Video BEM UI Tak Terkait Pribadi Puan Maharani

Akademisi dari UINSA, Dr. H. Moh. Syaeful Bahar M. Si.

Jombang, Bhirawa.
Akademisi dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA), Dr. H. Moh. Syaeful Bahar M. Si memberikan tanggapan terkait video Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) beberapa waktu yang lalu yang terdapat meme Puan Maharani. Moh. Syaeful Bahar menilai, video tak terkait Puan Maharani secara pribadi, namun berkaitan dengan pengesahan Perppu Ciptaker sebagai Undang-Undang (UU) dan posisi Puan Maharani sendiri merupakan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI).

“Kita harus lihat latar belakang meme yang menganggap menghina Puan Maharani. Meme itu berkaitan dengan pengesahan Perppu Ciptaker jadi UU. Artinya meme itu tak berkaitan dengan pribadi Puan, tapi lebih pada posisi Puan sebagai Ketua DPR-RIDPR-RI,” kata Moh. Syaeful Bahar, Rabu (29/03).

Wadek 3 Fisip UINSA tersebut menambahkan, cara BEM UI untuk melakukan kritik pada institusi DPR merupakan hal yang wajar dan tidak ada yang salah, dan begitulah seharusnya peran yang harus diambil oleh mahasiswa.

“Meskipun, meme yang dipilih dengan menggambarkan Puan dengan badan Tikus juga kurang tepat. Karena sangat bias pada persoalan seakan menjadi personal Puan bukan lagi pada lembaga DPR.

Karena di DPR itu kan kepemimpinannnya kolektif, bukan personal. Artinya, pimpinan DPR itu bukan hanya Puan tapi ada juga 4 orang lagi yang menjadi wakilnya,” beber dia.

Menurutnya, hal tersebut, tidak perlu ditarik terlalu jauh hingga ke persoalan etika, karena yang melakukan adalah mahasiswa. “Sebelum Puan, para pemimpin kita juga sering mendapatkan perlakuan sama. Kalaupun saya secara pribadi tak setuju dengan cara itu, tapi saya kira terlalu jauh jika harus ditarik ke persoalan etika dalam politik ya,” ungkapnya.

Lebih lanjut Moh. Syaeful Bahar menyampaikan jika posisi aktivis kampus zaman 1998 dengan sekarang mungkin tak jauh berbeda, dan mereka masih berada di posisi oposisi pada pemerintah.

“Dan itu penting. Karena demokrasi ini hanya akam berjalan baik jika ada kekuatan yang bisa menjadi penyeimbang bagi kekuasaan penguasa, atau negara,” tandasnya.

Terkait tentang isu atau tuduhan bahwa ada pihak ketiga yang memanfaatkan mahasiswa, menurutnya, hal tersebut sulit untuk dibuktikan meskipun hal itu sangat mungkin terjadi.

“Semisal dengan peristiwa ketika GD (Gus Dur) dijatuhkan oleh sekelompok mahasiswa yang ditengarai memiliki hubungan kuat dengan kelompok oligarkhi di masa lalu, yaitu Orde Baru,” ujarnya.

Sementara itu, aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Syarif Abdurrahman mengungkapkan, terkait video BEM UI ini dirinya menilai hal itu mungkin agak terlalu berlebihan.

“Ketika kepalanya jelas banget bahwa itu Puan. Seharusnya disamarkan, buatkan model kartun saja sebaiknya,” kata Syarif Abdurrahman yang merupakan anggota Lembaga Pers Mahasiswa Islam HMI tersebut.

Menurut dia, dengan adanya video itu, akan berdampak menguatkan legitimasi bahwa mahasiswa yang lahir tahun 2000 ke atas memang generasi Stroberii, lemah mental, kreatif, tapi miskin akhlak.

“Sebaiknya memperhatikan juga nilai kepantasan, nilai ketimuran, jangan terlalu vulgar. Sebaiknya disamarkan dikit,” tandas Syarif Abdurrahman. [rif.dre]

Tags: