Merdeka Berkarir Harus Dimiliki Lulusan Mahasiswa

Wagub Emil mengajak lulusan mahasiswa memiliki merdeka berkarir untuk tantangan kedepan.

Surabaya, Bhirawa
Merdeka belajar harus dibarengi dengan merdeka berkarir. Hal ini ditekankan Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak. Menurutnya merdeka belajar merupakan awal menuju merdeka berkarir. Sebab, posisi apapun bisa diraih sekarang jika memiliki prestasi atau achievement (pencapaian).

“Artinya kalau merdeka belajar, tapi karirnya gak merdeka ya percuma. Dulu karir mulai dari staf, supervisor, kemudian asisten manajer dan seterusnya. Tapi sekarang tangga karir jauh lebih flat,” ujarnya saat menjadi Keynote Speaker Career Center Officer Program (CCOP) Indonesian Career Center Network (ICCN) Wilayah Jawa Timur, Kamis (25/5).

Mantan Bupati Trenggalek ini menambahkan paradigma berkarir saat ini sudah berubah drastis. Hal ini menjadi kesempatan perguruan tinggi untuk berbenah.

“Kampus jangan menjadi ivory tower (menara gading), artinya yang ngerti bahasa orang kampus ya cuma orang kampus saja. Tantangan di lapangan hanya sebatas pembahasan tapi tidak pernah diterapkan. Ini yang coba digagas oleh Mas Menteri (Nadiem Makarim) bagaimana merdeka belajar ini lebih aplikatif,” jelasnya.

Emil mengatakan dalam merdeka berkarir, tidak boleh lagi ada istilah salah jurusan. Ia berpendapat saat ini yang terpenting adalah mencoba untuk omni disiplin tidak lagi mono disiplin.

“Yang harus dipahami bagaimana saat ini generasi muda ini bisa lebih fleksibel. Masa depan tidak bisa divonis dari 4 tahun kuliah. Ada banyak cara menjemput peluang tanpa harus meratapi salah jurusan. Makanya kalau saat ini sudah eranya digital, orang harus ngerti information teknology (IT) meskipun cuma sedikit. IT juga harus diimbangi dengan komunikasi,” katanya.

Dikatakan Emil, perlu adanya agility atau keluwesan dalam program merdeka berkarir. Merdeka belajar, katanya, mencoba mengeluarkan seseorang dari keterkungkungan untuk merdeka berkarir.

“Apalagi hal-hal yang sifatnya sangat technical sudah tergantikan oleh kecerdasan buatan artificial intelegence (AI),” imbuh dia.

Untuk mendukung merdeka berkarir, lanjut Emil, Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengembangkan program Millenial Job Center (MJC) yakni sebuah program yang berusaha memecahkan dua hal dalam satu program. Ini tentu memberi peluang bagi banyak anak muda yang saat ini menguasai teknologi digital. Salah satunya menjadi freelancer profesional.

Sementara itu Presiden Indonesia Career Center Network (ICCN), Teddy Indira Budiwan mengatakan, mayoritas perguruan tinggi tidak mengatur atau mempersiapkan dengan baik mahasiswanya setelah lulus. Saat ini, ICCN sementara sudah menggandeng 500 lebih perguruan tinggi untuk merancang pelaksanaan program pembinaan karir bagi lulusannya, demi menurunkan angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).

“Harapannya para mahasiswa dan lulusan dapat merancang peta karir (jenjang karir) dengan baik, sehingga dapat menjadi insan yang Merdeka Belajar dan Merdeka Karir yang paripurna,” jelasnya.

Sementara Ditjen Dikti Kemendikbudristek mencatat, pada tahun 2020 ada 4.593 perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Kemudian pada tahun 2022, disampaikan pula bahwa perguruan tinggi di Indonesia menghasilkan 1,5 juta lulusan sarjana maupun diploma setiap tahun. Sementara lapangan kerja yang tersedia, hanya berkisar 300 ribuan tiap tahun.

“Berkaca dari data tersebut, perlu langkah dan perencanaan matang agar Sumber Daya Manusia (SDM) produktif yang melimpah, bisa tertampung, tidak sia-sia,” pungkasnya. [ina.why]

Tags: