Musim Pancaroba, DBD Mulai Merebak di Pasuruan

Petugas Dinkes Kota Pasuruan memfogging puluhan rumah di kawasan Kebonsari, Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan. Fogging dilakukan mengingat di daerah tersebut terjangkit wabah DBD.

Pasuruan, Bhirawa
Memasuki musim pancaroba, penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai menyerang masyarakat, khususnya di Kota Pasuruan. Agar tidak semakin meluas, masyarakat tetap diminta berhati-hati dan harus menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
Berdasarkan data Dinkes Kota Pasuruan, sepanjang tahun 2020, kasus DBD di Kota Pasuruan berada di angka 35 kasus. Namun, pada tahun 2021 total kasus per Mei meningkat hingga mencapai 50 kasus.
Peningkatan itu, terjadi di bulan Januari-April 2021. Terinci, dua kasus di bulan Januari, sembilan kasus di bulan Februari, 20 kasus di bulan April. Sedangkan bulan Mei, data kasus DBD menurun menjadi 8 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, Shierly Marlena menyampaikan bahwa penyebab meningkatkan kasus DBD di Kota Pasuruan dikarenakan sejumlah faktor. Utamanya adalah musim penghujan yang cukup lama hingga adanya perubahan musim.
“Perubahan cuaca sangat berpengaruh. Lalu, lamanya musim penghujan yang panjang. Faktor lainnya adalah banyaknya genangan air dan kebersihan lingkungan menjadi penyebabnya,” ujar Shierly Marlena, Kamis (3/6).
Sebagai langkah antisipasi lonjakan kasus DBD, pihaknya sudah bekerjasama dengan tingkat bawah mulai RT, RW, Kelurahan hingga tingkat Kecamatan. Langkah itu terkait masalah kebersihan lingkungan.
“Masyarakat juga harus menjaga kebersihan lingkungan, dengan bekerja bakti. Seperti adanya gerakan hari Jumat bersih. Termasuk pula, sosialisasi terhadap masyarakat di Puskesmas terkait bahaya DBD,” jelas Shierly Marlena.
Sedangkan di wilayah Kabupaten Pasuruan, sejak Januari-April 2021, terdapat 82 kasus DBD. Bahkan, dari jumlah kasus tersebut, tiga warga yang terdiri dari dua anak laki-laki dan 1 anak perempuan berusia antara 5-10 tahun meninggal dunia karena DBD.
Bupati Pasuruan, HM Irsyad Yusuf mengajak warga Kabupaten Pasuruan untuk menggalakkan gerakan 3M (menguras, menutup, dan mengubur) di masing-masing rumah. “Jangan hanya waspada Covid-19, tapi DBD harus diwaspadai pula. Karena DBD sangat berbahaya apabila tak dicegah sedini mungkin. Makanya saya minta seluruh masyarakat Kabupaten Pasuruan harus selalu waspada,” urai Irsyad Yusuf.
Gus Irsyad panggilan akrabnya menjelaskan gerakan 3M harus menjadi perhatian seluruh ketua RT atau RW agar bisa diteruskan ke masyarakat melalui kerja bakti melakukan gerakan 3M. Tentunya, kerja bakti yang dilakukan diminta tetap menerapkan protokol kesehatan, lantaran masih dalam situasi Pandemi Covid-19.
“Saya sangat yakin, masyarakat sudah memahami betul bagaimana bisa kompak bekerja bakti. Dan harus tetap mengedepankan protokol kesehatan. Jangan lupa jaga jarak dan pakai masker,” kata Gus Irsyad.
Selain itu, ia juga meminta agar setiap warga bisa menjadi jumantik (juru pemantau jentik) di rumahnya masing-masing, plus menjadi Agent of Change untuk mengubah perilaku dan ada gerakan 3M+.
“Ada dua staf saya tinggal di Kota Pasuruan terkena DBD. Alhamdulillah, satu orang sudah sembuh dan kembali bekerja. Sedangkan yang satunya lagi kondisinya sudah membaik. Semoga lekas sembuh dan bisa beraktivitas kembali,” kata Gus Irsyad.
Kepala Dinkes Kabupaten Pasuruan, dr Ani Latifah menambahkan banyak cara sebagai antisipasi terhadap potensi penyebaran DBD. Yaitu melipat baju-baju yang digantung yang menjadi tempat sarang nyamuk, menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur hingga lainnya.
“Perubahan cuaca juga bisa menjadi penyebab adanya DBD. Yang penting lebih peka terhadap lingkungan di sekitar rumah kita sendiri,” jelas Ani Latifah.
Dalam dua tahun terakhir, kasus DBD di Kabupaten Pasuruan mengalami penurunan. Dari catatan Dinkes Kabupaten Pasuruan, jumlah kasus DBD mencapai 190 kasus. Di tahun 2020, jumlahnya menurun menjadi 119 kasus. Penurunan tidak hanya pada jumlah kasus saja, melainkan jumlah orang yang meninggal karena DBD.
“Pada tahun 2019 ada dua kematian dan tahun 2020 tidak ada kematian. Lalu, mulai Januari-April tahun 2021 ini sudah ada 3 kematian karena DBD. Karena itu, mari kita sama-sama menuntaskan DBD melalui pola kebersihan di rumah,” pesan Ani Latifah. [hil]

Tags: