Menghayati Jalan Panjang Kemerdekaan Kita

Oleh :
Arief Azizy
Pegiat Jaringan GusDurian Kediri

“Bahwa kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa maka penjajahan harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.

Kalimat mulia itu terdapat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang setiap hari Senin pagi dibacakan dalam upacara bendera di sekolah. Juga pada peringatan detik-detik proklamasi ini. Namun kalimat mulia yang pada masa penjajahan dikorbankan dengan tetesan darah, airmata dan keringat para pejuang itu kini seakan tidak ada artinya sama sekali.

Telah menginjak 78 tahun usia bangsa Indonesia merdeka, sejak Bung Karno mengumandangkan teks proklamasi di Jakarta. Sepanjang itu pula telah melalui berbagai sebuah perjuangan, aral melintang dan problematika bangsa yang datang silih berganti. Setiap era, memang kerap mempunyai problematikanya masing-masing dan selalu menyisakan rentetan pekerjaan rumah yang serius untuk segera ditangani. Tatkala, kita sudah sah bebas dari jeratan penjajah, sejatinya masalah belum selesai. Masih banyak, hal-hal lain yang harus diselesaikan. Ada masalah-masalah lain yang masih akan menghantui untuk generasi-generasi selanjutnya. Macam-macam problematika itulah yang membuat setiap bangsa menemukan jati dirinya. Umpama manusia yang diajari dewasa oleh masalah, demikianlah juga negara.

Belakangan, kita memang sedang dihinggapi banyak masalah. Mulai dari yang remeh-temeh hingga yang besar dan agam sekaligus. Dari riuh gemuruh nya kematian Suporter, hingga pembantaian seorang brigadir yang tak pernah selesai. Sungguh problem yang dihadapi bangsa ini memang kompleks dan berbagai pihak sangat dirugikan dengan persoalan tersebut.

Di sisi lain, momentum kemerdekaan biasa dijadikan ajang untuk kembali meneguhkan identitas jati diri sebagai masyarakat yang hidup dalam dinamika kebangsaan. Yaitu, penerimaan terhadap asas tunggal pancasila dan bentuk negara kesatuan negara Indonesia. Sekaligus sebagai antitesis bagi kalangan (baik secara individu maupun kolektif) yang kerap menggabungkan perubahan bentuk negara.

Memang, hanya pada momen hari kemerdekaan ini dirasa tepat jika mencoba meneguhkan kembali identitas kebangsaan kita. Apalagi, selama beberapa tahun terakhir, salah satu problem besar adalah kekerasan baik berbalut dalam kekerasan wacana maupun kekerasan berbalut golongan, kelompok. Termasuk juga di dalamnya adalah suara sumbang dari orang yang menginginkan negara dengan landasan fondasional agama.

Wacana penggantian dasar negara yang pada titik puncaknya dapat menimbulkan kekerasan beragama, kelompok maupun golongan yang telah lama memperjuangkan, merawat dasar negara. Hal inilah yang disinyalir dapat menggoyangkan identitas kebangsaan. Indonesia memang termasuk salah satu negara yang cukup serius soal ini. Kekerasan dan gesekan berbasis apapun memang tidak bisa ditolerir di negara yang majemuk. Itulah mengapa pemerintah dengan kaki tangannya mencoba untuk mengatasi hal tersebut.

Juga tidak boleh menutup mata dan telinga, bahwa terjadi banyak problematika lain yang tidak kalah urgennya dibanding hal tersebut. Dalam bagian ini tidak sedang dan hendak mencoba untuk membandingkan antara satu masalah dengan masalah lainnya. Selain tidak koheren juga tak etis membandingan satu masalah dengan permasalahan yang lain. Dan terlampauinya problematika yang terjadi setiap tahunnya menjadikan bangsa ini semakin memiliki tajinya sendiri dalam berjalan diantara badai permasalahan.

Mencapai Kembali Harapan Kesejahteraan
Satu hal yang dibutuhkan bahwa problem hadir untuk dipecahkan, bukan dibandingkan. Selain yang berskala nasional, juga masalah di tataran akar rumput. Kesejahteraan desa dan tiap pelosok di penjuru negeri, umpamanya. Pemerintah masih sangat terbatas dalam menjangkau problematika dan persoalan di kalangan rakyat bawah. Berbeda dengan problem yang berskala nasional.

Selain itu salah satu hal yang juga cukup urgen dibahas problem dampak perubahan iklim. Dan seharusnya momentum kemerdekaan ini juga relevan jika dimaknai sebagai kebebasan untuk membangun bangsa yang bebas dari intaian bencana. Perubahan Iklim selalu menjadi ancaman yang serius dalam menghadapi perubahan zaman. Memang sangat perlu, persoalan-persoalan ekologis yang berhubungan dengan lingkungan selalu dikejar dalam pencapaiannya.

Sudah semestinya pemerintah harus mempunyai formulasi yang ampuh dalam mewujudkan kemerdekaan ekologis. Formulasi tersebut juga semestinya lebih dari sekadar schedule yang hanya dirancang untuk memenuhi tuntutan selama 5 tahun. Intinya, dampak dari perubahan iklim bukan sesuatu yang enteng. Kesejahteraan ekologis memang perlu dan sudah seharusnya setiap tahunnya menjadi perhatian yang serius. Pasalnya, problematika yang dihadapkan seluruh bangsa-bangsa bertitik pada perubahan iklim dan permasalahan ekologis lainnya.

Untuk itu, menghadapi kompleksnya problem ini, pemerintah tidak bisa hanya fokus terhadap satu masalah saja. Kompleksitas masalah memang menuntut pemerintah untuk menyelesaikannya dengan sesegera mungkin. Seminimnya, membentuk semacam acuan umum yang nantinya dapat diteruskan tatkala estafet kepemerintahan sudah berpindah tangan. Namun hal tersebut tentu saja masih membutuhkan banyak pertimbangan yang matang dan serius sekalipun dalam permasalahan kebijakan.

Jika setiap lima tahun dan setiap pergantian elemen pemerintahan formulasi yang dibentuk juga berubah, bukan tidak mungkin jika hal tersebut hanya seperti eksperimen yang tak kunjung membuahkan hasil.

Jalan Panjang Kemerdekaan
Penting kiranya, pemaknaan kemerdekaan tidak hanya sebatas menjadi bagian dari sebuah peneguhan identitas kebangsaan. Sebagaimana juga penting kita teguhkan kembali bahwa identitas kebangsaan adalah hal yang patut untuk terus dikukuhkan. Artinya, ada banyak hal lain yang perlu untuk diperhatikan tatkala sedang dalam momentum peringatan kemerdekaan ini. Perjalanan panjang yang sudah dilalui bangsa ini banyak menyisakan segala bentuk tantangan yang menjadikan semakin kokoh benteng bangsa kita.

Bagaimana pun juga simbol kepak sayap garuda adalah bentuk dari kemerdekaan yang sangat simbolis. Kita berhak terbang setinggi mungkin dan sebebas mungkin kita dapat mengekspresikan diri kita saat merayakan kemerdekaan. Seolah-olah menjadi lantaran atau penghargaan kita terhadap jasa yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan.

Pada momen ini, yang harus diamini oleh banyak orang bukan soal mempertahankan negara dari gempuran perubahan bentuk. Melainkan, tercapainya kesejahteraan masyarakat, penyelesaian terkait problem yang dihadapi. Hal terakhir ini yang sering dilupakan oleh banyak kalangan. Padahal bagian tersebut adalah unsur penting dari pemaknaan dan penghayatan ulang terhadap kemerdekaan.

———— *** —————-

Tags: