SMP IT Inka Isi PTM Terbatas dengan Program English Camp

Siswa SMP IT Inka sedang belajar bahasa Inggris dengan PTM Terbatas. [achmad suprayogi]

Sidoarjo, Bhirawa
Pembelajaran di masa PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat membutuhkan strategi dan inovasi yang tepat untuk mendukung perkembangan belajar siswa. Guru harus bergerak cepat mengikuti perkembangan dan kondisi yang ada, dengan merumuskan strategi pembelajaran yang efektif memanfaatkan teknologi yang ada.
Maka upaya membangun siswa yang mampu berdaya saing global menuju sekolah bertaraf Internasional dilakukan SMP Inka (Islam Terpadu Insan Kamil) Sidoarjo. Sebanyak 121 siswa jenjang VII mengikuti Program English Camp secara PTM (Pembelajaran Tata Muka) Terbatas dan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) selama satu bulan penuh.
Menurut Kepala Sekolah, Ustadzah Aniqotul Uhbah, program ini merupakan kerjasama dengan STKIP (Sekola Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Al Hikmah Surabaya dan mengadopsi Metode Birkhenbil dari Jerman. Pembelajaran dibagi menjadi tiga sesi yaitu Grammar, Birkhenbil, dan Speaking.
“Birkhenbil merupakan metode belajar Bahasa Inggris dengan mengutamakan pembiasaan berbicara, mendengar, dan membaca tanpa paksaan kepada siswa, sehingga merasa mudah dan senang dalam belajar Bahasa Inggris. Harapan kami, siswa mampu mempunyai skill Bahasa Inggris yang baik, benar, dan lancar. Sehingga kedepan mereka akan mampu, dan memiliki jiwa yang berdaya saing global dan survive di zamanya,” kata Ustadzah Aniqotul.
Semetara itu, Ustadz Imam Syahroni menambahkan, program ini sangat menarik, karena pembelajaran dilakukan secara Daring (dalam jaringan) dan Luring (luar jaringan). Sekitar 35% siswa belajar dari sekolah dan lainnya dari rumah dengan tentor pendamping di rumahnya masing – masing,” terang Ustad Imam Syaroni.
Menurut Ustadz Imam, menariknya, kegiatan ini tidak hanya membekali dalam ilmu pengetahuan saja, namun mengawal pembiasaan siswa dalam ibadah dan karakternmya, mulai dari dini hari sampai malam hari. Seperti kegiatan bangun malam pukul 03.00 melalui tahajjud call, sholat dhuha, membaca dzikir dan tilawah bersama melalui online dan setoran vocabularry di malam hari.
“Senang ustadz kalau bisa belajar offline sebab mood naik dan lebih bisa memahami materi yang disampaikan. Bisa konsultasi secara langsung tanda ada gangguan atau kendala sinyal,” ungkap Hanggar, siswa kelas VII yang mengikuti program ini, pada Rabu (8/9) kemarin. [ach]

Tags: