Terapkan Model Shift, UMSurabaya Kirim Relawan dan Paket Belajar Anak

Rektor UMSurabaya, Sukadiono menyematkan rompi Relawan Matana UMSurabaya untuk diterjunkan ke daerah terdampak erupsi Gunung Semeru.

Surabaya, Bhirawa
Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya berangkatkan 90 mahasiswa yang tergabung dalam Tim Mahasiswa Tanggap Bencana (Matana) sebagai relawan kebencanaan erupsi Gunung Semeru. Sebelumnya dengan misi yang sama telah menurunkan para dokter muda untuk pendampingan psikososial.
Pelepasan relawan mahasiswa dipimpin Rektor UM Surabaya, Sukadiono, Senin (20/12) di halaman kampus UM Surabaya. Acara itu juga dihadiri Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Jawa Timur, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) dan para relawan.
Kepala LPPM UM Surabaya, Dede Nasrullah menyebut ada 90 mahasiswa yang telah lolos seleksi dari 345 pendaftar. Secara teknis akan digunakan model shift untuk pemberangkatan relawan. Model shift itu dengan memberangkatkan 10 relawan tiap shiftnya dengan durasi selama dua minggu ke beberapa lokasi seperti Pronojiwo dan Candipuro. Dalam penanganan masalah bencana haruslah sistematis dan terprogram.
“Ini dilakukan secara terus – menerus dengan total sembilan shift agar mempunyai nafas panjang. Kami ingin kawal hingga kondisi benar – benar pulih. Kami sengaja memberangkatkan hari ini, tidak diawal bencana dulu. Ini saat yang tepat setelah dilakukan observasi dan pemetaan. Setelah beberapa minggu lalu para dokter muda UMSurabaya, kini giliran para relawan mahasiswa,” katanya.
Selama menjadi relawan, mahasiswa akan menjalan beberapa tugas seperti di bagian logistik, dapur umum, psikososial, pendidikan, pusat data dan informasi, dan tim kesehatan. Setiap relawan akan menuliskan cerita pengalaman mereka selama menjadi relawan dan tugas yang dilakukan.
“Bagi relawan yang stay di Surabaya dan menunggu giliran untuk berangkat, mereka akan melakukan pemetaan, penggalangan dana dan aksi solidaritas lain guna mensupport rekan – rekannya yang ada di Semeru,” jelas Dede
Sementara itu, Rektor UM Surabaya, Sukadiono menyatakan, perlunya menjaga ritme kerja relawan tanggap bencana. Karena dikhawatirkan masih butuh bantuan ketika para relawan sudah pada pulang.
“Upaya pemulihan pasca bencana butuh waktu jangka panjang. Maka saya harapkan melalui Program Relawan Matana, kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi, dan kondisi mereka segera pulih,” tandasnya
Disebutkan Sukadiono, dalam misi sosial ini, pihaknya akan berkoordinasi dengan MDMC Jawa Timur. Para mahasiswa relawan ini akan disebar sesuai dengan tugasnya masing – masing. Seperti dari sisi pendampingan trauma healing akan ditugaskan untuk mahasiswa dari psikologi.
“Juga ada mahasiswa dari keguruan untuk memberikan pembelajaran home schooling, dengan kondisi yang terbatas. Di bidang teknologi tentu dari mahasiswa teknik juga akan berupaya memberikan atau memberdayakan apa yang ada disekitar masyarakat dan bisa memberikan manfaat pada korban,” urainya.
Begitu pula dari jurusan Fakultas Kesehatan dan Kedokteran akan memberi bantuan pada kondisi fisik korban erupsi. Disebutkan Sukadiono, misi kemanusiaan erupsi ini akan diseterakan dengan empat SKS atau disamakan dengan KKN. Sehingga mahasiswa tidak perlu lagi untuk melakukan KKN.
“Setidaknya kami punya kepedulian pasca terjadinya bencana. Ini yang sangat penting menjadi perhatian dan mensupport untuk bisa melakukan kegiatan untuk tugas kemanusiaan,” jelas dia.
Selain menerjunkan relawan, aksi UM Surabaya kali ini membawa bantuan ratusan paket belajar untuk anak. Paket tersebut akan dipergunakan dalam proses pendidikan. Tentunya ke depan kami berharap bisa mengirim bantuan secara berkala.
Terutama bantuan dana. Untuk pemberangkatan hari ini ada donasi sebesar Rp35 Juta yang dihimpun Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, dan akan diserahkan secara sumbolis langsung kepada MDMC Jatim, lembaga yang sejak awal konsentrasi pada masalah bencana.
Sementara itu, Koordinator Relawan Matana, Sulaiman menegaska, ada beberapa hal yang dipersiapkan dalam kegiatan ini. Sebelum berangkat, selama dua hingga tiga hari sebelumnya pihaknya dibekali ilmu kebencaanaan, psikososial dan pendidikan.
“Tim MATANA gelombang I ada FKIP, PGSD, psikologi, dan kesehatan nantinya akan dibagi tupoksinya masing-masing. Kesehatan akan digabungkan ke tim medis MDMC Jatim. PGSD akan ditempatkan ke sekolah-sekolah terdampak erupsi, Psikologi ditempatkan ke posko-posko untuk pendampingan trauma healing,” tandasnya. [ina]

Tags: