Raih Cumlaude Gelar Doktor, Hasilkan Puluhan Jurnal Ilmiah

Nadya Afdholy bersama para penguji usai sidang terbuka gelar Doktor Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Surabaya, Bhirawa
Ketertarikannya pada kumpulan karya sastrawan Eka Kurniawan membuat Nadya Afdholy menuangkannya dalam penelitian berjudul ‘Disensus dalam Novel Eka Kurniawan: Kajian Ideoestetik.
Pemilihan topik penelitian ini, bukan tanpa alasan. Nadya berharap perkembangan karya sastra yang dihadirkan para sastrawan tidak hanya baik sebagai representasi. Tetapi menjadi sebuah seni estetik yang membuka ruang emansipasi, sehingga terbongkar dominasi pada setiap relasi sosial dan tercipta alaternatif baru.
Selain itu, sosok Eka Kurniawan dinilai Nadya merupakan sastrawan yang berani dalam berekspresi. Apalagi, Eka merupakan sosok sastrawan baru yang menolak penghargaan dari Kemdikbud, karena menilai kinerja negara yang tidak melindungi HAM. Pendapat itu berkaitan dengan kasus pelanggaran HAM pada penyair Widji Thukul.
“Karya – karya Eka ini menggambarkan kebebasan penulis dan sastrawan,” katanya, usai sidang terbuka gelar Doktor, Selasa (20/9).
Sementara konteks di masyarakat manusia boleh bersikap politik, tapi harus kembali pada persoalan kemanusiaan dan keadilan. Artinya logika representasi seharusnya menyadari bahwa kenyataan dalam kehidupan ini tidak seindah apa yang ditawarkan oleh distribusi kepatutan, makanya manusia harus berani berdisensus.
Dari disertasinya ini, Putri semata wayang pasangan Sufadhol dan Ngatirah resmi menyandang gelar doktor usai dinyatakan lulus ujian dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Perempuan yang mengambil jurusan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra itu meraih nilai sempurna dengan predikat Cumlaude dengan IPK 3.92.
“Harapannya penelitian ini bisa dijadikan salah satu upaya pembebasan berekspresi. Sementara mahasiswa menjadi lebih kritis dan mengandalkan logika, artinya tidak angguk – angguk saja di kelas,” tutur Nadya.
Tak hanya cumlaude, perempuan berusia 32 tahun ini juga telah berhasil menghasilkan puluhan jurnal ilmiah sejak beberapa tahun terakhir diantaranya 5 jurnal internasional bereputasi terindeks scopus atau WoS. empat prosiding internasional, 11 jurnal nasional, dua prosiding nasional, dan enam book chapter.
Menurutnya tips bisa menghasilkan puluhan jurnal adalah fokus. Fokus yang pertama adalah dengan menemukan dan menentukan jantung penelitian. Untuk menemukan jantung penelitian bisa dengan kajian literatur yang kemudian ditarik ke fakta. Apakah ada jarak antara fakta dan teori dalam literatur. Hal itu akan membantu seseorang untuk fokus sejak awal.
Nadia menjelaskan, artikel ilmiah yang dihasilkan merupakan hasil tugas kuliah yang sengaja dikerjakan serius agar bisa diterbitkan menjadi sebuah jurnal. Di tengah kesibukannya menjadi dosen, Nadya juga menjadi seorang reviewer dan Tutor Bahasa Indonesia, Universitas Terbuka Luar Negeri Johor Sarawak, Taiwan. Terakhir Nadya menegaskan bahwa keberhasilan yang diraih hingga hari ini tidak lain atas motivasi kedua orang tua serta doa dari orang-orang terdekatnya. [ina.fen]

Tags: