Ahli Onkologi Mata FK Unair Berpulang karena Covid-19

Surabaya, Bhirawa
Ahli Onkologi Mata Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair), Prof. Dr. Hendrian Dwikoloso Soebagjo dr Sp M (K) FICS tutup usia di usia 56 tahun, Selasa (3/8), usai terpapar Covid 19.
Guru Besar sekaligus Kepala Divisi Orbita dan Onkologi Mata, Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Mata FK Unair-RSUD Dr Soetomo Surabaya menghembuskan nafas terakhir setelah dirawat selama satu bulan di Ruang Isolasi Khusus (RIK 1) RSUD Dr Soetomo.
Segala upaya sudah dimaksimalkan untuk memulihkan profesor yang dikenal rendah hati ini. Mulai dari terapi plasma konvalesen, Actemra, ventilator, ECMO dan CRRT. Bahkan terapi plasma exchange juga sudah dilakukan. Namun Tuhan lebih menyayanginya.
Prof Hendrian meninggalkan istri, Novri Susanti SE Ak MF dan tiga orang anak. Antara lain Nadia Azihni Henofaiz, Devan Ahmad Henofernanda dan Raynar Ahmad Henofaryal.
Dekan FK Unair, Prof Dr dr Budi Santoso Sp OG(K) menuturkan, kepergian Prof Hendrian memberikan duka mendalam bagi FK Unair.
“Kami kehilangan sosok guru handal yang ilmunya telah banyak bermanfaat pada kemajuan pendidikan khususnya untuk mahasiswa FK Unair, juga sangat bermanfaat untuk pasien-pasiennya. Semoga dedikasinya selama ini bisa menjadi amal jariyah yang terus mengalir untuk beliau,” ujarnya selepas memberikan penghormatan terakhir di Aula FK Unair.
Secara pribadi, Prof Budi mengenal cukup dekat dengan lulusan dokter FK Unair tahun 1993 ini. Di mata Prof Budi, Prof Hendrian adalah sosok yang sudah sangat aktif sejak masa mahasiswa.
“Almarhum merupakan seorang organisatoris yang kritis. Dia masuk tahun 1984 sementara saya di tahun 1982. Sejak dulu, Prof Hendrian sangat aktif baik di senat mahasiswa. Seorang organisatoris yang kritis kalau saya menyebut. Dan sejak dulu pribadinya tidak berubah, selalu baik dan rendah hati,” cerita Prof Budi mengenang.
Sebagai Dokter Pejabat Pemprov, Prof Hendrian meninggalkan banyak jasa di RSUD Dr Soetomo Surabaya. Gedung Onkologi 9 lantai serta Gedung Parkir Baru di RSUD Dr Soetomo yang kini berdiri kokoh merupakan inisiasi Profesor yang lahir dan besar di Surabaya ini.
“Bahkan beliau sendiri yang mencari arsitek untuk mendesain dua bangunan itu dan mengawal dari awal pendirian hingga akhir,” tambah Direktur Utama RSUD Dr Soetomo, Dr dr Joni Wahyuadi Sp OG(K).
Semasa hidupnya, Prof Hendrian dikenal sebagai ahli bedah mata paling terampil di Indonesia yang dimiliki FK Unair. Spesialisasinya adalah penanganan katarak, LASIK, onkologi atau kanker mata, dan bedah kosmetik mata.
Bahkan, ribuan prosedur bedah laser dan kornea termasuk LASIK, operasi katarak, perawatan glaukoma, pengikatan silang kolagen kornea, dan berbagai tindakan pada kondisi kesehatan mata dan penglihatan sudah dia jalankan selama pengabdiannya.
Setelah lulus dari FK Unair tahun 1993, Dokter Hendrian mengambil spesialisasi mata dan lulus di tahun 2003. Ia kemudian mengambil gelar doktor dan lulus pada tahun 2014. Di tahun 2014, ia mengambil Pendidikan Subspesialis Konsultan Rekonstruksi Orbita dan Onkologi (ROO).
Dr Hendrian mengambil fellowship di beberapa universitas terkemuka dunia. Antara lain di Singapore National Eye Centre (SNEC) di Singapura, di Academic Medical Center University of Amsterdam (AMC), Leids Universitair Medisch Centrum (LUMC), dan VU University Medical Center di Belanda.
Kepergian Ophthalmologist dari FK Unair tentu saja mengisyaratkan duka yang mendalam. Sebab, banyak capaian dan prestasi yang diukir Prof Hendrian. Salah satunya yakni, Prof Hendiran Baru saja dilantik sebagai guru besar Unair pada Oktober Tahun 2020 lalu. Bersama dengan empat guru besar dari fakultas lain. Berpulangnya Prof Hendrian menambah daftar Guru Besar FK Unair yang berpulang karena Covid 19. [ina]

Tags: