Perkuat Toleransi Melalui Moderasi Beragama di Sekolahan

Ketua Bidang Integrasi Bangsa Bakesbangpol Jatim Johan Fitriadi, S.STP, MSi saat menghadiri kegiatan penguatan kerukunan umat beragama yang bagi guru agama di wilayah Surabaya, Sidoarjo dan Mojokerto.

Sidoarjo, Bhirawa
Berkembangnya sikap intoleransi di tengah – tengah masyarakat menjadi perhatian serius Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Provinsi Jawa Timur. Sebagai upaya menangkal intoleransi, Bakesbangpol Jatim membekali moderasi beragama bagi guru agama di wilayah Surabaya, Sidoarjo dan Mojokerto.
“Kami ingin mengajak para guru agama ikut melakukan penguatan sikap toleransi melalui moderasi beragama di lingkungan sekolah,” kata Ketua Bidang Integrasi Bangsa Bakesbangpol Jatim Johan Fitriadi, S.STP, MSi saat menutup Kegiatan Penguatan Kerukunan Umat Beragama, Jumat (18/2) di Sidoarjo.
Menurut Johan, lingkungan sekolah menjadi tempat untuk menyemaikan nilai-nilai toleransi dan kebersamaan kepada anak didik.
“Guru agama memiliki peran strategis dalam membangun pemahamaan keagamaan yang moderat di tengah menggejalanya sikap ekslusivitas beragama,” jelas Johan.
Wakil Ketua FKUB Jatim Prof Dr Biyanto, saat menjadi narasumber mengingatkan moderasi agama tidak dimaksudkan untuk mencampuri urusan masing-masing agama.
“Tidak benar kalau moderasi agama untuk mendangkalkan aqidah dan keimanan dalam beragama,” tegas Biyanto. Menurut Biyanto, moderasi beragama dimaksudkan untuk membangun cara beragama yang tetap menghormati agama dan keyakinan orang lain.
“Melalui moderasi beragama diharapkan semua umat bisa menjalan keyakinan dan agamanya secara baik tanpa terintimidasi oleh keyakinan agama orang lain,” jelas Biyanto lagi.
Sementara itu, pegiat moderasi beragama yang juga guru besar UINSA Prof Dr Ahmad Zainul Hamdi menambahkan bahwa moderasi beragama bukan program atau projek kementerian tertentu atau dimaksudkan untuk agama tertentu, namun sudah menjadi program strategis nasional yang sudah jauh-jauh waktu disiapkan.
“Moderasi beragama dikonsepsikan untuk menciptakan tatanan beragama yang saling menghormati dan menghargai antar sesama umat beragama,” jelas Profesor yang biasa dipanggil Inung ini.
Menurut Inung, moderasi agama ditujukan untuk semua umat beragama, karena pemikiran yang radikal bukan hanya milik agama tertentu saja.
“Sekali lagi moderasi bergama ini harus menjangkau semua agama, sehingga tepat kalau hari ini yang diundang adalah semua guru agama,” tegas Inung lagi.
Dalam kegiatan yang dimoderatori dosen Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya Wahyu Kuncoro, ST, M.Medkom ini juga menghadirkan dua narasumber lagi yakni Wakil Ketua DPRD Jatim Hadi Dediansyah, Ketua Pusham Surabaya Johan Avie.
Di hadapan para guru agama tersebut, Wakil Ketua DPRD Jatim Hadi Dediansyah mengingatkan bahwa peran moderasi beragama merupakan hal strategis dalam membangun harmoni sosial. Namun demikian, anggota Dewan dari partai Gerindra ini meminta, pemerintah harus terlebih dahulu mencukupi kesejahteraan para guru.
“Jangan sampai guru diberi beban yang banyak, sementara kesejahteraan mereka masih belum terpenuhi,” ungkap Hadi yang disambut tepuk tangan para peserta.
Secara khusus, Hadi juga meminta para guru untuk berani bersikap kritis terhadap kebijakan yang tidak memihak kepentingan guru.
“Sebagai anggota DPRD saya berkewajiban untuk memperjuangkan apa yang disuarakan bapak/ibu guru sekalian,” tegas Hadi lagi. [kus.why]

Tags: