SMAN 2 Nganjuk Sediakan Asrama Siswa Keluarga Tak Mampu

Asrama siswa yang dirintis SMAN 2 Nganjuk disediakan untuk siswa dari keluarga kurang mampu yang tempat tinggalnya jaug dari sekolah.(ristika/bhirawa)

Nganjuk, Bhirawa
Model penyelenggaraan sekolah berasrama sebenarnya bukan hal baru dalam dunia pendidikan di tanah air. Namun untuk sekolah negeri di Kabupaten Nganjuk, baru SMAN 2 Nganjuk yang saat ini melakukan rintisan asrama dalam sekolah.

Dalam sejarah pendidikan di Indonesia, model asrama telah dikenal sejak lama dengan berbagai nama, seperti pondok, perguruan, atau pondok pesantren.Dengan model ini, penyelenggaraan pendidikan dilakukan di mana peserta didik tinggal di kompleks sekolah selama 24 jam. Sekolah berasrama adalah sebuah sekolah dimana sebagian besar atau seluruh murid bermukim di sekolah selama menimba ilmu di sekolah tersebut.

Sementara itu berdasarkan data Dapodik, terdapat dua SMA swasta di Kabupaten Nganjuk yang menyelenggarakan sekolah berasrama. Yakni SMA Bina Insan Mandiri di Kecamatan Baron dan SMA POMOSDA di Kecamatan Tanjunganom.

Berbeda dengan sistem asrama yang diterapkan oleh dua SMA swasta tersebut, SMAN 2 Nganjuk lebih menerapkan sistem asrama day boarding. Artinya hanya sebagian kecil peserta didik yang tinggal di asrama. Justru mayoritas siswanya tidak tinggal di asrama. Sekolah hanya menyediakan fasilitas asrama hanya untuk keperluan khusus, misalnya karena jarak yang jauh atau kebutuhan tertentu dalam konteks pilihan pembelajaran.

Kepala SMAN 2 Nganjuk Rita Amalisa menjelaskan munculnya ide asrama di sekolah setelah dirinya mengetahui ada siswa SMAN 2 Nganjuk yang rumahnya di Desa Bareng Kecamatan Sawahan. Saat pulang sekolah, murid tersebut menunggu jemputan hingga menjelang maghrib.

Karena rumah siswa tersebut memang jauh dan berada di lereng pegunungan Wilis, maka Rita Amalisa mengantarnya pulang. Dari situlah kemudian muncul ide untuk membangun asrama bagi siswa yang rumahnya jauh dan dari keluarga tidak mampu. “Untuk sementara, kami hanya mampu membangun asrama untuk 8 siswa putri,” terang Rita Amalisa.

Memanfaatkan ruang kelas ekstra kulikuler, SMAN 2 Nganjuk membangun asrama yang hingga saat ini masih dalam proses akhir. Dengan melakukan renovasi, ruang kelas yang tadinya untuk kegiatan ekstra kulikuler diharapkan dapat menjadi asrama yang nyaman bagi siswanya.

Lebih lanjut Rita Amalisa mengatakan, dampak prositif dari asrama sekolah adalah menciptakan ruang belajar yang memadai dan intensif bagi siswa. Selain itu juga asrama sekolah mendidik siswa untuk dapat lebih mandiri dan terbiasa berinteraksi dengan berbagai teman dari latar belakang yang berbeda. Tentunya juga membuat siswa yang tinggal di asrama untuk saling menghargai dalam keragaman tersebut.

“Era millenial dengan arus informasi yang sangat cepat menjadi tantangan utama dalam mendidik anak-anak. Usia remaja merupakan usia yang rentan akan pengaruh-pengaruh buruk dari cepatnya arus informasi.

Keberadaan asrama sekolah di tingkat SMA bisa menjadi oase bagi siswa dari keluarga kurang mampu” pungkas Rita Amalisa.(ris)

Tags: