Membaca Peta Jalan Industri Kedirgantaraan

Oleh :
Wahyu Kuncoro
Wartawan Harian Bhirawa

Industri penerbangan dan dirgantara Indonesia memiliki prospek yang cerah dengan melihat kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan memiliki lebih dari 17 ribu pulau membentang lebih dari lima ribu kilometer dari timur ke barat. Transportasi udara akan menjadi tulang punggung transportasi dan konektivitas nasional, serta penggerak utama perekonomian Indonesia.
Data dari Kementerian Perhubungan (2022) menunjukkan jumlah penumpang udara di Indonesia tumbuh 30% dari tahun ke tahun, dan dalam beberapa rahun ke depan menjadi 140 juta, sehingga Indonesia diperkirakan menjadi pasar transportasi udara terbesar keenam di dunia pada tahun 2034.
Secara umum, industri penerbangan nasional terdiri dari industri pembuatan pesawat dan komponen, industri Maintenance Repair and Overhaul (MRO), dan industri pembuatan drone. Saat ini, Indonesia memiliki sekitar 31 perusahaan MRO yang mendukung industri pesawat terbang dan bisnis penerbangan. Perusahaan-perusahaan tersebut telah memiliki 145 sertifikat Aircraft Maintenance Organization (AMO) yang dikeluarkan oleh Indonesian Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA).
Nilai MRO domestik pada 2022 diproyeksikan mencapai USD1,7 miliar, sedangkan nilai bisnis MRO global mencapai USD93,5 miliar. Persaingan bisnis MRO global ke depan semakin ketat. Oleh karena itu, mendorong MRO dalam negeri untuk berkolaborasi dengan mitra asing untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya.
Sejalan dengan transformasi digital di berbagai aspek perekonomian, pemerintah bersama Asosiasi Sistem dan Teknologi Tanpa Awak (ASTTA) tengah mendukung pengembangan industri drone. Industri drone dalam negeri saat ini mampu mengembangkan dan memproduksi drone untuk berbagai keperluan seperti pengawasan, perkebunan, dan militer. Penguasaan teknologi ini menjadi keharusan untuk menjaga kedaulatan negara dan mendukung visi pemerintah di Indonesia 4.0.
Industri penerbangan tanah air secara perlahan telah mampu mengaktifkan kembali pesawat yang sebelumnya grounded, akibat operasionalnya sempat terhenti karena terimbas Covid-19. Namun upaya tersebut tidak bisa berlangsung secara instan, sehingga menyulitkan operator Indonesia untuk menambah kapasitasnya di saat permintaan pelayanan rute penerbangan terus naik setelah Covid-19 mereda dan penerbangan kembali banyak dibuka.
Pemerintah Indonesia melalui Masterplan Pengembangan Industri Nasional 2015 – 2035 telah menetapkan industri pesawat terbang menjadi salah satu industri prioritas nasional dengan fokus pengembangan pesawat baling-baling, industri komponen, dan industri MRO.
Berbagai kebijakan telah dikeluarkan untuk mendukung pengembangan industri ini, seperti insentif fiskal seperti tax holiday, tax allowance, investment allowance, super tax deduction, dan pembebasan bea masuk serta dukungan nonfiskal berupa pembiayaan pemerintah bagi pelaku usaha ekspor dan preferensi produk lokal dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah sesuai dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

Urgensi Peta Jalan Industri Kedirgantaraan
Besarnya potensi kebutuhan pesawat terbang dalam negeri perlu dimanfaatkan sebagai base load untuk membangun kemampuan dan kemandirian industri kedirgantaraan nasional melalui pendekatan yang menyeluruh dan terpadu. Melihat prospek cerah di atas, dan sebagai upaya untuk menciptakan industri yang tangguh dan berdaya saing global, Kementerian PPN/ Bappenas November 2022 lalu, meluncurkan dokumen Peta Jalan Pengembangan Ekosistem Industri Kedirgantaraan 2022-2045 dalam Indonesia Development Forum (IDF) 2022.
Peta jalan industri kedirgantaraan dibutuhkan untuk menciptakan industri yang tangguh dan berdaya saing menuju Indonesia emas 2045. Dalam dokumen ini memuat berbagai target yang ingin dicapai oleh industri kedirgantaraan Tanah Air pada tahun 2045 nanti, diantaranya, Indonesia menargetkan menjadi produsen pesawat tipe Turboprop berkapasitas kurang dari 100 kursi dengan teknologi terkini, menjadi produsen Large Cargo Drone berkapasitas 2 ton, menjadi produsen utama flight simulator.
Selanjutnya, pada 2045, Indonesia menargetkan nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) komponen pesawat terbang meningkat dua kali lipat, menjadi bagian dari Tier 1 Aerostructure Global, meningkatkan market share hingga 2 persen dari rantai pasok global industri komponen pesawat, dan mendapatkan surplus perdagangan komponen. Kemudian, industri kedirgantaraan Indonesia ditargetkan mencapai daya serap layanan Maintenance, Repair, dan Overhaul (MRO) sebesar 2 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada 2045.
Dalam jasa penerbangan, ditargetkan mampu menghubungkan 263 kota di Indonesia dan 135 kota di luar negeri dengan standar keselamatan dan layanan tinggi, serta mampu melayani peningkatan jumlah lalu lintas pesawat, penumpang dan kargo 3 kali hingga 4 kali lipat pada 2045.
Dokumen peta jalan, juga merumuskan tahapan pengembangan industri ini di bagi dalam beberapa fase, yang meliputi, tahun 2022-2024 penguatan konsolidasi, 2025-2029 peningkatan kapasitas dan kemitraan strategis, 2030-2034 peningkatan komersialisasi, 2035-2039 penguatan inovasi, terakhir, 2040-2045 pertumbuhan berkelanjutan dan berdaya saing.

Dukungan Swasta dan Perguruan Tinggi
Industri kedirgantaraan termasuk dalam Prioritas Pengembangan Industri Nasional 2022-2024. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2022 tentang Kebijakan Industri Nasional Tahun 2020-2024.
Lantaran itu dukungan Pemerintah terhadap industri kedirgantaraan seperti dalam hal pembuatan roadmap dan regulasi oleh K/L Teknis tentang Peningkatan kompetensi SDM kedirgantaraan, menyiapkan industri pendukung (komponen dan MRO), mengembangkan kawasan industri kedirgantaraan, serta sosialisasi dan promosi produk industri dirgantara di dalam dan luar negeri.
Selain itu, Pemerintah juga didorong untuk memfasilitasi pelatihan pengembangan komponen pesawat, memberikan insentif fiskal, di antaranya tax holiday, tax allowance, dan super tax deduction, memfasilitasi terkait sertifikasi industri kedirgantaraan (AS9100), memfasilitasi pengusulan perusahaan untuk mendapat pembiayaan ekspor dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dalam bentuk program National Interest Account (NIA).
Kita patut optimistis dengan semua upaya yang dilakukan Pemerintah akan dapat lebih mengembangkan lagi industri kedirgantaraan di Indonesia. Industri kedirgantaraan juga merupakan salah satu industri unggulan Indonesia yang memiliki potensi penciptaan nilai tambah besar, menghasilkan produk dengan kandungan teknologi tinggi. Dan, memiliki kaitan erat dengan rantai nilai global.
Bahwa dengan semakin berkembangnya industri dirgantara nasional, maka terbuka peluang untuk bekerja sama dengan industri sejenis di luar negeri seperti Boeing dan Airbus. Dalam membangun industri kedirgantaraan ini membutuhkan pembiayaan bisnis baru karena tidak bisa sepenuhnya bergantung pada anggaran pemerintah.
Salah satu hal penting yang harus dicermati untuk menjalankan peta jalan ekosistem industri kedirgantaraan, adalah kita pasti membutuhkan financing atau pembiayaan modal bisnis baru karena pengembangan ini diharapkan tidak sepenuhnya bergantung pada anggaran pemerintah. Sungguh diperlukan kolaborasi, dukungan, dan sinergi dari berbagai pihak salah satunya antara pelaku industri dan lembaga pendidikan. Hal ini agar diharapkan semakin meningkatkan kemandirian teknologi pesawat terbang.
Industri penerbangan sebagai salah satu sarana transportasi sungguh merupakan industri yang memakan biaya tinggi sehingga pengembangkan industri ini membutuhkan dukungan utamanya dari kalangan perguruan dan tinggi dan swasta.
Dalam ranah perguruan tinggi, setidaknya ada dua tren utama yang sedang terjadi saat ini yakni yakni dekarbonisasi dan digitalisas. Dekarbonisasi mempengaruhi berbagai aspek yang ada pada pesawat. Mulai dari pemanfaatan material komposit untuk desain pesawat, peningkatan efisiensi mesin, hingga penggunaan dari bahan bakar yang bersumber dari energi terbarukan seperti biofuel dan listrik.
Sementara digitalisasi membawa peran dalam penyusunan berbagai komponen fisik pada pesawat seperti additive manufacturing dan 3D printing untuk berbagai bagian interior dan eksterior pesawat. Berbagai teknologi seperti artificial intelligence, big data, maintenance robotics, blockchain, hingga augmented reality juga mulai banyak diaplikasikan pada berbagai pesawat di dunia.
Salah satu contoh konkritnya adalah teknologi Digital Twin Technology dari Siemens yang dapat menciptakan duplikat digital dari sebuah pesawat untuk memudahkan proses predictive maintenance. Tentunya berbagai kemajuan teknologi yang tercipta pada industri dirgantara global membuat industri dirgantara di Indonesia harus banyak belajar, meneliti, hingga mengaplikasikan dan menciptakan berbagai inovasi teknologi untuk kemajuan dan perkembangan industri dirgantara nasional. Maka dari itu, perguruan tinggi memiliki berbagai peran krusial untuk memajukan perkembangan industri dirgantara nasional.

———- *** ———–

Tags: