Miliki Peran Vital, Guru BK Harus Punya Pendekatan Holistik


Dindik Jatim, Bhirawa
Guru Bimbingan Konseling (BK) memiliki peran vital dalam pengelolaan mental dan psikis siswa. Sayangnya hal ini belum optimal. Guru BK perlu melakukan pendekatan holistik terhadap siswa untuk mengetahui perkembangan psikis atau mental bahkan hingga pemetaan pengembangan karir.

Karenanya, dalam mengoptimalkan peran sekaligus kapasitas guru BK Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim menggelar Workshop, Selasa (1/8). Pelatihan yang bekerjasama dengan Singapora International Foundation (SIF) dan School Social Work Chapter Singapore Association of School Workers (SASW) diharapkan dapat memberikan perubahan karakter, perbaikan dan kemampuan kompetensi guru BK dalam memberikan dampak kuat kepada siswa dan sekolah.

Kepala Dindik Jatim, Aries Agung Paewai menyebut, guru BK memiliki peran yang sangat vital dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah, khususnya SMK. Di mana siswa punya mental yang berbeda, dan beban yang tidak sama.

Menurut Aries, guru BK akan berfungsi dengan baik, apabila menjadi ujung tombak dalam garda terdepan mendidik siswa berdasar mental yang dimiliki.

“Ini peran penting (guru BK) yang harus mempengaruhi tumbuh kembang siswa selama di sekolah,” ujar dia.

Aries menilai, saat ini, banyak siswa lulus SMK tapi tidak menghasilkan karakter yang diharapkan. Bahkan tidak mendapatkan ilmu apapun dari sekolah karena tidak dibimbing sesuai mental, fisik dan mungkin keinginan yang diharapkan dalam BK.

“Maka yang saya sampaikan peran vital garda terdepan sebagai pembentukan karakter siswa ada di guru-guru BK. Jangan sampai peran itu tidak diambil fungsikan bapak-ibu di sekolah. Sehingga nantinya peran BK menjadi kabur terhadap fungsi kita kedepan,” jelas dia.

Jika peran vital tersebut dijalankan dengan baik, lanjut dia, maka pendidikan karakter yang dimiliki siswa tidak lagi terbebani dengan tugas-tugas akademik yang luar biasa. Ditambah lagi dampak digital.

Oleh sebab itu, Pemprov Jatim sangat menerapkan karakter menjadi ujung tombak para guru BK yang sangat tinggi.

“Guru BK saat sekolah paling ditakuti. Itu dulu. Tapi sekarang guru BK harus pling dekat dengan siswa. Peran guru BK akan berfungsi dengan sangat baik apabila ada pendekatan holistik yang dilakukan guru BK dilingkungan sekolah. Kalau peran penting jadi peran utama pasti akan menemukan siswa potensial sehingga (mental dan psikis siswa) teratasi dengan baik,” jabar dia.

Pria yang menjabat Pj Walikota Batu ini juga menilai saat ini peran guru BK bukan lagi berfungsi menjadi pelengkap sekolah. Lebih dari itu, guru BK harus memiliki komitmen, teknik, dan strategi tertentu yang diharapkan menjadi penunjang sekolah untuk menghasilkan dunia pendidikan yang lebih sukses.

“Peran guru BK lebih penting lagi yaitu masuk kedalam dunia pendidikan siswa, karakter sehingga memahami betul psikis dan mental siswa. Kita berharap dari wokrshop ini dapat memberikan pandangan yang luas. Tidak hanya ikut satu arah tapi bisa berinteraksi dengan siswa,” pungkas dia.

Disela wokrshop peningkatan kapasitas guru BK ini, Dindik Jatim bersama SIF dan SASW juga meluncurkan program Teacher Counselinh and Building Student, Resilience in Education (T-CARE).

Yum Sin Ting, Co-Chairperson SASW, dalam kesempatan itu mengungkapkan dengan diluncurkannya program T-Care ini, ada beberapa hal utama yang disorot pihaknya. Salah satu utamanya adalah perkembangan holistik siswa. Pertama, meningkatkan keterampilan guru BK untuk mendukung anak-anak dan remaja yang mengalami masalah kesehatan mental.

“Di era digital saat ini, kesehatan dunia maya dan kecanduan bermain gim telah menjadi keprihatinan utama. Program T-Care akan memberi peserta pemahaman dasar tentang masalah ini, untuk membimbing siswa menuju kebiasaan digital yang bertanggung jawab dan sehat. Kami menyadari peran penting kolaborasi di sini, guna mendorong kesejahteraan siswa, dan memfasilitasi guru BK dengan strategi yang efektif untuk meningkatkan komunikasi antara sekolah dan orang tua,” jabarnya.

Sementara itu Direktur Ekskutif SIF, Jean Tan menambahkan T-CARE akan dipimpin oleh tim spesialis Singapore International Volunteers (SIV), yang terdiri dari anggota SASW. Mereka akan memberikan pelatihan kepada 100 guru BK di 100 sekolah menengah kejuruan di provinsi Jawa Timur. Kurikulumnya akan mencakup serangkaian lokakarya tatap muka dan daring, serta simposium publik, untuk memastikan pengalaman belajar yang komprehensif bagi para peserta.

“Jadi sebanyak 20 guru dari kelompok tersebut akan menjalani pelatihan tambahan untuk menjadi Master Trainer, yang kemudian akan berbagi keahlian yang baru mereka temukan dengan sesama pendidik di komunitas mereka. Pendekatan ini akan mendorong keberlanjutan dan menciptakan efek riak positif ke seluruh masyarakat yang lebih luas. Pada tahun 2026, program ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi setidaknya 337.000 guru BK, siswa, dan orang tua di Jawa Timur,” tandasnya. [ina.iib]

Tags: