Puluhan Pengrajin Batik Kota Probolinggo Ikuti Sertifikasi Kompetensi Profesi

Pengrajin batik kota Probolinggo ikuti sertifikasi kompetensi profesi.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Mengembangkan Ekosistem Ekonomi Kreatif

Kota Probolinggo, Bhirawa.
Sebanyak 31 orang pengrajin batik se-Kota Probolinggo mengikuti sertifikasi kompetensi profesi batik. Uji kompetensi digelar DKUPP setempat bekerja sama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Batik yang bertempat di ruang pertemuan DKUPP.

Program fasilitasi sertifikasi kompetensi profesi batik bertujuan untuk mengembangkan ekosistem ekonomi kreatif yang lebih kondusif bagi para pelaku ekonomi kreatif, khususnya profesi batik di Kota Probolinggo. Sekaligus sebagai upaya pemerintah untuk meningkatkan profesionalitas dan daya saing para pengrajin batik dalam menghadapi persaingan pasar.

“Pengrajin batik yang telah bersertifikat akan menambah daya saing yang tinggi dan produk-produknya siap dipasarkan terutama di level internasional,” terang Kepala DKUPP, Fitriawati, Rabu (5/10).

Selain itu, melalui program ini dan bertepatan dengan peringatan Hari Batik Nasional tanggal 2 Oktober, pihaknya ingin memberikan penghargaan kepada pengrajin batik di Kota Probolinggo agar semakin berkualitas dan berdaya saing. “Pembatik di Kota Probolinggo banyak dan berkualitas. Kita pantas disejajarkan dengan pembatik dari daerah lainnya. Namun bila belum memiliki sertifikasi kompetensi masih akan dipertanyakan terutama jika batik-batiknya akan diekspor,” bebernya.

Fitri mengharapkan pengrajin batik di Kota Probolinggo agar terus berkreasi dan tidak berhenti untuk berkarya dengan selalu menggali ide-ide baru. Sehingga usaha kreatif para pengrajin batik dapat menjadi andalan Kota Probolinggo.

Sementara itu, Ketua LSP Batik Rodia Syamwil mengatakan sebagai rangkaian dari peringatan Hari Batik maka dihadiahkan sertifikasi bagi 200 pengrajin batik. “Sertifikat ini menjadi salah satu bukti seseorang itu memiliki kompetensi di bidang tertentu. Kami belum pernah menguji di Kota Probolinggo dan kami fasilitasi pada kemampuan mencanting saja, inilah yang dinamakan okupasi,” ujarnya.

Hal ini mengacu pada SKKNI SK Menaker RI Nomor 104 Tahun 2018, skema berbasis okupasi terdiri dari 14 skema. Yaitu terdiri dari tukang gambar motif batik, tukang pola, perancang motif batik, pembatik tulis, tukang cap, peracik malam, peracik warna sintetis, tukang celup warna alam, tukang lorod, pembuat canting, pembuat canting cap, dan perancang motif batik komputer.

Dalam kegiatan ini, para pengrajin batik akan mengikuti serangkaian uji kompetensi dan dinilai oleh tim asesor LSP Batik. “Uji itu kan sebenarnya mencari bukti, jika dokumen-dokumen seperti sertifikat, penghargaan, dan sebagainya lengkap maka dianggap sudah tercukupi. Sehingga tinggal wawancara saja terkait wawasannya. Namun, jika bukti dokumen ini kurang memadai maka harus dibuktikan lewat praktik,” urainya.

Rodia menambahkan, pelaksanaan uji sertifikasi kompetensi hanya berlangsung satu hari. “Rekomendasi dari asesor akan langsung diberikan kemudian rekomendasi ini akan kami bawa di rapat pleno LSP. Bukti-bukti ini akan diperiksa kembali dan dikirimkan ke BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi),” tuturnya.

Rodia berharap pengrajin batik yang telah mendapat sertifikasi kompetensi nantinya benar-benar mampu meningkatkan kualitas batik di Indonesia khususnya bagi Kota Probolinggo, harapnya.

Sebelumnya sebanyak 30 perajin batik di Kota Probolinggo, mengikuti pelatihan Batik Pewarnaan Alam tahun 2022 yang digelar, selama lima hari. Pelatihan yang diadakan Dinas Koperasi, Usaha Mikro Perdagangan dan Perindustrian (DKUPP), bertujuan meningkatkan daya saing produk kerajinan batik di Kota Probolinggo. Ungkap Kepada DKUPP Fitriawati.

Pelatihan tersebut menghadirkan pengrajin batik dari Chariesma Batik Sejahtera, Jombang yang dikenal telah memproduksi berbagai batik warna alam. Peserta pelatihan diajari tentang cara membuat batik dengan bahan pewarna alam yang berkualitas dan berstandar. “Peserta dapat memproduksi produk berbasis kain tradisional, dengan pewarna alami yang berkualitas dan berstandar. Serta mendorong perkembangan industri kreatif, di Kota Probolinggo sebagai basis penguatan,” kata Fitri.

Fitri mengungkapkan, adanya pelatihan sejalan dengan rencana Pemkot yang sedang membangun Griya Batik Kota Probolinggo. “Pemerintah tengah menyiapkan Griya Batik Probolinggo, dimana sekarang sedang proses pembangunannya, jadi harapannya nanti, Griya Batik bakal memfasilitasi hasil pelatihan ini, kemudian mereka akan menjadi sentra baru di sana,” ujarnya.

Fitriawati juga berpesan, agar peserta pelatihan dapat memaksimalkan kreatifitasnya, sehingga bisa muncul kerajinan batik khas Kota Probolinggo. “Semua bisa belajar, bagaimana pewarnaan alam batik, syukur-syukur nanti di Kota Probolinggo kita bisa menciptakan batik alam khusus, ciri khas Kota Probolinggo,” katanya.

Sekadar informasi, materi pelatihan tersebut, disampaikan narasumber Nurcholis Ekoleksono diantaranya tentang jenis pewarna alam, pembuatan pewarna alam, cara mewarnai serta cara mengunci warna pada kain batik. Salah satu peserta pelatihan, Rina menyampaikan, adanya pelatihan membuatnya bisa menambah ilmu dalam teknis pewarnaan kain batik.

“Karena teknik mencolet itu, kan bisa sampai minimal tujuh kali baru muncul warnanya, ini dengan kehadiran narasumber dari luar kota ini diharapkan ada teknik yang lebih praktis lagi,” tambah Rina merupakan pemilik UKM Griya Batik Zahra.(Wap.bb)

Tags: