Polarisasi di Medsos Merespon Konflik Israel-Hamas

Oleh:
M. Syaprin Zahidi, M.A.
Dosen Pada Prodi Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang

Sudah hampir genap dua bulan sejak serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober lalu ke Israel yang kemudian dibalas oleh Israel dengan serangan yang sangat mematikan dan menelan korban sampai dengan Senin (27/11/2023) mencapai 15.000 lebih. Sementara itu, sebanyak 7.000 lainnya masih hilang di bawah reruntuhan. Jumlah korban tewas mencakup 6.150 anak dan 4.000 perempuan. Tentunya jumlah tersebut memantik respon beragam dari publik internasional

Dalam konteks Indonesia serangan Israel yang menyebabkan banyaknya korban jiwa dikalangan warga palestina tentunya menimbulkan kecaman yang luar biasa besar. Aksi bela palestina menjadi satu aksi yang biasa di lihat hampir di seluruh pelosok propinsi Indonesia sebagai contoh di Daerah Istimewa Yogyakarta, ribuan massa dari Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) melakukan aksi bela palestina yang bertemakan ‘Indonesia Turun Tangan Bantu Palestina’. Lalu di Sumatera Utara ratusan orang dari berbagai organisasi Islam di Sumatera Utara (Sumut) melakukan aksi di depan Gedung DPRD Sumatera Utara, Mereka mengutuk tindakan zionis Israel yang menggempur wilayah Gaza dan Palestina. Bahkan mereka membuka pendaftaran bagi umat Islam di Sumut yang akan diberangkatkan ke Palestina. Selain di Yogyakarta dan Sumatera Utara, aksi serupa juga dilakukan oleh forum ummat Islam di Solo, Semarang, Nusa Tenggara Barat dan beberapa propinsi lainnya di Indonesia.

Realitas masyarakat Indonesia yang mendukung palestina tersebut nyatanya tergambar dengan baik di media sosial namun di media sosial aksi mendukung palestina ternyata mendapatkan kritikan yang cukup massif juga dari beberapa masyarakat Indonesia lainnya terutama dari Sebagian masyarakat Indonesia yang notabene non islam. Hal ini cukup menarik sebenarnya karena walaupun hampir di setiap momen yang melibatkan isu palestina pasti masyarakat Indonesia akan solid untuk mendukung di media sosial namun ada momen menarik pasca 7 oktober tersebut karena kelompok yang mendukung Israel dan mendiskreditkan palestina juga sangat banyak di Indonesia terutama di media sosial.

Polarisasi yang terbentuk ini memang menjadi satu hal yang menarik untuk di lihat di Indonesia karena sebagai negara mayoritas muslim (walaupun dalam konteks palestina isunya bukan hanya agama) dan fakta bahwa masyarakat Palestina dulu juga mendukung kemerdekaan Indonesia ternyata tidak menjamin semua masyarakat Indonesia totalitas mendukung palestina, bagi penulis hal ini cukup unik dan menarik untuk dilihat penyebabnya.

Di media sosial polarisasi tersebut tergambar dengan baik sebagai contoh banyak konten dari yang pro dan kontra palestina saling hujat satu dengan lainnya. Di platform X misalnya komen dari akun @helmihenarsyah dalam akunnya Ia mengatakan “Orang-orang non muslim di Indonesia ini emang hati nurani-nya udh busuk ya? Malah banyak yg terang2an bela israel loh. Bisa2nya masih ngeliat masalah israel-palestina sebagai masalah agama”. Di media sosial lainya seperti tiktok @lukmandoloksaribu yang menyerukan agar tentara Israel menyerang rumah sakit Indonesia di Gaza dan menghujat ummat muslim Indonesia yang membela palestina.

Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa fakta polarisasi antara yang pro dan kontra dengan palestina tersebut ternyata benar-benar sangat massif di Indonesia yang bahkan dalam waktu belakangan ini mengarah kepada konflik horizontal antara masyarakat Indonesia sendiri seperti yang terjadi di Sulawesi Utara tepatnya di Kota Bitung. Pada tanggal 25 november lalu terjadi bentrokan antara dua kubu yang pro dan kontra palestina yang disebabkan oleh saling hujat di media sosial. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa polarisasi di media sosial tersebut faktanya di Indonesia bisa merembet pada relasi sosial sehari-hari antara masyarakatnya.

Hal tersebut sangat wajar terjadi karena masyarakat Indonesia sangat heterogen dan tediri dari berbagai macam suku, agama dan ras. Jika diteliti lebih dalam sebenarnya mudah diidentifikasi bagian dari masyarakat Indonesia yang mendukung Israel adalah kebanyakan yang minoritas dan selama ini tidak puas dengan kebijakan pemerintah Indonesia terutama terkait dengan tidak meratanya kesejahteraan yang diterima oleh mereka. Dalam konteks minoritas misalnya selama ini suka atau tidak ijin untuk mendirikan rumah ibadah bagi non-islam memang ada yang dipersulit di beberapa propinsi di Indonesia sehingga menurut penulis momentum serangan Israel ke palestina itu menjadi waktu yang pas bagi mereka untuk meluapkan kekesalannya pada kaum mayoritas di Indonesia dalam hal ini ummat Islam yang notabene lebih banyak mendukung palestina.

Dari polarisasi tersebut dalam konteks Indonesia penulis cukup khawatir jika pemerintah tidak segera turun tangan karena jika dibiarkan konflik horizontal seperti yang terjadi baru-baru ini di kota bitung Sulawesi Utara antara Islam dan non Islam bisa merambat ke propinsi-propinsi lain di Indonesia. Tentunya kita jangan sampai melupakan sejarah bahwa Indonesia pernah menghadapi masalah konflik horizontal yang disebabkan oleh masalah agama antara Islam dan Kristen yang terjadi di Poso dan Ambon. Hal-hal tersebutlah yang harus sebisa mungkin dihindari oleh Pemerintah Indonesia.

———– *** ————

Tags: