Pelatihan di BLK Bukan Hanya Dibekali Hard-Skills Tapi Juga Soft-Skills

Jakarta, Bhirawa.
Di era digitalisasi ini, bekerja keras tidaklah cukup. Kerja keras perlu di iringi oleh publikasi yang baik dan masif. Sementara, kualitas SDM merupakan salah satu akar permasalahan utama di hampir semua negara. Akibatnya, ber dampak pada pengangguran, produktivitas, daya saing, pertumbuhan ekonomi mempenga rugi pertumbuhan ekonomi. Parahnya, sampai saat ini, penyelesaian permasalahan tersebut belum dapat diselesaikan. Baik secara bertahap maupun komprehensif.
“Hal ini disebabkan belum adanya satu persepsi dalam membangun kompetensi antara pemerintah dan industri,” papar Dirjen Binalatas Kemnaker Bambang Satrio Lelono, Selasa sore (18/2). 
Ditegaskan, menghadapi hal tersebut diatas berbagai pelatihan di BLK (Balai Latihan Kerja) di Indonesia, diarahkan untuk ber kontribusi secara nyata terhadap perubahan (transformasi) dunia industri. Terutama dalam menyiapkan tenaga kerja yang kompeten dan sesuai dengan tren era digitalisasi.
Disebutkan, untuk meng-optimalkan kontribusi tersebut, BLK harus mampu men- desain kurikulum pelatihan. Sesuai dengan tren dan bersinergi dengan dunia industri dan para pemangku kepentingan daerah lainnya. Harus ada inovasi dalam rancangan dan desain kurikulum pelatihan. Tidak monoton, tetapi lebih fleksibel, interaktif dan dinamis. Sehingga pelatihan menjadi menarik, mudah di akses, murah dan peserta pelatihan dapat tertantang.
“Pelatihan di BLK, tidak hanya dibekali dengan hard-skills, tetapi juga dilengkapi pelatihan soft-skills, yakni karakter building,” pesan Bambang Satrio Lelono.
Dikatakan, pada 2020 Kemnaker melaksanakan program peningkatan kompetensi dan produktivitas dengan melatih sebanyak 227.760  orang. Juga  memberikan sertifikat bagi 381.065 orang yang sudah menyelesaikan dan lulus pelatihan. Hal tersebut merupakan bentuk komitmen Kemnaker dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja. (Ira)

Tags: