Seserahan

Oleh :
Muhammad Dzunnurain
Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNISMA

Suasana di dalam rumah Candra begitu riuh. Setiap sudut ruangan, terdengar tawa canda dan desahan letih dari keluarga dan sahabatnya yang sibuk menyiapkan seserahan untuk acara pernikahannya yang akan segera tiba.
Candra, seorang pria yang cerdas dan sholeh, merasa campur aduk antara gembira dan tegang. Ia akan segera menikah dengan kekasih hatinya, Adelia, dan hari itu merupakan hari di mana dia akan memberikan seserahan sebagai bagian dari tradisi pernikahan Jawa.
Di sudut ruang tamu, Candra duduk bersama ibunya, Nyai Naila, yang penuh semangat membantu menyiapkan seserahan. Ibu Naila menggenggam seutas tali emas yang dipenuhi dengan berbagai perhiasan.
“Ma, apa yang harus aku siapkan untuk seserahan?” tanya Candra dengan polos.
Nyai Naila tersenyum lembut sambil merapikan beberapa bunga segar di dalam keranjang.
“Nah, untuk seserahan, biasanya kita menyiapkan beberapa perhiasan, kain batik, dan juga makanan khas Jawa seperti tumpeng, kue lapis, dan jajanan pasar.”
Candra mengangguk mengerti. “Baik, Ma. Apakah semuanya sudah siap?”
“Masih ada beberapa yang harus kita lengkapi,” jawab Nyai Naila.
“Kakakmu, Kevin, sedang mencari kain batik yang cocok untuk seserahan. Ayahmu pergi membeli kue-kue tradisional, dan sahabat-sahabatmu membantu mengatur perhiasan agar terlihat indah.” Tutunya kepada Candra dengan wajah tersenyum.
Tak lama kemudian, sahabat Candra, Farrel, memasuki ruangan sambil membawa beberapa kotak perhiasan.
“Candra, aku membawa perhiasan yang indah untuk seserahanmu! Kamu pasti akan terlihat memukau!” Ucap Farrel sambil memberi bingkisannya
Candra tersenyum bahagia dan memeriksa perhiasan yang dibawa oleh Farrel. Candra memilih kalung mutiara putih dengan cincin berlian sebagai seserahannya.
“Terima kasih, Farrel! Ini begitu indah.”
Sementara itu, Rini kembali membawa beberapa gulungan kain batik.
“Candra, aku menemukan beberapa motif batik yang bagus untuk seserahanmu. Kamu bisa memilih yang kamu sukai!” Ucap Rini sambil menunjukkan batiknya usai membelinya di pekalongan.
Candra dengan senang hati memeriksa setiap gulungan kain batik yang dibawa oleh Rini. Ia akhirnya memilih kain batik dengan motif bunga yang cerah dan cantik.
“Terima kasih, Rini! Aku sangat suka kain ini.” Ucap Candra dengan hati berbunga-bunga.

***

Waktu terus berjalan, dan semakin dekat dengan waktu pernikahan. Candra dan keluarganya sibuk mempersiapkan makanan untuk seserahan. Dapur dipenuhi aroma sedap dari tumpeng yang sedang dimasak.
Ketika tiba saatnya untuk menyusun seserahan di dalam kotak, Candra dan Nyai Naila dengan cermat meletakkan perhiasan, kain batik, dan makanan tradisional di dalam kotak yang dihiasi dengan bunga-bunga segar.
“Semua sudah siap, Ma,” kata Candra dengan gembira.
“Aku tak sabar menikmati momen istimewa saat aku memberikan seserahan ini kepada Adelia.”
Nyai Naila tersenyum bangga. “Anakku, aku yakin seserahanmu akan sangat berarti bagi Adelia. Semoga pernikahanmu menjadi berkah dan membawa kebahagiaan bagi kalian berdua.” Ucap Nyai Naila dengan sedidit mencucurkan air mata.

***

Hari pernikahan tiba dengan penuh kebahagiaan. Candra berjalan di lorong menuju pelaminan dengan tersenyum lebar. Di tangannya, ia memegang erat kotak berisi seserahan yang dipenuhi dengan cinta dan harapan.
Saat tiba di depan Adelia, Candra meletakkan kotak seserahan dengan lembut di atas meja. Adelia membuka kotak dengan penuh perasaan, menghargai setiap perhiasan, kain batik, dan makanan yang ada di dalamnya. Ia melihat Candra dengan tatapan penuh cinta.
“Seserahan ini adalah simbol dari kasih sayangku dan keluargaku untukmu,” ucap Candra dengan lembut.
Adelia tersenyum dan memegang tangan Candra dengan erat.
“Terima kasih, Sayang. Seserahan ini sangat berarti bagiku. Aku sangat beruntung bisa memilikimu sebagai suamiku.” Ucap Adelia dengan penuh senyuman.
Diiringi sorak-sorai kebahagiaan, Candra dan Adelia melangkah menuju kehidupan pernikahan mereka yang baru. Seserahan menjadi salah satu titik awal dari perjalanan mereka bersama, mengingatkan mereka akan cinta dan harapan yang mereka bawa saat memulai kehidupan bersama.
Pernikahan mereka berjalan dengan sukses dan penuh kebahagiaan. Candra dan Adelia saling mendukung dan mencintai satu sama lain setiap hari. Mereka mengenang saat-saat indah ketika Candra memberikan seserahan dengan penuh kasih sayang.

***

Hingga suatu hari, ketika mereka merayakan ulang tahun pernikahan yang pertama, Candra dan Adelia duduk di bawah pohon rindang di taman rumah mereka. Candra menatap Aditya dengan penuh cinta dan berkata,
“Ingat dulu saat aku memberikan seserahan kepadamu? Rasanya seperti baru kemarin.”
Adelia tersenyum lembut dan menjawab,
“Ya, Sayang. Itu adalah momen yang akan selalu aku ingat. Seserahanmu membawa kebahagiaan dan keberuntungan dalam hidup kita. Aku bersyukur memilikimu sebagai suamiku.”
Mereka berpegangan tangan sambil melihat senja yang indah, mengenang semua perjalanan dan kenangan yang telah mereka lalui. Seserahan tetap menjadi simbol cinta dan kesatuan mereka, mengingatkan mereka akan komitmen dan kebersamaan yang selalu mereka jaga.

***

Bulan-bulan berlalu dengan begitu indah bagi Candra dan Adelia. Cinta mereka semakin dalam dan kuat setiap harinya. Mereka saling mendukung dalam segala hal dan melewati berbagai cobaan bersama sebagai pasangan suami istri yang bahagia.
Kini, Gadisri dan Aditya merencanakan perjalanan istimewa. Mereka memutuskan untuk mengunjungi sebuah pulau eksotis dengan pantai yang perpagar pohon cemara dan laut biru yang jernih.
Sesampainya di pulau itu, mereka menemukan tempat bermalam yang romantis dengan pemandangan laut yang menakjubkan. Candra dan Adelia menjalani waktu berdua yang penuh kebahagiaan, berjalan-jalan di tepi pantai, bermain air di laut, dan menikmati matahari terbenam yang indah.
Di salah satu pagi, Adelia menyusun sebuah kejutan untuk Candra. Ia mempersiapkan sarapan romantis di tepi pantai. Candra terkejut melihat meja yang dihiasi dengan bunga-bunga cantik dan hidangan lezat.
“Ternyata istriku memberikan seserahan juga,” kata Candra di dalam hatinya dengan tawa senyumnya yang hamper ketahuan.
Adelia tersenyum lalu memukul bahu Candra.
“Ini adalah seserahan dari hatiku yang selalu ingin memberikan kebahagiaan dan cinta untukmu.”
Sambil menikmati sarapan yang disajikan oleh Adelia, Candra teringat kembali pada saat-saat indah saat ia memberikan seserahan di hari pernikahan mereka. Ia merasa begitu beruntung memiliki seorang istri yang selalu memberikan kejutan dan perhatian spesial.

***

Pulang dari perjalanan mereka yang mengesankan, Candra dan Adelia kembali ke kehidupan sehari-hari mereka yang penuh dengan kasih sayang dan kebersamaan. Mereka menjadi teladan bagi banyak pasangan di sekitarnya, dengan keramahan dan kebahagiaan yang selalu mereka pancarkan.
Suatu malam, di hari ulang tahun Candra, Keluarga dan teman dekatnnya Adelia merayakannya dengan sebuah pesta kecil di rumahnya untuk merayakan momen spesial ini.
Dalam pidato singkatnya, Candra berbicara tentang betapa berartinya seserahan dalam perjalanan cinta ini. Ia menyampaikan rasa syukurnya memiliki seorang istri yang selalu setia, perhatian, dan penyayang.
“Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada Adelia, istri terbaik di dunia, atas setiap momen indah yang telah kita bagikan bersama,” ucap Candra dengan suara haru.
“Seserahan kita bukan hanya simbol cinta di masa lalu, tetapi juga simbol cinta yang akan terus kita jaga di masa depan.”
Mendengar kata-kata suaminya, Adelia tersenyum bahagia dan mencium tangannyat. “Aku berjanji akan selalu ada untukmu, Sayang. Seserahan kita adalah ikatan yang mengingatkan kita tentang komitmen kita untuk saling mencintai dan mendukung satu sama lain sepanjang hidup.”
Pesta perayaan berlangsung dengan riang gembira. Candra dan Adelia menari bersama di tengah tawa dan sorak-sorai bahagia. Mereka merayakan cinta yang suci ini dan janji-janji yang abadi di malam ini.
“Seserahan telah menjadi lebih dari sekadar benda fisik. Ia menjadi simbol pengikat hati yang selalu mengingatkan Candra dan Adelia akan cinta, kesetiaan, dan kebahagiaan yang selalu ada dalam hubungan mereka”

——— *** ———–

Tentang Penulis:

Muhammad Dzunnurain
Mahasiswa Fakultas Keguaruan dan Ilmu Pendidikan (UNISMA). Aktif dibeberapa Organisasi Intra dan Ekstra kampus salah satunya Himpunan Mahasiswa Jurusan (English Student Association), LPM Fenomena (FKIP), Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) Malang Raya, PMII RayonAl-Kindi, Forum Komunikasi Mahasiswa Sumnenep (FKMS). Beberapa karyanya telah puisinya telah di muat di media online dan cetak di antaranya Majalah Sidigiri Edisi 179, Antologi Nulis Bareng (Mahir Nulis)”Patah”(2022), Warta Universitas Surabaya Edisi 335,338, dan 339, Koran Harian Bhirawa (2022), Nolesa “Berimbang dan Mencerdaskan”(2022), Negeri Kertas “Jurnal Sastra dan Seni Budaya”(2022), Gerakan “Sadar Membaca” Rumah Baca.id (2022), Rumah Literasi Sumenep (2022), Tiras Times (2022), Riau Sastra (2023), Terminal Mojok (2023), Ngewiyak (2023),Koran Suara Merdeka (2023).

Rate this article!
Seserahan,5 / 5 ( 2votes )
Tags: