Pertani HKTI Jatim Bangun Spirit Resiliensi Korban Erupsi Semeru

Ketua Pertani HKTI Jatim Lia Istifhama dan Ketua RBD Mojokerto, Mas Doni, saat menghibur anak-anak.

Surabaya, Bhirawa
Perempuan Tani (Pertani) HKTI terus melakukan aksi sosial di tengah masyarakat. Jika sebelumnya intens melakukan penguatan spirit agraris di berbagai kabupaten/kota Jatim, kali ini Pertani HKTI hadir membangun pentingnya spirit resiliensi.

Ketua Pertani HKTI Jatim, Lia Istifhama, yang sebelumnya pernah meneliti tentang resiliensi korban pelecehan seksual di Kota Surabaya menjelaskan, resiliensi penting dimiliki semua orang, terutama yang saat ini menjadi korban erupsi Gunung Semeru, Lumajang.

“Pertani HKTI turun dua kali di Lumajang yakni pada tanggal 7 dan 10 Desember 2021. Pertani HKTI hadir di Lumajang bersama elemen relawan lainnya, diantaranya adalah Relawan Bolo Doni (Akhmad Luthfy Ramadhani) dari Mojokerto. Tujuan kami jelas, yaitu bergandengan tangan dengan banyak pihak untuk menebar kepedulian satu sama lain,” ujar Ning Lia, sapaan lekat Lia Istifhama, Minggu (12/12). Menurut dia, memberikan penguatan secara moril juga sangat penting bagi korban eruspi Gunung Semeru yang sudah mengalami kesusahan.

“Penting bagi kita semua, agar saling menguatkan aspek moril para saudara kita yang sedang kesusahan. Termasuk diantaranya adalah saudara di Lumajang yang saat ini masih mengungsi akibat musibah erupsi Semeru. Penguatan tersebut adalah bagaimana kita menumbuhkan spirit resiliensi melalui fase trauma healing,” katanya.
Ning Lia pun mengutip konsep resiliensi yang menurutnya, penting diketahui. “Menurut Grotberg, resiliensi adalah kemampuan manusia untuk menghadapi, mengatasi, dan menjadi kuat atas kesulitan yang dialaminya. Berdasarkan penelitian yang pernah saya lakukan, resiliensi atau semangat bangkit, sangat didukung dengan pendekatan agama,” jelasnya.

Sekretaris MUI Jatim tersebut, kemudian menjelaskan pendekatan agama Islam, yaitu pesan motivasi yang dijelaskn dalam Surat Al-Baqarah Ayat 286, bahwa ‘Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya’, dan Al-Insyirah Ayat 5 yang menyebutkan bahwa pasti ‘ada kemudahan atau solusi dalam setiap kesulitan’.
Ning Lia pun mencontohkan bentuk nyata penguatan resiliensi yang dilakukannya dengan tim saat berkunjung ke pengungsi. Diantaranya adalah mengajak mereka bercerita dan bercanda. Sedangkan khusus anak-anak, mereka menciptakan suasana agar anak-anak tetap ceria melalui beragam permainan yang menstimulus aspek kognitif mereka, yaitu melantunkan doa bersama-sama, berhitung, bernyanyi, dan berani menyampaikan pendapat. [iib]

Tags: