Peran Strategis BPDPKS dalam Mengembangkan Industri Sawit Nasional

Wahyu Kuncoro

Oleh
Wahyu Kuncoro
Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya

Kekayaan dan kejayaan perkebunan nusantara telah terkenal semenjak dahulu dan mempunyai sejarah panjang dalam perjalanan bangsa Indonesia. Kemewahan rempah-rempah dan hasil kebun kita menjadi primadona pada abad ke-18 dan menjadi incaran bangsa-bangsa lain.

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Indonesia merupakan penghasil kelapa sawit terbesar di dunia dan industri kelapa sawit telah menyediakan lapangan pekerjaan sebesar 16 juta tenaga kerja baik secara langsung maupun tidak langsung.

Potensi bisnis dari bahan dasar kelapa sawit sangat besar, karena mulai dari buahnya, sabut dan cangkangnya, janjang kosong, pelepah dan daunnya, limbah cair hingga batang pohon kelapa sawit dapat dimanfaatkan dan bernilai ekonomi. Di tengah gejolak geopolitik hingga ancaman krisis global, sektor komoditas sawit Indonesia masih optimistis menghadapi tantangan 2024. Terbukti, sampai saat ini sektor sawit masih mampu menjadi salah satu sumber utama ekspor RI dan berhasil memasok devisa hingga Rp 600 triliun.

Barangkali belum banyak yang menyadari bahwa kebutuhan keseharian kita tidak bisa dipisahkan dari produk turunan dari kelapa sawit. Kita memakai minyak, sabun, bahan pakaian, susu, bahan bakar semua itu mengandung sawit. Di dalam kelapa sawit memiliki kandungan minyak nabati yang mencukupi untuk kebutuhan manusia sehari hari.

Berkat kelapa sawit, jutaan masyarakat bisa memperoleh pekerjaan, mulai dari petani sampai yang terkait dalam proses pengolahan.Singkatnya, sesungguhnya kelapa sawit menjadi komoditas strategis perekonomian Indonesia karena berkontribusi terhadap ketenagakerjaan.Sebagai negara produsen terbesar yang menguasai sekitar 55 persen pangsa pasar minyak sawit dunia, serta memanfaatkan tidak lebih dari 10 persen dari total global land bank for vegetable oil, Indonesia mampu menghasilkan 40 persern dari total minyak nabati dunia, Kompas (13/4/2024).

Menjawab Isu Pembangunan Berkelanjutan
Bahwa kelapa sawit di Indonesia dibangun dengan pendekatan yang memprioritaskan keseimbangan antara aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.Hal ini sejalan dengan komitmen Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan, yang telah diatur secara khusus dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Dalam RPJMN 2020-2024, pembangunan berkelanjutan telah ditetapkan sebagai salah satu aspek pengarusutamaan yang bertujuan untuk memberikan akses pembangunan yang adil dan inklusif, serta menjaga lingkungan hidup, sehingga mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Melalui pendekatan tersebut, pemerintah Indonesia menyakini bahwa pembangunan kelapa sawit berkelanjutan berkontribusi signifikan terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Bahwa upaya mengakselerasi pembangunan kelapa sawit berkelanjutan, telah tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) No. 44 Tahun 2020 tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia, yang biasa dikenal dengan Indonesian Sustainable Palm Oil atau ISPO.

Peraturan ini mewajibkan seluruh tipe usaha kelapa sawit yaitu Perkebunan Besar Negara, Perkebunan Besar Swasta dan Perkebunan Rakyat Indonesia untuk mendapatkan sertifikasi ISPO, sebagai jaminan bahwa praktik produksi yang dilakukan telah mengikuti prinsip dan kaidah keberlanjutan.

Kerja sama dan kolaborasi dalam pembangunan kelapa sawit berkelanjutan antar seluruh cakupan industri kelapa sawit, mulai dari perkebunan hingga pemanfaatan produk kelapa sawit dan turunannya di berbagai sektor industri, merupakan sebuah keniscayaan. Diperlukan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk stakeholder yang mengikuti webinar pada kesempatan ini.

Peran Strategis Keberadaan BPDPKS
Bahwa dalam mendukung mewujudkan sawit berkelanjutan, pemerintah membentuk Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) melalui Perpres 61/2015 jo. Perpres 24/2016 jo. Perpres 66/2018. Pemerintah memberikan tugas kepada BPDPKS untuk menghimpun, mengembangkan, dan menggunakan Dana Perkebunan Kelapa Sawit bagi kemaslahatan industri sawit.

BPDPKS diberikan mandat untuk melakukan sejumlah tindakan, yakni: (1) pengembangan sumber daya manusia perkebunan kelapa sawit, (2) penelitian dan pengembangan perkebunan kelapa sawit, (3) promosi perkebunan kelapa sawit, (4) peremajaan perkebunan kelapa sawit, dan (5) sarana dan prasarana perkebunan kelapa sawit.

Industri kelapa sawit sebagai salah satu sektor yang menjadi penopang ekonomi RI sehingga sungguh diharapkan peran BPDPKS dapat semakin memperkuat kinerja industri sawit nasional salah satunya adalah melalui riset.Pertumbuhan industri sawit berperan penting pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, persoalan riset amat diperlukan dalam pengembangan sektor ini.

Pengembangan industri sawit nasional tidak terlepas dari peran lembaga riset. Pengembangan riset industri sawit diharapkan mampu menghasilkan inovasi seperti new technology, new product, new market dan bukan sekadar research for research yang hanya menghasilkan invention. Sehingga riset sawit mampu menghasilkan manfaat ekonomi, sosial dan ekologis secara inklusif dan berkelanjutan.

Riset Wujudkan Industri Sawit Berkelanjutan
Riset sangat diperlukan untuk keberlanjutan industri sawit. Karena itu, penelitian dan pengembangan harus mampu memberikan solusi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi oleh industri kelapa sawit saat ini. Seperti peningkatan produktivitas, efisiensi, peningkatan aspek sustainability dan awareness terhadap lingkungan dan isu-isu global. Riset juga diperlukan untuk mendorong penemuan atau inovasi produk maupun menemukan pasar baru.

Bahwa peran inovasi sangat penting bagi suatu bangsa. Namun, kegagalan dalam berinovasi sering terjadi dan menjadi tantangan bersama. Terdapat dua hal yang menjadi driver dalam inovasi, yaitu inovasi dari demand side-market pull dan dorongan teknologi (technology push). Kita memang sudah menjadi produsen minyak sawit dunia, namun kita tidak punya basis yang kuat untuk produksi pupuk. Saat ini Indonesia masih bergantung pada pupuk anorganik.Hal lain yang menjadi tantangan kita, yaitu perlunya inovasi baru dalam melakukan mitigasi risiko yang datangnya dari alam. Saat ini perubahan iklim begitu nyata terasa, el-nino sangat berdampak pada perkebunan sawit di Indonesia.

Agenda strategis berikutnya adalah mengkaji aspek-aspek utama yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas kelapa sawit serta kelestarian lingkungan, di antaranya menyangkut yield gap, pengayaan sumber daya genetik, eksplorasi mikroba yang berasosiasi terhadap produksi, introduksi serangga penyerbuk, pengendalian penyakit busuk pangkal batang, serta hilirisasi produk kelapa sawit.

Lantaran itu, publik tentu berharap BPDPKS terus berkomitmen dalam meningkatkan kemajuan industri kelapa sawit melalui riset dan pengembangan dan berharap hasil penelitian yang didanai ini dapat dimanfaatkan oleh Industri kelapa sawit, pemerintah dan masyarakat, baik sebagai acuan dalam pelaksanaan pengembangan industri kelapa sawit dan produk-produk tertentu serta untuk pengambilan kebijakan untuk keberlanjutan industri sawit yang lebih baik. Untuk mencapainya, perlu dukungan dari seluruh pihak dan ekosistem yang baik antara akademisi, pemerintah, asosiasi dan unit-unit usaha bisnis yang akan melakukan implementasi pemanfaatan dari hasil-hasil penelitian ini.Riset dan pengembangan harus terus dilakukan guna mewujudkan sawit Indonesia yang berkelanjutan dan fokus pada isu-isu yang impactful dan juga berkesinambungan.

Akhirnya, sawit merupakan proyek strategis nasional yang perlu dijaga karena memberikan stimulus yang paling besar bagi perekonomian nasional serta mendorong ekonomi kerakyatan.Di saat banyak sektor ekonomi terdampak akibat pandemi Covid-19, industri sawit menjadi salah satu sektor industri yang tidak terdampak tetap kokoh berdiri. Saat itu, sebanyak 16 juta pekerja kelapa sawit tetap bekerja produktif di tengah ketidakpastian sektor ekonomi lainnya.

Wallahu’alam Bhis-shawwab

———– *** ————

Tags: