Perpustakaan Sekolah Sebagai Pusat Sumber Belajar

Oleh :
Dra Evie Suryani Pohan MM
Founder Rumah Baca 3 Mev Surabaya

Ditetapkannya Perpustakaan Baitul Hikmah sebagai juara ketiga lomba Perpustakaan SMA/SMK/MA terbaik tingkat nasional, bukan hanya memberikan kebanggaan untuk Jawa Timur. Bagian tak terpisahkan dari SMA Ar Rohmah Putri Boarding School yang ada di Kabupaten Malang itu telah menginspirasi bagaimana seharusnya perpustakaan sekolah, khususnya di Jawa Timur, bereksistensi sebagai elemen penting dalam pengimplementasian gagasan merdeka belajar.

Esensi gagasan merdeka belajar yang diinisiasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah memerdekakan pelajar dari patronisme pembelajaran. Diharapkan, dengan adanya pergeseran pola dari teacher centered (berpusat pada guru) menjadi student centered (berpusat pada siswa), akan terbangun masyarakat berbasis pengetahuan.

Indikator masyarakat berbasis pengetahuan adalah adanya kemampuan tinggi dalam pemecahan masalah, kreatif, inovatif, beretika, demokratis, menjadi pembelajar mandiri dan pembelajar sepanjang hayat (longlife learner), Jika dihubungkan dengan visi Indonesia Emas, gagasan Merdeka Belajar diharapkan akan melahirkan generasi yang unggul, berbudaya, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Bagi kalangan guru, Merdeka Belajar akan sesuai filosofi pendidikan yang diwariskan Ki Hajar Dewantara. Guru bisa berada di mana saja dengan misi berbeda.

Ada saatnya guru harus di depan untuk menjalankan peran sebagai pemberi contoh dan pengarah (ing ngarsa sung tuladha), di tengah-tengah siswa untuk membangun motivasi belajar secara mandiri (ing madya mangun karsa), dan terkadang perlu ada di belakang untuk mendorong para peserta didik berani tampil mengemukakan pemikiran dan skillnya (tut wuri handayani).

Tidak bisa dinafikan, pengimplementasian Merdeka Belajar akan semarak bila ada gerak sinergis dari tiga elemen penting. Tanpa adanya gerakan bersama di antara ketiganya, ruang belajar akan tetap terasa sempit dan sunyi.

Dua elemen pertama adalah guru inovatif dan murid yang memiliki gairah belajar tinggi sebagaimana. Inovasi guru diperlukan untuk menghidupkan kegairahan belajar dan menggerakkan siswa agar berpartisipasi aktif. Di pihak lain, siswa akan termotivasi untuk memperkaya ilmu melalui berbagai referensi dan pengamatan tanpa terbatasi sempitnya ruang dan waktu.

Sangat disayangkan, satu elemen penting lainnya malah cenderung terlupakan eksistensinya, yaitu perpustakaan sekolah. Alih-alih menjadi destinasi yang nyaman untuk guru dan siswa memperkaya ilmu, perpustakaan sekolah di Indonesia masih lekat dengan citra gudang buku yang sempit dan berdebu. Koleksi bukunya juga sangat minim.

Kalau saja dikelola dengan baik, perpustakaan sekolah bisa berperan sebagai ruang belajar terdekat saat guru dan siswa tidak dalam kelas. Sebagaimana diungkapkan Sutarno (2003), perpustakaan sekolah sangat bermanfaat dalam menunjang penyelenggaraan dan proses belajar-mengajar.

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah perpustakaan sekolah yang telah terakreditasi hanya 8.662. Artinya, prosentase sekolah yang perpustakaannya belum terakreditasi ditambah dengan yang belum memiliki mencapai lebih dari 97 persen.

Berkaca pada kenyataan tersebut, terpilihnya Perpustakaan Baitul Hikmah sebagai salah satu perpustakaan sekolah terbaik tingkat nasional bisa dianggap sebagai angin segar. SMA Ar Rohmah Putri Boarding School bisa dijadikan role model dalam revitalisasi perpustakaan sekolah di Jawa Timur.

Meski belum menjadi yang terbaik secara keseluruhan, namun setidaknya SMA di Kabupaten Malang itu telah memberi contoh revitalisasi perpustakaan sekolah. Selain mementingkan kelengkapan koleksi pustaka, pengelola juga memberikan atensi terhadap tata ruang yang user friendly dan memberikan kenyamanan untuk pemustakanya.

Bila membaca visi dan misi Perpustakaan Baitul Hikmah, bisa diketahui adanya upaya menanamkan mindset bahwa perpustakaan sekolah adalah elemen tak terpisahkan dalam pembelajaran. Ada kesadaran kuat bahwa perpustakaan sekolah memiliki peran penting dalam pembentukan karakter literat. Dari visi dan misi itulah SMA Ar Rohmah menjadikan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar yang nyaman dan memiliki koleksi pustaka yang memenuhi ketentuan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007.

Namun demikian, bagaimanapun bagusnya sebuah perpustakaan sekolah, hanya akan menjadi ruang sunyi jika tidak ada kerja kolaboratif antara pustakawan yang pro aktif dengan guru yang berbudaya literasi. Dalam Manifesto Perpustakaan Sekolah, UNESCO secara ekplisit telah menyebutkan bahwa jika pustakawan dan guru bekerja sama dengan baik, maka seluruh murid punya kemampuan literasi yang baik, sanggup memecahkan masalah, serta menguasai teknologi informasi dan komunikasi.

Bentuk kerja kolaboratif itu pula yang mampu menghidupkan Perpustakaan Baitul Hikmah. Para guru yang termasuk dalam tim literasi sekolah melakukan pemilihan santri-santri di SMA Ar Rohmah Putri untuk menjadi anggota Literacy Club. Mereka yang dinyatakan terpilih akan diikutkan dalam Diklat Literacy Club yang seluruh kegiatannya terpusat di Perpustakaan Baitul Hikmah.

Tentu ada banyak strategi yang bisa dilakukan guru untuk menjadikan literasi sebagai ruh konsep Merdeka Belajar. Bila tradisi keilmuan terus meningkat, angka kunjungan ke perpustakaan juga berpotensi meningkat. Namun hal ini harus didukung oleh pustakawan dengan melakukan rebranding sehingga perpustakaan sekolah akan teridentifikasi sebagai pusat pembelajaran berbasis literasi informasi yang user friendly.

——— *** ———

Tags: