Pendidikan Harus Aplikatif, Meaningfull dan Authentic

Prof Kacung Marijan (kiri), Director English Language Teaching Associaton, Malaysia),Dr M Thamrin Hidayat, Prof Achmad Jazidie usai penandatangan MoU.

Wujudkan Technopreneurs di Pendidikan Tinggi
Surabaya, Bhirawa
Technopreneuship menjadi peluang baru dalam era serba digital. Ini karena perpaduan bisnis atau entrepenership dengan pemanfaatan teknologi banyak diminati generasi muda. Di Indonesia sendiri, technopreneurs sedang berkembang cukup pesat. Seperti Gojek, Bli-bli.com, Traveloka dan sebagainya. Diungkapkan Wakil Ketua Yayasan RSI Surabaya, Prof Muchlas Samani ilmu technopreneurship tidak mudah untuk diteorikan, namun mudah untuk ditularkan dan diuji coba. Hal ini karena, technopreneurship mempunyai hubungan sangat erat dengan jiwa entrepreneurs.
“Ilmu ini (technopreneurship, red) tidak bisa diaplikasikan di pendidikan tinggi. Karena secara data, makin tinggi pendidikan akan makin takut dalam menjadi pengusaha,” ungkap dia International Conference on Technopreneur and Education” (ICTE) 2018 di Surabaya, Rabu (14/11).
Sehingga, untuk bisa menyerap ilmu tersebut, Prof Muchlas menuturkan bahwa pendidikan harus mengarah pada sifat aplikatif, meaningfull dan authentic. Karena ia menilai technopreneurship tidak diwujudkan hanya melalui satu bidang saja. melainkan butuh kerjasama dari berbagai bidang.
“Dengan kata lain, ilmu ini mengoptimalkan berbagai bidang yang dianggapnya potensial untuk dijadikan bisnis atau lahan entrepeneurship,” kata dia.
Untuk menggambarkan peran technopreneurship ia mencontohkan laikanya seseorang yang ingin mempunyai sebuah restaurant. Pihaknya menuturkan, untuk mendirikan sebuah restaurant, pengusaha tersebut minimal juga harus mempunyai keahlian masak. Selain itu, pengusaha juga harus mengetahui cara mengelola orang dan menguasai berbagai bidang yang terkait dengan restaurant.
“Ini yang sulit diterapkan kampus-kampus. Karena pendidikan kita lebih banyak menghasilkan ahli dengan satu bidang keilmuan dibandingkan menghasilkan entrepeneurship. Sedangkan Link antar Universitas dengan dunia usaha sangat penting,” pungkas akademisi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini.
Sementara itu, Warek I Unusa, Prof Kacung Marijan menambahkan sebagai kampus yang mempunyai dua kelompok keilmuan yaitu ilmu kesehatan dan non kesehatan, pihaknya berupaya dalam mengoptimalkan berbagai keilmuan untuk mewujudkan jiwa technopreneurship.
“Untuk ilmu kesehatan sudah ada intraconference yang berjalan sejak dua tahun terakhir. Kita mau di bidang kesehatan dan non kesehatan bisa bersinergi dengan bidang keilmuan ekonomi, teknologi dan pendidikan untuk menumbuhkan jiwa technopreneurship,” jelasnya.

Asah Keterampilan Wirausaha Lewat Hibah Kampus
Sementara itu, upaya menumbuhkan jiwa Technoprenerus dilingkungan pendidikan tinggi, Universitas Nahdlatul Ulama sudah mempersiapkan berbagai program untuk mahasiswa. Salah satunya dengan program hibah kampus. Dikatakan Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Prof Achmad Jazidie jika entrepeneurship merupakan bagian dari visi Unusa. Menjadikan mahasiswa berjiwa entrepeneurship merupakan unsure eksplisit dari kebijakan Unusa dalam mengembangkan jiwa wirausaha.
“Salah satu bentuk aktivitas konkrit, kami adalah mendorong mahasiswa untuk terbiasa dan membangun kesempatan untuk mendapatkan program hibah dari Universitas. Ini berlaku untuk semua jurusan,” tegas Prof Jazidie.
Program hibah universitas ini, lanjut Prof Jazidie adalah untuk memacu siswa dalam membuat produk-produk inovatif dan kreatif yang bermanfaat bagi masyarakat. “Dana yang didapatkan mahasiswa sekitar Rp. 8 juta hingga Rp. 10 juta,” kata dia.
Dalam mekanismenya, Prof Jazidie menjelaskan mahasiswa yang mendapat dana hibah universitas akan mengembangkan dalam bentuk usaha. Sebagai hasil dari pengembangan usaha, kampus memberikan kebijakan bahwa hasil usaha mahasiswa harus dikembalikan sebagai pengganti dari dana hibah universitas.
“Nah ini, uang yang dikembalikan oleh mahasiswa akan digunakan oleh mahasiswa yang mengikuti program hibah kampus di tahun berikutnya. Jadi kami memberikan hibah tersebut sebagai jembatan untuk mengembangkan bisnis mereka,” tandas Prof Jazidie. [ina]

Tags: