Aku Ingin Pulang meski Sudah di Rumah

Judul Buku : Aku Ingin Pulang meski Sudah di Rumah
Penulis : Kwon Rabin
Penerjemah : Dewi Ayu Ambar Yani
ilustrator : Jeong-oh
Penerbit : PT. Haru Media Sejahtera
Cetakan : Cetakan Pertama, September 2021
Jumlah halaman : 198
Harga Buku : Rp 89.000,00
ISBN : 978-623-7351-82-5
Peresensi : Dayana Raisya
SMA Negeri 1 Tasikmalaya

Buku ini berisi tulisan yang berbentuk esai dalam beberapa bab kalian akan di ajak ke pikiran Kwon Rabin yang menurutnya rumah adalah tempat dia kembali yang menginginkan kehangatan dan kebahagiaan yang sederhana.

Ditulis berdasarkan pengalaman pribadi Kwon Rabin sendiri, yang menceritakan kisah sehari -hari dan juga orang sekitar. Tulisan sederhana yang memberi pesan untuk menerima diri sendiri apa adanya dan menjadi bahagia dari hal-hal kecil yang sederhana.

Diharapkan bisa menjadi rumah bagi para pembaca saat mengalami kesulitan dalam memasuki fase pada usia dewasa. Dan juga pembaca bisa meningkatkan rasa empati dan bisa menghargai perbedaan arti rumah bagi setiap orang dan tidak perlu takut atau khawatir saat mulai mengalami kesepian.

Rumah selalu memiliki banyak makna, seperti sebuah tempat tinggal yang berisi kehangatan keluarga dan kasih sayang, atau hanya sebatas rumah kosong tanpa ada arti didalamnya. sebaik-baiknya rumah ialah tempat yang paling nyaman untuk pulang.

Ada berbagai alasan mengapa arti rumah bagi setiap orang berbeda, karenakan setiap masalah yang dialami bagi setiap orang juga selalu berbeda. Ada rumah yang selalu hangat dan nyaman untuk pulang, ada juga rumah lain yang ternyata terasa dingin dan hampa ketika pulang. Kalau menurutmu, arti rumah itu apa? Dan apa yang sebenarnya kamu harapkan dari arti rumah atau tempat pulang yang selama ini kamu inginkan?

“Saat seseorang merasa dirinya berbeda, bingung, dan ketakutan ketika dihadapkan pada situasi yang tidak biasa di lingkungan baru, secara naluriah ia akan mencari rumah yang paling nyaman dan paling cocok baginya. Ia seperti siput yang hidup dengan rumah dipunggungnya untuk mempertahankan diri.”

Buku ini memiliki 3 bab utama yang di dalamnya masih ada sub-bab Pada bab pertama yaitu “Kebahagiaanku lebih berharga daripada apa pun” menjelaskan bahwa setiap orang harus memiliki standar kebahagiaanya sendiri yang tidak boleh di tentukan oleh orang lain. Dan harus percaya bahwa apa yang kita miliki, menunjukkannya dengan bangga dan menolak siapa pun yang merendahkan kita. Orang lain tidak memiliki hak untuk merendahkan kita karena orang lain tidak tahu apa yang sudah kita lalui hinnga saat ini. Jadi berhentilah untuk merendahkan setiap orang apalagi orang yang hanya kita lihat melalui media sosial. Semua itu tergantung pola pikirkita. Apakah kita akan membiarkan seseorang untuk merendahkan kita? Atau kita tidak memperdulikan seseorang yang merendahkan kita dan kita hanya perlu fokus ke diri sendiri?

“Aku tidak bisa membuat semua orang menyukaiku, tetapi bukan berarti kau bisa melukaiku. Kau tidak berhak menyakitiku”. (halaman 33)

Selanjutnya pada bab ini “Untukmu yang menghadaoi sulitnya kehidupan” menjelaskan bagaimana seseorang bisa menderita hanya karena menurutnya masalah sepele. Setiap orang memiliki beban sendiri, kesulitan yang kita alami berbeda dengan orang lain. Meski orang lain menganggap sepele, kesulitan yang kita alami sebesar alam semesta dan terasa sangat menakutkan, Tentu saja jika disepelekan itu menyakitkan dan bisa membuat kita lebih menderita Jadi jangan pernah membandingkan kesulitan kita dengan kesulitan orang lain. Pikiran tentang menderitanya seseorang karena hanya masalah sepele hanya membuatnya semakain tertekan. Kita mungkin tidak bisa memahani semua masalah orang lain. Namun, setidaknya kita bisa saling peduli agar kepedulian itu menjadi kebiasaan yang baik dalam kehidupan sehari – hari.

“Kuharap orang-orang yang kucintai tidak mengalami hari-hari yang sulit”. (halaman 176)

Pada bab terakhir ” Jika kau tidak tahu alasan kita berpisah” penulis mengatakan semakin dekat sebuah hubungan seharusnya semakin intes pula perhatian kita terhadap hal – hal kecil. Sayangnya banyak orang yang mengabaikan hal ini. Ini seperti seseorang yang sudah berpasangan berpuluh – puluh tahun (Berumah tangga), yang sudah mengabaikan momen yang indah menjadi sepele. Di buku ini pun menyebutkan bahwa hubungan tidak bisa di pertahankan hanya dengan cinta . Yang awalnya hanya masalah percintaan bisa saja terjebak ke situasi yang rumit dan menyebar ke permasalahan lainnya. Yang akhirnya ada rasa saling menyakiti ataupun salah satunya tersakiti hinggga akhirnya harus berpisah.

“Apa aku harus memiliki alasan yang lebih istimewa atau kisah yang lebih luar biasa agar aku bisa bersedih sesuka hatiku?” (halaman 36)

Pertama kali baca buku ini sangat menarik karena tidak ada sangkut pautnya dengan agama hingga tidak memiiki kesan yang membandingkan. Dan juga banyak ilustrasinya jadi tidak hanya tulisan saja. Buku Self Improvement yang sesuai dengan kehidupan yang kita alami mulai dari Bahagia, sedih, kesepian, mulai bangkit kemabi semua ada di buku ini. Buku ini juga memberi cara agar kita tidak terlalu cemas akan masa depan. Tidak memandang usia tapi menjadi lelah bisa dirasakan siapa saja dan kapan saja. Dan menjadi bahagia itu juga bisa dirasakan siapa saja.

Namun dalam buku ini ada beberapa kata yang sulit di mengerti sehingga harus mencari dulu arti kata tersebut sehingga untuk beberapa orang yang mungkin baru membaca buku ini akan akan kesusahan ketika kita sedang membacanya.

Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada, buku “Aku Ingin Pulang meski Sudah di Rumah” mampu menenangkan pikiran dari banyaknya masalah di kehidupan sehari – hari. Dengan pengalaman penulis yang sesuai dengan kehidupan hingga kita dapat merasakannya juga. Sesuai dengan judul, buku ini sangat disarankan untuk orang yang sedang berada di fase Lelah, ingin beristirahat, dan ketika kita ingin menghilang dari dunia.

————- *** —————-

Rate this article!
Tags: