Muhammad Reza Siswa SDN Durungbedug Butuh Perhatian Pemerintah

Allisya Risna mendampingi Muhammad Reza Nur Azmi belajar IPA. [ahmad suprayogi]

Sidoarjo, Bhirawa
Salah satu siswa SDN Durungbedug Candi Sidoarjo ingin mendapatkan perhatian khusus dari pihak pemerintah setempat. Dialah Muhammad Reza Nur Azmi siswa kelas V, yang menderita penyakit folio akut, menderita kelumpuhan sejak kelas III. Sehingga saat beraktifitas selalu membutuhkan bantuan orang lain, baik di sekolah maupun di rumah.
Kondisi ini diketahui, saat Tim Inovasi (Inovasi Untuk Anak Sekolah Indonesia) Jatim yang merupakan kemitraan Australia-Indonesia, saat berkunjung untuk melihat perkembangan SDN Durungbedug Candi Sidoarjo yang telah masuk dalam Program 10 Pilot Project PSGPA (Pusat Studi Gender dan Perlindungan Anak) yang digelar oleh Inovasi dan Umsida (Universitas Muhammadiyah Sidoarjo).
Menurut Wali kelas V, Allisya Risna CN SPd yang mendampingi Azmi–sapaan akrab Reza Nur Azmi, sejak kelas III setelah Azmi mengalami sakit folio ini proses belajarnya mulai menurun, termasuk saat menulis. Infomasi yang didapatkan dari keluarganya, pada bagian syaraf yang terganggu, sehingga berpengaruh pada lengan tangan kanan dan punggungnya.
“Proses belajarnya masih bisa tetapi melambat,” jelas Allisya, pada Rabu (2/11) kemarin.
Menurut Allisya, untuk kognitifnya masih normal dengan teman yang lainnya. Karena fisiknya yang kurang leluasa sehingga mobilitasnya jadi terbatas. Belajarnya yang melambat itu dipengaruhi oleh kondisi fisiknya, untuk menulis pun masih bisa dibaca dengan jelas.
“Kini sudah lumayan, masih bisa mengejar ketertinggalan, karena Azmi memang awalnya normal. Sakitnya karena kecelakaan bersama ibunya waktu kelas III,” terangnya.
Allisya menjeIaskan, kemungkinan Azmi ini salah penanganan sejak awal, karena orang tuanya perempuannya meninggal dan dirawat neneknya. Tidak langsung ditangani akhirnya berkelanjutan, hingga sekarang kakinya juga mulai bengkok. Karena memang tidak pernah gerak ataupun fisioterapi. Makanya sekarang kalau berpindah dari tempat satu ke tempat lain selalu digendhong.
“Kami selaku guru tidak bisa memberikan masuk apa – apa soal kondisi fisiknya, karena Azmi ini belum pernah di bawa ke RS sama sekali. Jadi masih perlu di asesmen agar lebih jelas penanganannya. Semoga bisa pulih seperti semula,” doanya.
Hartini (44 tahun) warga Griya Candi Pratama A1 No 2 Candi Sidoarjo, ibu sambung Azmi mengaku setia hari mengantar berangkat ke sekolah maupun saat pulang sekolah. Azmi ingin bisa melakukan terapi ke RS.
“Saya sangat ingin anak ini bisa jalan seperti semula. Ada saran dari dokter harus banyak diterapi dengan gerakan. Saya juga berharap ada pihak – pihak, termasuk pihak pemerintah mau membantu mencarikan solusi atas pertumbuhan anak kami,” ungkap Hartini. [ach.fen]

Tags: