Kisah yang Mengajarkan Tentang Kesabaran dan Keikhlasan

Judul : Suluh Rindu 2 (Dwilogi Pembangun Jiwa)
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Republika
Cetakan : Kedua, Agustus 2022
Tebal : iv + 594 halaman
ISBN : 978-623-279-150-3
Peresensi : Ratnani Latifah. Penulis asal Jepara.
“Ikhlas adalah obat untuk segala kesedihan dan kekecewaan.” (hal 362)

Setelah Suluh Rindu 1 yang menggetarkan hati, Kang Abik kembali menyapa pembaca setianya dengan Suluh Rindu 2 yang akan membuat hati pembaca semakin hangat dan mendebarkan. Karena pada bagian kedua ini, akan semakin banyak masalah yang dihadapi para tokohnya dan semakin banyak kejutan tidak terduga yang dihadirkan oleh Kang Abik. Sehingga kisah ini akan membuat kita ikut larut dalam jalinan cerita yang mendebarkan hati.

Untuk tokoh cerita, kita masih diajak melihat dan menyaksikan bagaimana kehidupan Ridho setelah menyelesaikan pendidikannya. Ia pemuda bersahaja yang memilih mendedikasikan dirinya untuk menjadi pemungut ilmu. Ia juga memiliki cita-cita mulia untuk membangun pesantren di tanah kelahirannya, untuk mencetak generasi yang cinta ilmu dan Al-Quran.

Selain Ridho, ada pula Syifa adik dua pupu yang selama ini menjadi tanggung jawabnya. Ridho telah memberikan fasilitas terbaik bagi adiknya itu untuk belajar dan bahkan kini telah menjadi seorang hafidzah. Ternyata keberhasilan Ridho dalam membangun pesantren dan mendidik adiknya bukan akhir dari perjuangan yang selama ini telah ia lakukan. Sebaliknya, dari sanalah kisah hidup mereka diuji.

Ujian pertama bernama cinta. Bagaimana Ridho harus memacu waktu untuk menemukan tambatan hati dan memilih pendamping terbaik untuk menjadi ibu nyai di pesantren yang ia bangun. Nyatanya proses itu tidak mudah dan bahkan penuh drama. Apalagi diam-diam Syifa ternyata menyimpan asa kepada kakaknya itu. Apakah itu layak? Tidak hanya Ridho, Syifa juga mengalami dilema hebat. Tanpa tahu nasab, bibit, bebet dan bobot, sang nenek menjodohkan dirinya dengan seseorang yang sama sekali belum pernah ia kenal.

Ujian kedua bernama harta. Nenek Syifa begitu silau dengan harta, sehingga ia tega memaksa cucunya untuk menikahi seseorang yang bahkan bagi cucunya sangat asing. Padahal kala itu Syifa telah lebih dahulu dilamar oleh ahli quran dan dari keluarga yang sudah diketahui nasabnya dengan baik. Namun sang nenek dengan mudahnya menolak lamaran itu demi harta benda.

Ujian Ketiga bernama kesabaran. Bagi Syifa dijodohkan dengan orang yang tidak sesuai kriterianya itu sudah cobaan yang berat. Apalagi ketika melihat Ridho, orang yang paling ia kasihi akhirnya menemukan tambatan hati yang semakin membuat Syifa nelangsa. Namun ia harus tetap sabar dan ikhlas. Begitu pula Ridho yang harus belajar bersabar lebih panjang, karena tidak dapat menolong adik kesayangannya hingga harus terjebak dalam situasi yang tidak menyenangkan itu.

Itu baru beberapa ujian yang dapat kita temukan dalam novel ini, masih banyak ujian lain yang akan ditemui para tokohnya, termasuk Lina, kakak satu ayah Syifa dengan keluarganya. Lalu Yunus ustadz kepercayan Ridho dan banyak lagi. Dan ujian paling mengagetkan adalah tentang kematian. Bagaimana Ridho, Syifa menghadapi takdir Allah yang begitu tidak terduga. Semua akan kita temukan dalam buku ini. Apa yang akan dilakukan Ridho dan Syifa ketika mendapati hidup ternyata tidak selalu berjalan mulus.

Novel setebal 594 ini akan membuat kita belajar banyak hal tentang bagaiamana menyikapi hidup yang tidak akan pernah lepas dari masalah. Kemudian tidak kalah menarik yang membuat saya senang ketika membaca novel ini adalah bagaimana penulis mencoba mengajak kita para pembaca untuk selalu rindu dan cinta ilmu, serta rindu dan ingin menjadi ahli Quran.

“Hanya dengan takwa cinta dan kasih sayang akan abadi dan membuahkan ridha ilahi di akhirat nanti.” (hal 361)

Secara keseluruhan novel ini dapat menjadi penyejuk hati, motivasi dan inspirasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Kita diajak menjadi pribadi yang lebih sabar, ikhlas dan berserah pada Allah. Meskipun sulit tetapi mau berusaha. “Seringkali obat itu memang pahit tetapi mendatangkan kesembuhan.” (hal 460).

Srobyong, 13 Juni 2023

———– *** ————-

Tags: