Smamda Surabaya Gelar Webinar Dialog Konstruktif dengan Remaja

Dr Wiwin Hendriani SPsi MPsi menjelaskan paparannya dalam Webinar Membangun Dialog yang Konstruktif dengan Anak Berusia Remaja digelar SMA Muhammadiyah 2 Surabaya.

Surabaya, Bhirawa
Komite SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya Hari Sabtu (2/12) lalu, menggelar Webinar Smamda Parenting dengan topik Membangun Dialog yang Konstruktif dengan Anak Berusia Remaja. Webinar diikuti para wali murid dan staf pengajar ini menghadirkan pembicara Dr Wiwin Hendriani SPsi MPsi, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya. Webinar dipandu Ustadzah Pramesti Ratna Paramitha MED PHD Psi.

Di awal paparannya Dr Wiwin mengatakan, berproses menjadi orang tua itu proses belajar seumur hidup yang tak pernah ada ujungnya. Orang tua setiap kali menerima materi apapun dalam konteks penguatan sebagai orang tua. ”Tergantung tindak lanjutnya sesuai kondisi masing – masing, artinya kita berproses tidak perlu berfikir, aduh saya susah bila harus seideal itu,” katanya.

Dr Wiwin menjelaskan, agar bisa memahami paparan tema webinar tentang remaja secara utuh maka harus memahami tiga hal yakni, 1. Memahami Kembali masa remaja. 2. Proses pembentukan perilaku, dan 3. Mengupayakan dialog lebih konstruktif. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak – anak menjadi dewasa, masa perubahan, masa yang rentan pada pengaruh sosial.

Menurut Dr Wiwin, perubahan yang terjadi pada diri anak – anak tidak hanya perubahan fisik. Dalam perkembangan fisik maka terjadi serangkaian perubahan fisik yang mengikuti Pubertas sehingga remaja butuh diapresiasi. Dalam perkembangan kognitif, penalarannya berkembang dan kemampuan berfikir semakin terasah, sehingga remaja butuh didengarkan dan dihargai. Terjadi perkembangan emosi akibatnya cenderung lebih sensitif, bahkan emosinya meledak – ledak maka remaja butuh difahami dan ditoleransi. Terjadi perkembangan sosial maka jangkauan pergaulan sosialnya bertambah luas, semakin mendekat dengan komunitas teman, sehingga butuh diakui dan diterima secara sosial.

“Dalam perubahan ini kita dudukkan dalam kondisi yang obyektif. Artinya, tidak semua perubahan itu negatif agar orang tua mendapatkan referensi berimbang, dari anak – anak menjadi remaja ada banyak hal positifnya. Misalnya, dari fisiknya yang dulunya tidak tangkas menjadi tangkas,” tuturnya.

Maka orang tua harus bisa beradaptasi karena pentingnya adaptasi dalam pengasuhan sepenuhnya menyadari karena anak – anak sudah menginjak usia remaja, akibatnya anak tak bisa sepenuhnya didekte. Sebab sudah mempunyai kemampuan yang berkembang dan perlu ruang untuk diberi kepercayaan dengan cara tertentu yang harus bisa dikendalikan orang tua.

Sementara itu, Kepala Smamda Surabaya, Ustadz Astajab SPd MM menjelaskan, webinar dengan tema Membangun Dialog Konstruktif dengan Anak Berusia Remaja merupakan tema yang sangat diperlukan semua pihak, tidak hanya orang tua wali murid tetapi juga diperlukan seluruh guru yang menjadi orang tua di sekolah dan selalu mendampingi agar di masa depan anak – anak bisa sukses.

“Sebagai orang tua dan guru harus senantiasa mendampingi dan mendidik secara benar, mengarahkan dengan benar, bersikap dengan benar, supaya remaja mempunyai masa depan bagus,” tegas Ustadz Astajab. [fen.why]

Tags: