Arif Fathoni : Tidak Semua Pemimpin Punya Keberanian Untuk Meminta Maaf

Anggota Komisi A DPRD Kota Surabaya, Arif Fathoni

DPRD Surabaya, Bhirawa
Tidak semua pemimpin mempunyai keberanian untuk menyampaikan kata maaf, karena masih ada kekurangan dalam rencana pembangunan.

Hal itu merupakan sebuah keteladanan yang baik. Ungkapan itu disampaikan langsung oleh Anggota Komisi A DPRD Kota Surabaya, Arif Fathoni di Jalan Yos Sudarso Surabaya.

Menurutnya, hal itu adalah diksi yang sangat langka. Setelah sekian lama kita tidak mendengar ada pemimpin di Kota Surabaya yang meminta maaf atau menyampaikan hal yang sama saat sang pemimpin memang menyadari adanya kekurangan.

“Saya baru menemukan pemimpin yang sesungguhnya di masa Pak Eri menjadi Wali Kota Surabaya. Karena kata maaf itu, kata maaf kepada masyarakat itu diksi yang langka,” ujar Arif Fathoni, Sabtu (8/1).

Legislator muda dari Fraksi Partai Golkar menyampaikan bahwa setelah dirinya melihat dan membaca berita terkait permintaan maaf Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi kepada masyarakat atas genangan yang masih terjadi di kota ini.

“Mudah – mudahan ini menginspirasi kepada para Camat dan Lurah di Kota Pahlawan ini.Hal itu, untuk menggerakkan partisipasi publik. Untuk bersama-sama bagaimana kita menangani banjir ini,” harap pria yang akrab disapa Toni ini.

Dia menjelaskan ketika saya melihat Walikota Surabaya menyampaikan permohonan maaf karena masih terjadi genangan disana-sini dan dirinya berjanji akan menyempurnakan di masa – masa mendatang dengan planning yang holistik.

“Saya pikir ini kepemimpinan yang luar biasa. Karena kalau kita belajar ilmu kepemimpinan itu bahwa tugas pemimpin itu dua saja. Kesatu, meminta maaf kalau masih ada kekurangan dan yang kedua, berterima kasih kepada anggota atau anak buahnya kalau kemudian programnya sudah tercapai dengan maksimal,” papar Thoni.

Pria yang juga sebagai Ketua DPD Partai Golkar Surabaya ini menyatakan, Pemerintah Kota Surabaya membikin perencanaan dan pembangunan untuk mengurangi genangan di sana-sini. Baik peningkatan kualitas rumah pompa, kemudian pembangunan saluran baru dan lain-lain.

“Camat dan Lurah mestinya bisa bekerjasama dengan RT dan RW maupun dengan LPMK setempat. Untuk membangun gerakan buang sampah, agar tidak membuang ke saluran, sungai dan lain-lain yang bisa menjadi salah satu penyebab penyumbatan aliran air di Kota Surabaya,” urainya

Arif Fathoni menegaskan, artinya yang paling penting adalah setelah Walikota menyampaikan permintaan maaf, diimbangi dengan janji walikota untuk membuat perecanaan yang lebih baik.

“Ini langkah yang luar biasa. Karena tidak semua pemimpin mempunyai karakter untuk meminta maaf kepada masyarakatnya,” tegasnya. [dre]

Tags: