Membangun Akal Sehat dalam Kehidupan Politik

Judul Buku : Keadaban Politik Membincang Kekuasaan Merawat Kewarasan
Penulis : Luthfi J. Kurniawan
Penerbit : Intrans Publishing, Malang
Cetakan : Pertama, 2021
Tebal : 168 halaman
ISBN : 978-623-6709-06-1
Peresensi : Ahmad Fatoni,
Praktisi PBA-FAI Universitas Muhammadiyah Malang
BAGI bangsa-bangsa yang beradab, hukum dan perundang-undangan tidak cukup untuk menjadi dasar penyelenggaraan negeri tanpa keadaban politik. Keadaban politik juga tidak cukup bila tidak menjadi karakter diri yang tercermin dalam setiap perilaku dan kebijakan para penyelenggara negara.

Pada konteks ini, menjadi seorang elite politik harus menempatkan akal sehat sebagai unsur yang mendorong kemampuan analisis yang kuat dan kritis terhadap setiap sistem politik yang bengkok. Singkat kata, seorang elite politik harus membiasakan diri dengan akal sehat dan juga suara hati yang murni.

Gerakan reformasi 1998 sebetulnya telah memberikan harapan segar tentang sebuah Masyarakat Indonesia Baru yang waras di segala bidang, baik hukum, ekonomi, politik, sosial, maupun budaya. Sayangnya, harapan itu makin terperosok jauh dalam kubang ketidakwarasan karena sikap mental bangsa kita sendiri yang belum kondusif.

Tahun politik di Indonesia justru dimaknai sebagai tahun euforia dalam bentuk aksi dukung-mendukung secara membabi buta, tahun saling ejek-mengejek antar kelompok atau sesama anak bangsa. Tahun politik seolah identik dengan tahun perseteruan antar kubu politik para kontestan yang kerap mengorbankan masyarakat. Gaung perseteruan di ranah publik sedemikian liar hingga sering memancing pertengkaran.

Luthfi J. Kurniawan dalam sinopsis buku ini menyebutkan, pertengkaran pada kontestasi politik yang terjadi di negeri ini lebih banyak mengusung politik identitas dan politik kebencian, bukan politik gagasan. Itu sebabnya, penulis mengajak setiap elemen bangsa agar tetap mengedepankan adab politik dan mengunakan akal sehat demi merawat kewarasan di tengah kecamuk perpolitikan nasional.

Di kalangan aktivis, nama Luthfi J Kurniawan tidaklah asing. Sekitar 20 tahun dia berjelajah dalam gerakan sosial politik. Selain malang-melintang di berbagai organisasi dan pengalaman mengikuti isu-isu kasus korupsi di tanah air, ia menyakini bangsa ini membutuhan negarawan yang memiliki kompetensi untuk memimpin suatu lembaga. Tak heran kiranya bila buku ini sepenuhnya berisi pengalaman dan pergulatan pemikiran penulis, terutama kaitannya dengan kekuasaan dan kawarasan.

Sejak demokrasi diadopsi sebagai sistem politik oleh banyak negara di dunia dan hingga saat ini masih terus dijadikan panduan bernegara, tidak sepenuhnya memberikan kebebasan dalam mengekspresikan eksistensi sebagai warga negara. Ancaman kematian demokrasi rupanya tidak datang dari adanya invasi negara lain, namun disebabkan kurangnya keadaban dalam ruang publik.

Bagaimanapun, unsur akal sehat memiliki peran yang sangat penting dalam dunia perpolitikan yang memantik semua kalangan terutama para elite politik dalam meninggalkan berpikir yang irasional. Hal ini untuk memobilisasi sistem politik pada koridornya dan membawanya ke arah lebih kondusif. Di sini penulis menerjemahkan akal sehat sebagai ruh yang menggerakan semua sistem yang salah dalam dimensi politik ke arah yang lebih progresif.

Buku ini lebih merupakan sebuah perlawanan atas berbagai paradoks dan ironi politik demokrasi yang sering dipertontonkan secara telanjang. Karya ini juga menyiratkan, betapa kehebohan politik demokrasi yang dibimbing akal budi dan hati nurani masih jauh panggang dari api. Ini menjadi sebuah pekerjaan besar yang harus dibereskan oleh kita semua.

Sebagai contoh banyak kalangan yang melibatkan unsur-unsur ketidakwarasan dalam berpolitik dengan melakukan politisasi agama untuk mendulang suara. Cara memperoleh kemenangan politis semacam ini sulit diterima akal sehat. Memenangkan suatu kompetisi politik harus diraih secara akal sehat. Melalui kesadaran akal sehat niscaya menciptakan panorama politik yang elegan dan bermartabat.

Karya mungil ini terdiri dari tiga bab. Pertama, pembaca diajak menjelajahi “Asa dan Realitas” untuk menyelami posisi terkini dalam mencapai cita-cita bernegara. Kedua, memaparkan seputar “Ironi Kehidupan” yang semakin tidak mencerminkan kehidupan yang beradab. Ketiga, mendorong setiap anak bangsa agar turut andil dalam perang suci “Menghadang Budaya Korupsi”.

Apa yang ditulis Luthfi J Kurniawan ini hadir bukan sekadar bacaan biasa yang hanya melahirkan jargon-jargon heroik dengan ungkapan bibir yang berbusa, melainkan sebuah gagasan reflektif atas realitas kehidupan politik yang terjadi. Buku mungil ini termasuk bacaan sehat yang dapat menjadi salah satu asupan dalam menjalani kehidupan politik secara waras.

Hanya saja, buku ini ditulis dengan huruf berukuran kecil-kecil dan terkesan uyel-uyelan. Padahal isinya cukup berat dan tentu saja akan menguras banyak tenaga dan pikiran. Agak merepotkan bagi pembaca seumuran saya yang rata-rata harus dibantu dengan kaca mata khusus membaca.

———- *** ————

Tags: