Pesona Mahfud Dalam Politik Elektoral

Oleh:
Diki Wahyudi
Peneliti Pusat Studi Islam dan Filsafat UMM

Hasil survei pusat studi ilmu politik Universitas Muhammadiyah Malang (PSIP UMM), calon wakil presiden pilihan (Top Of Mind) trend elektabilitas Mahfud MD berada di posisi pertama sebagai cawapres favorit di Jawa Timur (Jatim) dengan perolehan angka 19,4%, kemudian posisi kedua Khofifah dengan perolehan 14,5%, dan ketiga Ridwan Kamil 11,1%, dilansir dari PSIP UMM rabu (18/10/2023)

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada Rabu (18/10/2023), mengumumkan bakal calon presiden Ganjar Pranowo yaitu Mahfud MD. Kehadirannya di pentas politik nasional menyita perhatian publik, khususnya masyarakat Jatim yang sampai detik ini menjadi salah satu penentu kemenangan pada pemilihan presiden dan wakil presiden.

Perebutan suara di Jatim semakin sengit, kehadiran Mahfud MD semakin memperketat persaingan di pilpres mendatang. Terlebih, jika yang diputuskan oleh capres Prabowo Subianto juga meminang sosok cawapres dari Jatim, maka, bisa dipastikan suara pemilih Jatim akan menjadi penentu siapa capres dan cawapres yang akan terpilih.

Ketua DPP PDIP Komarudin Watubun mengakui, terpilihnya Mahfud MD merupakan bagian dari upaya untuk memenangi pertarungan di pulau Jawa. Pertarungan di Jawa dianggap penting oleh PDIP karena prediksi perolehan suara di jawa lebih kuat dibandingkan perkiraan yang bisa didapatkan di luar Jawa.

Pemilih di pulau Jawa memiliki ciri tersendiri, jadi perlu didekati oleh sosok pemimpin yang bisa masuk ke kelompok nasionalis, tetapi juga ke kelompok kaum agamis. Artinya sosok pemimpin yang dibutuhkan adalah sosok yang bisa memadukan antara nasionalis dan agamis, hal itu dinilai, nasionali diwakili oleh Ganjar sedangkan Mahfud MD mewakili kelompok agamis karena memiliki latar belakang warga nahdliyin.

Berdasarkan hasil survei PSIP UMM yang dilakukan selama September 2023, warga Nahdlatul Ulama (NU) di Jatim cenderung memilih Mahfud MD dari pada Cak Imin selaku pasangan dari capres Anies Baswedan, prosentase perolehan Mahfud MD 19,5%, sedangkan untuk Cak Imin sekitar 10,7%, hal itu disampaikan oleh pengamat politik UMM Ruli Inayah Ramadhoan saat menyampaikan hasil survei pada Rabu (18/10/2023) dilansir dari PSIP UMM.

Keputusan PDIP dan koalisinya saat menunjuk Mahfud MD menjadi cawapres Ganjar sudah sangat tepat, sosoknya yang tegas dan berani kemungkinan akan menggugah para pemilih di pulau jawa, khususnya Jatim. Tinggal capres Prabowo yang belum mengumumkan cawapresnya, publik sudah menunggu, apakah cawapres Prabowo nanti bisa mengalahkan pesonanya Mahfud di Jatim?

Tentu, kita semua akan menyaksikan siapa figur yang akan di daftarkan ke KPU dan pada saatnya akan tertera dilembar kertas suara, patut untuk dinanti strategi politik dari capres Prabowo dan koalisinya untuk mengimbangi pesona dari seorang Mahfud MD yang dianggap bisa mewakili dari kalangan agamis dan mampu menutupi kekurangan dai capres Ganjar Pranowo.

Kecenderungan Pemilih di Jawa Timur
Kecenderungan pemilih di Jatim beragam, jika dianalisis dari segi gender, generasi, anglomerasi, santri non santri PDIP masih unggul dari partai lainnya. Hasil survei pusat studi ilmu politik UMM menjelaskan jika pilihan partai bedasarkan Gender, laki-laki memilih PDIP dengan perolehan 34,6% dan perempuan 34,4 %, sedangkan Generasi X 37,4 %,Y 32,9 %, Z 25,3 %, Babyboomers 34,6 %, artinya PDIP masih tinggi elektabilitasnya dari segi gender dan generasi.

Di lain sisi, Anglomerasi wilayah Arek, Mataraman, Tapal Kuda, Pantura, Madura, PDIP bisa unggul di wilayah Arek 37,1 %, Mataraman 46,9 %, sedangkan ketiga wilayah lainnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mampu mengungguli PDIP dengan perolehan prosentase yang tidak jauh jaraknya. Sedangkan santri memiliki kecenderungan memilih PDIP dengan 33,1 % prosentasenya, dan non santri yang memilih PDIP juga cukup tinggi sekitar 34,5 %.

Keterpilihan PDIP di Jatim masih tinggi, disusul oleh PKB dan kemungkinan besar setelah di deklarasikan pasangan Ganjar- Mahfud pemilih partai PDIP akan berbanding lurus dengan pilihan Capres dan Cawapres, akan tetapi pemilih PKB belum tentu tegak lurus dengan pilihan capres dan cawapres yang diusung oleh PKB karena di partai tersebut terdapat kader-kader NU sedangkan Mahfud MD ialah kader NU, dan sangat mungkin perpindahan pemilih Anies dan Cak Imin yang berasal dari NU akan berpindah ke Mahfud MD

Dari nama-nama yang sudah beredar dan digadang-gadang menjadi cawapres, diantaranya Khofifah, Ridwan Kamil, Erick Thohir, sosok Mahfud MD masih tertinggi elektabilitasnya dibandingkan dengan calon lainnya. Hasil survei pusat studi ilmu politik UMM menyebutkan calon wakil presiden pilihan yang berdasarkan afiliasi ormas atau kelompok keagamaan, NU 16,6 %, Muhammadiyah 18,8 % dan non afiliasi 16,6 % memilih Mahfud MD menjadi cawapres yang dikehendaki.

Harus diakui, untuk saat ini pasangan Ganjar-Mahfud unggul dibandingkan pasangan Anies-Imin, maupun capres Prabowo yang belum mengumumkan cawapresnya. Cak imin belum bisa mengalahkan elektabilitas Mahfud MD di Jatim meskipun selalu mengaungkan kader NU dan PKB salah satu partai yang populer digemari oleh masyarakat di jatim.

Sosok Mahfud MD sangat mempengaruhi publik dan anak muda. Kelugasan dan kefokusannya yang selalu membahas anti korupsi, keadilan hukum, kesejahteraan rakyat membuat publik dan anak muda akan memilih Mahfud, bisa jadi yang dibutuhkan indonesia saat ini ialah Mahfud karena keberaniannya dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penegakan hukum, pemberantasan korupi, serta kemiskinan.

Sekarang semua mata tertuju ke capres Prabowo, alasannya sederhana, karena satu-satunya capres yang belum mengumumkan cawapresnya adalah Prabowo. Jika dalam penentuan cawapres Prabowo tidak tepat, maka, kekalahan di tahun 2014 dan 2019 akan terulang kembali. Penentunya di cawapres, jika Prabowo berpasangan dengan orang tepat dan bisa mengimbangi Mahfud MD maka peluang kemenangan akan terbuka lebar.

————- *** —————

Rate this article!
Tags: