar 5,30% (yoy) dan 4,60% (yoy).

”Berdasarkan sektor ekonomi, penurunan kegiatan usaha terjadi pada sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (SBT -9,02%), Perdagangan Besar dan Eceran (SBT -1,24%), Transportasi dan Pergudangan (SBT -0,06%). Peningkatan harga pakan dan harga pupuk menjadi faktor penghambat kinerja sektor Pertanian. Harga pupuk meningkat sejak 2021 sebagai dampak meningkatnya harga bahan bakar, gangguan cuaca, serta berlanjut di 2022 akibat pengaruh tak langsung dari konflik Rusia-Ukraina,” paparnya.

Tiongkok sebagai pemasok sumber Urea juga melakukan pembatasan ekspor hingga Juli 2022. Selain itu, kualitas dan produktivitas komoditas holtikultura khususnya cabai rawit dan bawang putih menurun pada triwulan II – 2022 akibat kemarau basah. Faktor penghambat kinerja lain diantaranya menurunnya produk turunan sapi akibat wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang ternak sapi.

Penurunan kinerja sektor Perdagangan Besar dan Eceran sejalan dengan menurunnya konsumsi masyarakat akibat tingginya inflasi yang menurunkan daya beli dan permintaan. Kenaikan tarif listrik 3.500 VA ke atas turut mempengaruhi penurunan konsumsi masyarakat. Selain itu, penurunan penjualan produk otomotif akibat waktu indent yang cukup lama turut menahan kinerja sektor Perdagangan Besar dan Eceran.

”Pemberlakuan PPN 11% dan berhentinya PPN BM mobil turut menahan kinerja Perdagangan. Penurunan kinerja sektor Transportasi dan Pergudangan sejalan dengan kenaikan harga BBM khususnya Pertamax per 1 April 2022 yang meningkatkan biaya distribusi dan kenaikan harga avtur yang mendorong kenaikan harga tiket transportasi udara,” tandasnya. [mut.fen]

Tags: