Tingkat Pengangguran SMK Memperihatinkan

tabel pengangguran SMKDindik Jatim, Bhirawa
Konsentrasi Pemprov jatim untuk memajukan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ternyata belum optimal.  Betapa tidak, jenjang pendidikan yang begitu diunggulkan karena mengutamakan vokasional ternyata gagal menjawab kebutuhan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Akibatnya, lulusan SMK menjadi kontributor terbesar angka pengangguran tertinggi di Jatim.
Fakta ini terungkap dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim tentang Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jatim pada 2014 ini. Dari total pengangguran pada Agustus 2014 sebesar 843.490 orang, terdapat 10,53 persen atau lebih dari 84 ribu lulusan SMK menganggur, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 10,5 persen.
Padahal jika melihat tren angka pengangguran menurun dari 4,30 persen pada 2013 lalu menjadi 4,19 persen di tahun ini.
Kondisi ini semakin memperihatinkan karena jumlah pengangguran lulusan SMK ternyata lebih tinggi dibandingkan lulusan SD ke bawah. Angka pengangguran SD sendiri mencapai 1,71 persen turun dari tahun lalu 2,03 persen. Pengangguran jenjang SMP 5,73 persen meningkat dari 5,62 persen, SMA turun dari 7,82 persen menjadi 7,46 persen. Sedangkan untuk jenjang Diploma I/II/III meningkat dari 4,25 persen menjadi 4,27 persen dan lulusan S1/2/3 naik dari 3,30 persen menjadi 3,61 persen.
Dikonfirmasi terkait fakta ini, Kabid Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Hudiyono justru mempertanyakan validitas data tersebut. Sebab, jika dibandingkan dengan data dari Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Jatim, peluang perja paling tinggi terbuka untuk SMK.
Hudiyono menegaskan, sejauh ini lulusan SMK merupakan pencari kerja (Pencaker) yang paling diminati oleh DUDI. Meski realitasnya terbalik, pencari kerja dari lulusan SMK justru paling sedikit di banding lulusan SMA dan SMP.
Pada tahun 2013 misalnya, Hudiyono memaparkan jumlah lowongan di Jatim untuk jenjang SD sebesar 0,12 persen, SMP 0,82 persen, SMA 2,57 persen dan SMK 4,4 persen. Sementara jumlah pencari kerja per jenjang mulai SD 4,52 persen, SMP 36,65 persen SMA 33,55 persen dan SMK 17,06 persen.
Jika di ranking, penempatan perjenjang SMK yang tertinggi yaitu 61,17 persen, disusul SMP 17,86 persen, SD 10,1 persen dan SMA hanya 7,67 persen. “Kalau SMK mendapat porsi penempatan paling tinggi mana mungkin penganggurannya paling banyak. Saya kok masih belum percaya dengan data BPS itu ya…,” tutur dia saat dikonfirmasi Selasa (11/11).
Sementara itu Kepala BPS Jatim, Sairi Hasbullah melalui Kabid Statistik Sosial, Gantjang Amarullah mengatakan, kalau banyak pengangguran berasal dari lulusan SMK yaitu 10,53 persen. “Artinya SMK ternyata belum bisa menjawab tantgangan untuk bisa menyalurkan anak didiknya untuk bisa mendapatkan pekerjaan,” tandasnya.
Tidak hanya itu, lanjutnya, Gantjang juga mengatakan, kalau instansi seperti Dinas Perdagangan dan Perindustrian juga Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Kependudukan bisa melakukan upaya dalam memberikan kesempatan pada lulusan SMK agar bisa mendapatkan pekerjaan.
Tidak banyaknya lulusan SMK mendapatkan pekerjaan, lanjut Gantjang, mengindikasikan kalau perusahaan di Jawa Timur masih banyak melirik lulusan sarjana. “Saat ini, lulusan pendidikan sarjana untuk mendapatkan pekerjaan mengalami sedikit peningkatan. Dan jika dilihat dalam 1 tahun terakhir, maka secara kualitas tenaga kerja memang berkualitas pada saat ini,” katanya. [tam.rac]

Tags: