Sistem Pendidikan Belum Tentu Seiring dengan Psikologis Dunia Kerja

Gubernur Jatim, Hj Khofifah Indar Parawansa

Pamekasan, Bhirawa
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, dihadapan para Kepala sekolah tergabung di MKKS SMA swasta, mengatakan, ada hal – hal dibangun dalam sinergitas, yaitu kebutuhan kualifikasi guru dan bahan ajarnya, kehadiran kepala sekolah dengan ekosistemnya, lalu roh input.
Menurut gubernur, roh input menjadi penting. Ada sekolah 100 atau hampir 10 diterima di berbagai PTN stategis. Padahal di sekolah itu biasa – biasa saja. Saya tanya ke beberapa gurunya, apa kelebihan sekolah. Gurunya menjawab, yang hebat anak -anaknya. Inilah yang sebut roh input.
“Anak di sekolah ini (SMAN 8 Jakarta) juga mengikuti Bimbel di luar belajar. Dan belajar sampai jam 20.00. Rata – rata hampir 100% anak – anak diterima di PTN strategis. Karena roh input, anak-anaknya kualifaid dan punya kualitas belajar luar biasa,” katanya.
Ada sekolah di Jakarta, kata gubernur, anak -anak disekolah ini mendapat nilai 9 menangis. Kalau bisa nilai 10. Ketika dicari tahu, sekolah mengajarkan tugas yang sangat banyak dan memakai kurikulum singapore. Program afirmatif SMP – SMA 3 Tahun.
Gubernur bercerita, Anak pertama dan kedua mengambil program afematif tiga tahun. Maka SMP dan SMA, tiga tahun. Kuliahnya cepat dan dia lulus dalam usia muda. Dia anak pertama saya diterima di sebuah perbankan bertaraf internasional (bank asing) asetnya terbesar di seluruh dunia.
“Saya saran usia mu masih sekolah saja melanjutkan. Dia menjawab, Bu, saya anak laki – laki pertama, saya harus bekerja dan bapak sudah tiada. Eh, empat hari pertama, dia menais siang malam. Dia dituntut bekerja dengan firmat orang dewan, sedang usia dia belum cukup dewasa,” cerita Khofifah.
Gubernur mengungkapkan, percepatan pendidikan itu belum tentu berseiring secara psikologis dengan percepatan sosiologis yang dibutuhkan dalam sistem dunia kerja tapi bahwa saya merasa, anak saya tidak kehilangan masa remaja dan untuk waktu berwisata.
“Kultur seperti itu, memang harus diciptakan. Memang suatu saat, ada perwakilan Kepala sekolah bertemu dengan ridme sistem belajar mengajar yang memang murid-muridnya punya keseriusan dalam belajar mengajar,” tandas.
Di Jawa Timur, menurut saya bisa jadikan reprensi, yaitu SMA Nala di Malang, murid-muridnya 92% diterima di PTN Stategis bahkan sebagian berbeasiswa. Kalau studi bading tidak terlalu jauh tapi melaksakannya tidak mudah.
“Kultur belajar yang keras, kultur belajar yang serius, kultur belajar dengan target. Saya ingin mengatakan dalam sebuah manajemen bagus tapi mahal. Maka kita harus sering berinteraksi, harus mau membuka alam cakrawala berpikir kita. Jangan kita, paling dan sudah nomor satu wa hep to open maex. Di atas langit, ada langit,” katanya.
Ada format sering saya jadikan reprensi, ucap gubernur, Pesanten Amatul Ummah. Pesantren ini biasa – biasa saja, gurunya biasa – biasa saja. Anak saya dua orang di sana. Sekolah di sana menurut saya, keberseimbangan belajar dab dzikir, sepertinya imbang.
Jadi ini tidak mudah diikuti dengan yang lain. Karena istiqomahnya terjaga. Kalau ada undangan di perguruan tinggi, Amatul Ummah selalu diterima. Kalau belum diterima test, mereka tidak boleh pulang. Sampai test tetap di dalam pesantren. Mereka harus dibrifing dan mendapat bimbel semaksimal mungkin.
Dihadapan Kepala Sekolah, Gubernur menegaskan, menyiapkan pendidikan harus dengan format yang sudah teruji. Kalau di Amatul Ummam, anak SMA, kelas 11, ujicoba UAN bukan di kelas XII tetapi di kelas XI.
“Nah, di kondisi sekarang dibutuhkan bangsa dan negara, yaitu Akhlak. PR ini tidak sedehana. Para Kepala sekolah punya tanggung jawab yang sama. Ilmu dengan sistem akademi yang bagus, tetap harus diikuti karakter moral dan akhlak yang bagus. Yang susah mencari tauladannya,” ucapnya.
Diungkapkan, diakhir – akhir ini ada kasus – kasus yang membuat ngelus dodo, ditemukan sesuatu tidak pada tempatnya. Juga mulai muncul ada dari PT dan lain. PR ini bapak ibu dan Kepsek mohon dijadikan catatan serius. Anak – anak itu oleh orangtuanya dipasrah ke par aguru untuk dididik, diisi lahir bathinnya dan diisi akademik assementnya.
“PR – PR, seperti ini tidak mudah, maka harus diikhtiari dengan doa. Kalau anak – anak berdoa, pastikan pada jam – jam yang sama. Selesai shalat pastikan ada doa untuk murid – murid kita, begitu juga murid – murid mendoakan para gurunya. Maka menjadi roh bertautan guru dengan sang murid,” gubernur. [din]

Tags: