“Ring Langit” Palapa

Satelit Republik Indonesia-1 (SATRIA-1) sudah mengorbit di langit. Perlu waktu selama 145 hari sampai SATRIA-1 menemukan titik orbit tetap, persis di atas Papua. Masyarakat Indonesia akan lebih lancar berkomunikasi langsung antar pulau, dan semakin cepat melihat dunia. Sambungan internet akan menjangkau seluruh teritorial NKRI, melalui “tol langit” Palapa Ring. Pada akhir tahun (2023) ini masyarakat bisa menggunakan internet dengan kecepatan sampai 150 Gbps, terbesar seantero Asia.

SATRIA-1, diproduksi oleh PT Satelit Nusantara 3, di Thales Alenia Space, Prancis. Tetapi perlu diboyong ke America Serikat untuk peluncuran di Tanjung Cape Canaveral, Florida. Di langit SATRIA-1 akan menempati orbit pada lokasi 146? buijur timur. Persis di langit Papua. Akan melayani 20 sampai 30 ribu titik kegiatan masyarakat di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

Kapasitas awal sebesar 10 Gbps yang tersedia akan digunakan untuk melayani titik layanan publik. Juga tersambung Wi-Fi di kantor pemerintahan (dan sekolah negeri). Masyarakat juga bisa menggunakan internet gratis di sekitar area yang terjangkau Wi-Fi. Maka peluncuran SATRIA-1 sebagai upaya pemerataan akses internet. Terutama untuk keperluan pendidikan, kesehatan, untuk TNI dan Polri di seluruh wilayah tanah air. Serta sebagai layanan publik, untuk masyarakat, khususnya di daerah 3T.

Sebelumnya, sejak Oktober 2019, pemerintah telah membentangkan serat optik sepanjang 36 ribu kilometer. Bisa menjangkau 440 kabupaten dan kota seluruh Indonesia. Sisanya (sebanyak 74 kabupaten di pedalaman) menyusul pada tahun 2020 dengan penambahan 4 ribu menara BTS. Namun ironis, pembangunan Menara BTS (Base Transceiver Station), terjebak kasus korupsi. Realitanya, banyak menara tidak berfungsi. Kerugian negara mencapai Rp 8 trilyun. Sehingga internet di berbagai daerah tetap menjadi blank spot. Karena tidak ada sinyal.

Gagasan menghubungkan (mempersatukan) seluruh Nusantara kini telah memiliki roadmap (peta jalan) lempang. Cita-cita Mahapatih (Majapahit), Gajahmada, semakin bisa terwujud, melalui jaringan internet yang cepat. Suasana di Sabang (DI Aceh) bisa diketahui masyarakat Merauke (Papua). Begitu pula panen raya padi di Ngawi (Jawa Timur) bisa dimasukkan dalam informasi pasar di seluruh Indonesia.

Sebenarnya, proyek “Palapa Ring,” telah digagas sejak tahun 2007, tetapi mangkrak, karena keterbatasan anggaran. Serta dianggap bukan proyek prioritas. Pada tahun 2015, “Palapa Ring” diangkat kembali, dengan skema pembiayaan “khas Jokowi,” yakni, KPBU (Kerjasama Pemerintah Badan Usaha). Tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 38 tahun 2015, Pendanaan dari obligasi layanan umum. Menjadi salahsatu obligasi yang paling diminati investor.

“Palapa Ring,” tergolong proyek padat teknologi, sekaligus padat modal. Infrastrukturnya terdiri dari satelit, ditambah kabel serat optik, microwave, dan menara BTS. Proyek ini untuk menggenjot industri digital, sekaligus pemerataan akses informasi dan telekomunikasi. Banyak daerah di Indonesia masih dalam keadaan blank spot. Termasuk di kawasan bakal ibukota negara, kabupaten Panajam Pasir Utara.

Begitu pula kawasan timur Indonesia, seantero Maluku, Papua Barat, Papua, dan NTT (Nusa Tenggara Timur), masih banyak lokasi blank spot. Kecepatan download internet di Indonesia masih jauh di bawah rata-rata negara di Asia Tenggara (21,82 Mbps). Padahal pengguna internet diperkirakan terbanyak 215,63 juta orang. Tetapi masih sebagian (kecil) yang digunakan secara bijak, untuk pekerjaan dan ke-ilmu-an.

Satelit Ring Palapa, dapat dijadikan sarana me-merdeka-kan masyarakat dari belenggu kebodohan dan ketertinggalan. Dengan teknologi informasi, dunia terasa se-genggaman. Gadget android, digunakan di berbagai tempat, pada lokasi perkantoran, sampai di persawahan.

——— 000 ———

Rate this article!
“Ring Langit” Palapa,5 / 5 ( 1votes )
Tags: