Pameran Seni Aksara Jawa Kuna ‘Nawasena’, Melestarikan Keindahan Warisan Budaya yang Hampir Terlupakan

Syska Liana menjelaskan mengenai karyanya kepada seorang pewarta dari luar negeri pada Pameran Seni Aksara Jawa Kuna di Rumah Budaya Malik Ibrahim, Sidoarjo, Sabtu (4/5). [Gegeh Bagus Setiadi]

Sidoarjo, Bhirawa
Keindahan dan kekayaan seni aksara Jawa kuno dipamerkan di Rumah Budaya Malik Ibrahim yang terletak di Jl Pucanganom, Sidoarjo. Puluhan seniman ini mengambil tema ‘Nawasena’ dengan tujuan memperkenalkan dan merayakan kekayaan warisan budaya Nusantara kepada generasi masa kini.

Rumah Budaya Malik Ibrahim yang terletak di Jl Pucanganom, Sidoarjo tampak seniman muda berkumpul, Sabtu (4/5). Mereka memperkenalkan aksara Jawa Kuna pada masyarakat. Karya seni apik nan menawan ini dikemas sedemikian rupa mulai 4-26 Mei 2024.

Pameran bertajuk Nawasena ini menjadi sarana yang unik untuk menggali makna dan nilai-nilai dalam aksara yang telah ada sejak zaman dahulu. Pengunjung dapat menikmati lukisan, patung, instalasi seni, dan karya-karya lainnya yang menggambarkan keindahan dan kekuatan simbolis aksara Jawa.

Selain menampilkan karya-karya seni, pameran ini juga menyelenggarakan berbagai kegiatan pendukung, seperti performance, bincang budaya “Menelisik Struktur Bahasa Jawa Kuno pada Prasasti Masahar, bincang seniman, Diskusi Epigrafi “Jejak-jejak pelajar Jawa Kuno abad 9-16 Masehi di Jawa Timur hingga pertunjukan kolaborasi seniman Nawasena.

Hal ini bertujuan untuk memberikan pengalaman yang holistik kepada pengunjung, memperdalam pemahaman mereka tentang nilai-nilai budaya yang terkandung dalam aksara Jawa. “Kami berniat mengenalkan kembali aksara Jawa kuno melalui pameran seni Nawasena, yang digelar di Rumah Budaya Malik Ibrahim, Sidoarjo,” ungkap Ketua Panitia, Syska Liana saat ditemui Bhirawa, Sabtu (4/5).

Syska menjelaskan, pameran ini digelar melalui program publik yang didapatkan dari bantuan hibah dari Indonesiana Kementerian Pendidikan Kebudayaan RI kategori pemberdayaan ruang publik untuk perorangan.

Dijelaskan Syska bahwa pihaknya belajar aksara Jawa kuna atau aksara kawi. Program tersebut ada program kelas selama 1 bulan 4 pertemuan di bulan Februari, berlanjut kunjungan ke situs-situs bersejarah di Mojokerto dan Sidoarjo.

“Selanjutnya produksi dan terus update progres kekaryaan dan terjadilah pameran ini sejak tanggal 4 hingga 26 Mei 2024,” jelas anggota Perempuan Pengkaji Seni (PPS) ini.

Ia mengutarakan karya-karya para seniman di pameran Nawasena beragam dengan mayoritas karya instalasi. Material juga beragam pula seperti dari daun lontar, kemudian material besi-besian dari barang bekas, ada lampu-lampu.

Salah satu karya yang ia angkat berjudul Stri Makuthadara. Syska berupaya mempresentasikan simbol kehebatan figur perempuan pada era Kerajaan Majapahit.

“Sri Makuthadara atau perempuan yang mengenakan mahkota, menceritakan tiga sosok perempuan era Majapahit, yaitu Sri Rajapatni, Tribhuwana Tunggadewi dan Dewi Suhita, dimana aksara Jawa kuna atau kawi digunakan pada era Majapahit,” ungkapnya.

Baginya, tiga tokoh tersebut merupakan representasi perempuan era Jawa kuna sudah sangat hebat untuk memimpin Nusantara yang sangat besar. “Bahwa perempuan tidak hanya urusan domestik namun punya peran penting di dalam masyarakat,” tegasnya.

Pada kesempatan sama, kurator yang juga pengelola Rumah Budaya Malik Ibrahim Sidoarjo, Satriagama Rakantaseta menyampaikan tujuan dan esensi pameran Nawasena adalah sebagai ruang instropeksi.

“Sebagai ruang instropeksi kita bersama bahwa kita sampai kehilangan jati diri kita, seperti mengapa kita selalu impor karena kita tidak punya karya, ketika tidak mempunyai karya otomatis kita tidak berfilosofis juga, dan tidak mewujudkan filosofi-filosofi itu menjadi kebendaan,” tegas dia.

Baginya, pameran Nawasena ini diharapkan dapat menjadi wawasan baru terhadap dunia Jawa kuna atas ketidaktahuan yang rata-rata orang hanya mengetahui melalui hafalan tanpa mengerti esensi sebenarnya.

Pameran seni aksara Jawa kuno ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk memperkuat kesadaran akan pentingnya melestarikan warisan budaya Nusantara. Pameran seni aksara jawa kuna Nawasena yang dibuka dengan penampilan seniman Juminten sebagai representasi perempuan sebagai bentuk penghargaan pria terhadap perempuan.

Juga ditampilkan karya para seniman pendukung antara lain Abqoriyin Hizan (Prasasti Pepiling Pati), Al Satrio (Lemah Pitutur), Bagus Abimanyu (Tri Akyasaptara Tanmatras), Dewi R Maulidah (Prasasta Wangsa), Fikhita Madury (Membawa Kembali Arya Wiraraja ke Sumenep), Filda Miftahul Jannah (Batara Kala), Ika Arista (Bherras Dumpa), M. Aji Prasetyo (Time Machine), Shafi Rahman (Lawang Aksara Jawa Kuna), Sultan Putra (Meratap Di Antara Tanah), Syska La Veggie (Stri Makuthadara), Theresia Alit K (Ruwatan Urban), A.Khafidz Fadli/Toyol Dolanan Nuklir (Kawi=Iwak), Yosep Arizal ((Akara)widya) dan Zumna A.Khusnia (Wahanajiwa) [Gegeh Bagus Setiadi]

Tags: