Tri Rismaharini Ngaku Tak Miliki Rumah

2-risma. Gegeh Bagus (1)Surabaya, Bhirawa
Calon Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pamer keberhasilan semasa memimpin Kota Surabaya tahun 2010-2015. Hal ini disampaikan pada ratusan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Selasa (27/10) kemarin.
Risma yang diusung PDIP bersama Whisnu Sakti Buana ini lebih banyak menceritakan pengalamannya semasa menjadi Wali Kota Surabaya lima tahun silam. Selain menjadi pembicara di stadium general bertema ‘Penguatan Ekonomi Metropolis’, Risma juga mejadi juri bazaar yang diikuti puluhan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.
Dirinya mengatakan sangat bangga sama penjual semanggi yang bisa meraup keuntungan sehari mencapai omzet lima juta perharinya. Hal itu dikarenakan peran serta pemerintah kota (pemkot) yang terus memberdayakan pelaku-pelaku usaha mandiri.
“Jadi sekarang ini kalau berbisnis jangan malu-malu. Karena ibu Hamidah yang jual semanggi ini saya rasa cerdas karena menggunakan sistem online,” ceritanya kepada ratusan mahasiswa.
Tak hanya itu, Risma juga menceritakan suksesnya kampung kue yang ada di daerah Rungkut. Dirinya menjelaskan, salah satu ibu yang terkena Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) beberapa tahun silam saat ini bisa mandiri dan berhasil menciptakan lapangan pekerjaan baru.
“Salah satu ibu yg terkena PHK kita ajari membuat kue dan omset per hari 20-30 juta. Sekarang ibu ini bisa mandiri dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu di kampungnya,” paparnya.
Seperti di daerah pesisir Pantai Kenjeran, Risma mengatakan bahwa dulunya nelayan di pesisir itu menganggap remeh tripang dan dibuang. “Jadi tripang itu sama nelayan dulu dibuang, setelah kita teliti ternyata kandungannya luar biasa. Nah disitu kita fasilitasi,” jelas perempuan yang dinobatkan Wali Kota terbaik ke tiga dunia ini.
Risma menyakini bahwa sering kali orang merasa bangsa Indonesia khususnya di Kota Surabaya bukan bangsa pebisnis. Namun, bagi kota Surabaya menurut Risma adalah milik warga Kota Surabaya. “Semisal para Investor bisa masuk ke Surabaya. banyak yang mengira ekonomi itu untuk etnis ini, sedangkan kita hanya pegawai. Saya selalu megang Sabda Rosul bahwa Allah tidak akan merubah nasib umatnya kalau umat itu tidak merubah nasibnya,” tuturnya.
Perempuan kelahiran Kediri ini mengutarakan kondisinya selama menjadi Wali Kota Surabaya. dirinya menjelaskan, jangan pernah menggantungkan hidupmu kepada orang lain. “Saya tidak pernah meggantungkan hidup saya ke orang lain. Saya hanya menggantungkan pada Allah, itu sudah cukup,” yakinnya.
Oleh karena itu, semasa dirinya mengabdi di lingkungan Pemkot Surabaya selama 25 tahun dan lima tahun menjadi Wali Kota, Risma mengaku tidak punya rumah. Rumah yang Risma tempati adalah rumah peninggalan orang tuanya.
“Kalau pegawai seperti saya jadi Wali Kota, saya gak bisa beli rumah lagi. Rumah aja peninggalan orang tua saya. Saya kelas III SD jualan bukan berarti orang tua saya gak mampu. Saya kuliah itu udah naik mobil,” dalihnya.
Risma merasa bangga menjadi bagian dari warga Kota Surabaya. sebab, Mantan Wali Kota perempuan pertama ini mengakui bahwa para investor asing ingin masuk ke Kota Surabaya. “Kota Surabaya kalau malam 3 juta lebih, kalau siang 5 juta lebih. Nah, dengan begitu investor tertarik karena memang jumlah penduduknya besar,” terangnya yang disambut tepuk tangan ratusan mahasiswa.
Ketua Panitia syar’ie lifstyle dan stidium general, Muhammad Shodiq mengatakan alasannya mengundang Tri Rismaharini sebagai pembicara sangatlah tepat. Sebab, ekonomi Surabaya, menurut Shodiq saat masa kepemimpinan Risma terus meningkat. “Sehingga yang berhak menjadi pembicara yang kompeten ya beliau (Tri Rismaharini, red). Karena kita ngomong bukan hanya ekonomi kerakyatan tapi ekonomi metropolis,” jelasnya.
Terkait Risma yang juga menjadi juri Bazaar, Shodiq mwnjelaskan diikuti puluhan mahasiswa dari beberapa stan di depan Auditorium UIN Sunan Ampel Surabaya. Namun, hingga acara selesai Risma ada agenda lain yang tidak bisa ditinggal sehingga penjurian hanya berlangsung singkat.
“Pokoknya sekedar lewat saja. Jadi untuk penjuriannya, sambil jalan tadi waktu beliau datang. Kita harapkan supaya obyektif meskipun sekedar lewat,” terangnya. (geh)

Tags: