BI: Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tertinggi Dibandingkan Provinsi Lainnya

Kepala Kantor Perwakilan BI Jatim, Doddy Zulverdi saat memberikan pemaparan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dalam kegiatan Peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia 2023 dengan tema ‘Sinergi Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Ekonomi Nasional’ di gedung Bank Indonesia Surabaya, Rabu (31/1). [Achmad Tauriq/Bhirawa]

Surabaya, Bhirawa.
Kinerja ekonomi Jawa Timur pada tahun 2023 diprakirakan masih tetap tumbuh positif dan berada pada rentang 4,6-5,4 persen (yoy), meskipun termoderasi dibandingkan tahun 2022, terutama akibat faktor global.

Sehingga pada tahun 2024, kinerja ekonomi Jawa Timur diprakirakan lebih tinggi dibandingkan tahun 2023 dan berada pada rentang 4,9-5,7 persen (yoy) terutama ditopang oleh peningkatan permintaan domestik.

Kepala Kantor Perwakilan BI Jatim, Doddy Zulverdi dalam kegiatan Peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia 2023 dengan tema ‘Sinergi Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Ekonomi Nasional’, Rabu (31/1) mengungkapkan selama tiga trilulan pertama tahun lalu, secara akumulasi Jawa Timur masih bisa tumbuh di atas 5 persen.

“Akumulasi satu sampai tiga triwulan itu kita akumulasikan, kita hitung kalender pertumbuhannya dan kita masih di atas 5 persen dan kalau kita lihat misalnya di grafik, dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain kita masih tertinggi,” terangnya.

Doddy menambahkan jadi dengan pertumbuhan secara kumulatif triwulan pertama di atas 5 persen dan kita berharap tentu q4 mesti bisa cukup baik. “Maka keseluruhan tahun, kami perkirakan inflas pertumbuhan ekonomi Jawa Timur bisa masih sekitar 5 persen. Kalau kita lihat relatif dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia Jawa timur not bad ya, kita sampai dengan tiga triwulan pertama tadi 5,02 persen dan kalau kita bandingkan di antara provinsi-provinsi besar di Indonesia kita tertinggi ya, dibanding Jakarta, dibanding Sumut, dibanding Jabar dan lain seterusnya,” paparnya.

Sementara itu, pada ekonomi 2024, masih dihadapkan pada tantangan global terutama, tapi BI melihat masih ada peluang-peluang untuk memperkuat permintaan domestik itu tetap masih ada. “Pertama karena memang konsumsi rumah tangga kita masih kuat di Jawa Timur ini ya, ini terutama karena didukung oleh daya beli yang menjadi salah satu indikatornya terutama inflasi, kalau kita bisa jaga harga-harga terkendali maka tentu saja daya beli konsumen akan bisa dipertahankan,” jelas Doddy.

Untuk itu.harus bisa menjaga daya beli konsumsi konsumen melalui aktivitas-aktivitas yang berkaitan juga dari berbagai program pemerintah untuk menjaga daya beli. “Itu terus kami pikir akan menjadi salah satu faktor yang mendorong. Selain itu juga yang bisa mendorong ekonomi Jawa Timur tetap kuat adalah aktivitas pemilu karena selama ini aktivitas pemilu dalam bentuk apapun itu akan meningkatkan juga permintaan akan produk-produk yang berkaitan dengan kegiatan pemilu,” tuturnya.

Selain itu juga ada proyeksi yang dilakukan BMKG terkait kondisi cuaca di Jawa Timur setidaknya akan lebih baik daripada tahun lalu, jadi el nino diperkirakan sudah akan mereda. “Mungkin masih ada dampak sisa-sisanya, tapi secara keseluruhan setahun ini diperkirakan dampak kekeringan yang luar biasa di tahun lalu akan reda dan ini tentu saja akan banyak membantu juga dari sektor pertanian dan dayabeli petani,” kata Doddy.

Bahkan ekonomi global memang melambat tapi beberapa negara yang menjadi mitra Indonesia masih positif seperti Korea, Malaysia dan beberapa negara Asia lain itu masih positif. Sehingga masih bisa memberikan peluang bagi kineja ekspor khususnya Jawa Timur. “Kita lihat,misalkan dalam beberapa bulan terakhir di tahun 2023, ekspor jatim sebenarnya agak membaik ya, mulai rebond secara pertumbuhan. Jadi ini artinya menunjukkan bahwa meski secara global secara keseluruhan memang masih melambat tapi masih ada kantong-kantong destinasi ekspor yang positif bisa kita optimalkan untuk membantu kinerja ekspor jawa timur,” pungkasnya. [riq.bb]

Tags: