Tanah Retak di Wonosalam Jombang, 10 Rumah Rusak, Puluhan Orang Mengungsi

Rumah yang mengalami kerusakan akibat tanah retak di Desa Sambirejo, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang. [arif yulianto]

Jombang, Bhirawa
Peristiwa tanah retak akibat guyuran hujan deras terjadi di Dukuh Jumok, Dusun Semberlamong, Desa Sambirejo Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, Kamis (7/3). Setidaknya 10 rumah mengalami kerusakan dampak peristiwa tersebut.

Demi mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, warga pun mengungsi. Sebanyak 30 orang dari 10 KK mengungsi ke rumah kerabat terdekat. Dari 10 rumah yang rusak, ada yang temboknya merekah, ada pula yang gentingnya rontok.

Sekretaris Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Kabupaten Jombang, Amik Purdinata mengatakan, tidak ada korban jiwa pada peristiwa tersebut. “Namun sebanyak 10 rumah di Dukuh Jumok kondisinya rusak. Karena hujan deras semalam menyebabkan tanah di lokasi retak,” ungkapnya.

Amik Purdinata menambahkan, sebelumnya atau pada sekitar tahun 2022 yang lalu, pemukiman warga di Dukuh Jumok memang dalam intaian bencana. Tanah di lokasi mengalami retak-retak. Demikian juga dengan pemukiman warga.

FPRB bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jombang dan Jawa Timur kemudian melakukan mitigasi bencana di dusun tersebut dengan memberikan pelatihan tanggap bencana kepada masyarakat.

Termasuk pula penelitian yang dilakukan tim ahli dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya tentang munculnya retakan belasan bangunan rumah warga yang dilakukan sejak 24 Mei hingga 24 Juni 2023.

FPRB bersama BPBD Jombang juga memasang Early Warning System (EWS) atau alat sistem peringatan dini untuk mengukur potensi gempa. “Semalam alat tersebut berbunyi, makanya warga langsung meninggalkan lokasi. Karena EWS berbunyi. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu,” terangnya.

Lebih lanjut Amik Purdinata menjelaskan, pada Rabu malam (06/03), hujan deras mengguyur kawasan Wonosalam dan sekitarnya. Air hujan tersebut mengisi tanah retak di Dukuh Jumok, kemudian tanah merekah.

Hal tersebut berdampak pada bangunan rumah warga yang sudah retak. Mereka kemudian mengemasi barang-barang berharga. “Mulai semalam sudah mengungsi. Karena jika tetap tinggal di sana, sangat berbahaya,” imbuhnya.

Sementara itu, jembatan di Dusun Banturejo Desa Sambirejo Kecamatan Wonosalam tertimbun material longsor seperti rumpun bambu dan pohon besar, Akibatnya, akses jalan terputus.

Dampaknya, anak-anak sekolah dan para guru harus ‘balik kanan’ karena jalan tidak bisa dilewati. Akses jalan tersebut menghubungan dua kecamatan, yakni Desa Sambirejo Kecamatan Wonosalam dengan Desa Gelaran Kecamatan Bareng.

Kepala Desa Sambirejo, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, Sungkono menerangkan, bencana tersebut berawal saat hujan deras mengguyur Wonosalam pada Rabu malam (06/03). Kawasan bukit sebelah barat yang ada di lokasi ambrol. Rumpun bambu dan sejumlah pohon juga terseret arus hingga menutup jembatan. “Jembatannya tersumbat material longsor, sehingga tidak bisa dilewati. Pohon besar juga roboh di dekat lokasi,” kata Sungkono.

Sekolah yang terdampak jembatan tertimbun longsor itu di antaranya yakni, SDN Sambirejo 3 dan RA Al Hidayah. Untuk sementara ini, kegiatan belajar mengajar lewat daring. “Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini,” tandas Sungkono.

Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jombang, Bambang Dwijo Pranowo membenarkan adanya peristiwa bencana ini. Bencana ada di dua lokasi yakni, tanah gerak di Dusun Jumok dan jembatan tertimbun longsor di Dusun Banturejo. Peristiwa terjadi pada Kamis (07/03) pukul 01.00 WIB.

Dikatakan Bambang Dwijo Pranowo, tanah retak diakibatkan intensitas hujan yang tinggi di lokasi retakan sebelumnya. “Sebanyak 30 orang atau 10 KK sudah kita ungsikan ke tempat saudaranya. Karena jika masih di lokasi sangat berbahaya,” tandas Bambang Dwijo Pranowo.

“Kami juga membuka posko tanggap bencana dan dapur umum di balai Desa Sambirejo. Posko tersebut disiapkan sebagai tempat pengungsian warga guna antisipasi bencana lebih parah. Di dekat lokasi tanah longsor juga disiapkan pos untuk personel BPBD. Itu sebagai pos pantau dan penghubung dengan posko tanggap bencana,” papar Bambang Dwijo Pranowo. [rif.iib]

Tags: