Kurangi Sampah Minyak Jelantah, Mahasiswa Untag Surabaya Edukasi Pedagang Gorengan

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Nabila Rifdah Syifa saat mengedukasi pedagang gorengan di daerah Menur Surabaya

Surabaya, Bhirawa
Bank Sampah Induk Surabaya (BSIS) melakukan program “Bebas Minyak goreng bekas (jelantah).” Program yang dilaksanakan pada bulan Ramadan lalu bertujuan mengurangi sampah minyak jelantah dengan menyasar pada masyarakat terutama pedagang yang menggunakan minyak goreng.

Pada program ini BSIS bekerjasama dengan mahasiswa magang program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya untuk melakukan promosi terkait program tersebut.

Promosi yang dilakukan oleh mahasiswa magang berupa pembuatan poster, konten di media sosial dan datang langsung ke pedagang gorengan.

“Kami mahasiswa MBKM melakukan sosialisasi kepada beberapa pedagang penjual di sekitar rumah atau jalan, terutama dagangannya yang menggunakan minyak goreng,” kata Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Nabila Rifdah Syifa.

Menurut Nabila, adanya sosialisasi secara langsung dapat mengetahui betapa banyaknya minyak jelantah yang dibuang begitu saja. Sosialisasi dilakukan terutama daerah Menur dan sekitarnya mengingat di daerah itu banyak penjual gorengan.

“Sosialisasi bebas jelantah cukup efektif untuk mengurangi orang-orang membuang minyak jelantah sembarang dan meningkatkan tonase minyak jelantah yang ada di Bank Sampah Induk Surabaya,” tambah Nabila.

Saat melakukan sosialisasi jelas Nabila, menyarankan kepada penjual yang menggunakan minyak goreng agar bekas minyak goreng tersebut dijual di pihak yang menerima minyak jelantah terutama di Bank Sampah Induk Surabaya ini menerima minyak jelantah yang dijual sekitar 6.500/kg. Dengan menjual, akan mendapat keuntungan yaitu mendapat uang dari sisa minyak goreng.

“Selama Ramadan harga jual minyak jelantah dinaikkan lagi menjadi 8.500/kg , jadi dengan adanya kenaikan harga jual bisa masyarakat tertarik untuk menyetorkan minyak jelantahnya,” jelasnya lagi sambil tersenyum.

Pembimbing magang di BSIS Rizana Hasna menambahkan bahwa dengan adanya sosialisasi bebas jelantah para pedagang selain tidak perlu bingung untuk menyalurkan minyak jelantahnya, dan juga mendapatkan uang.

“Dengan adanya konten-konten yang kami buat baik di tiktok dan instagram semakin menarik orang-orang untuk berlomba-lomba menyetorkan sampah minyak jelantah mereka dan menjadi nasabah baru,” ujar Rizana lagi.

Minyak jelantah ini banyak manfaat terutama penggunaan bahan baku biodiesel. Selain itu minyak jelantah bisa membikin lilin dan sabun. Dengan adanya diolah kembali pencemaran tanah akan berkurang dan tidak ada menyumbatan pori-pri tanah. Dan lebih aware tentang bahaya membuang minyak jelantah bagi lingkungan. [why]

Tags: