Menkopolhukam Ngaji Kebangsaan Lawan Politik Praktis dengan Inspiratif

Menko polhukam, Mahfud M. D., saat memberikan wawasan kebangsaan.

Nganjuk, Bhirawa.
Dalam jadwal yang padat, Jumat (15/9), setelah tiba dari bandara Juanda rombongan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopulhukam langsung menuju ke Nganjuk dan tiba di pendopo KRT Sosro Koesumo pukul 10.30 yang di sambut oleh Bupati Nganjuk, Marhaen Djumadi.

Setelah ramah tamah, tepat pukul 11.25 rombongan pak Menko, bersama Forkopimda Nganjuk menuju masjid Baitussalam, untuk melaksanakan ibadah sholat Jumat.

Menkopolhukam Mahfud MD betindak sebagai khotib pada kotbah sholat Jumat. Usai sholat Jumat, rombongan menko langsung menuju Pondok Pesantren Mojosari, Desa Ngepeh, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk dengan agenda “Ngaji Politik Kebangsaan”

Dalam ngaji kebangsaan , Prof. Mahfud MD. mengungkapkan bahwa beragama dan bernegara menjadi keniscayaan yang tidak dapat dipisahkan. Ia mencontohkan, ketika Rasulullah mendirikan Madinah. Menurutnya kehadiran negara yang merdeka dan berdaulat sangat penting untuk menjamin hak setiap warga Negara.

Dalam pertemuan tersebut, Mahfud MD mengajak para tokoh masyarakat untuk berperan dalam menyambut datangnya Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak Tahun 2024 mendatang secara damai dan suka cita.

Ia juga mengingatkan agar rumah ibadah seperti masjid, gereja, biara, dan sebagainya, termasuk sekolah agar tidak digunakan untuk bicara politik praktis dan kampanye politik.

“Saya ceritakan kepada Anda bahwa menurut Islam, politik itu bagian dari melaksanakan tugas agama,” tutur Mahfud MD. Sebab, lanjutnya, di dalam studi Islam terdapat ilmu yang disebut Fiqh Siyasah atau Fiqh Politik.

Menurut Mahfud MD, politik ada dua tingkatan. “Satu, politik inspiratif, politik yang berbicara tentang keadaan dunia atau negara menjadi semakin baik,” tuturnya.

Politik inspiratif, menurutnya, merupakan politik kebangsaan, misalnya, berbicara tentang keadilan, kesetaraan, keteladanan, memerangi kemiskinan dan melawan korupsi. Berbicara politik inspiratif di masjid maupun di tempat ibadah lainnya, menurut Mahfud MD, justru dibolehkan.

Berbeda dengan politik praktis. Menurutnya, politik praktis digunakan oleh orang untuk menang dengan segala cara yang dapat memecah belah masyarakat.

“Kamu jangan pilih partai ini. Jangan pilih orang ini, haram! Nah itu tidak boleh,” tuturnya.

Mahfud MD menekankan agar politik praktis tidak diterapkan di rumah ibadah maupun di sekolah. Menurutnya, hal itu justru sangat berbahaya dan dapat menimbulkan perpecahan di masyarakat.

Acara ini di hadiri 350 orang juga sejumlah tokoh penting turut hadir dalam kegiatan ini, antara lain, Ketua MUI KH. Muhammad Anwar Iskandar, Sekda Provinsi Jatim Adhy Karyono dan perwakilan dari berbagai instansi, termasuk kepolisian dari beberapa kabupaten di Jawa Timur.

Menurut Achmad,yang tekun menyimak paparan pak menko;”mendengar ceramah pak Mahfud, gambaran bahwa tak selamanya politik kotor,kejam, saling sikut dan saling hantam, saya sudah tidak percaya lagi dengan partai dan politiknya. Tapi dengan adanya politik inspiratif berwawasan kebangsaan ini, politik menjadi sesuatu yang menarik, berpolitik tapi tetap bermartabat”, kata Achmad bersemangat. (mg1.gat)

Tags: