Bulan Suci dan Memaknai Toleransi

Lukman AR

Oleh:
Lukman Hakim AR, Pegawai di IAIN Jember
Bukan sekedar menahan lapar dan haus, bukan sekedar mengugurkan kewajiban, akan tetapi mampu memahami secara menyuluh makna arti puasa di bulan suci. Begitu pula umat Islam dan non muslim mampu menghormati dalam artian luas.
Ramadan adalah (bulan) diturunkannya Alquran, sebagai panduan untuk umat manusia, juga tanda yang jelas untuk bimbingan dan penilaian (Antara benar dan salah). Selanjutnya jika salah seorang dari kamu mencapai bulan itu, maka ia harus berpuasa. (Al Baqarah 185).
Ramadan identik dengan puasa, istilah puasa dalam bahasa Arab ‘As-Saum’ bermakna Al-hifdi, menjaga, menahan dari segala yang membatalkan puasa, baik makan minum, tetapi puasa jangan diartikan secara sempit, sejatinya puasa tidak hanya menahan makan-minum. Akan tetapi sejatinya adalah menahan dari amarah, emosi, menggunjing, menghina, menfitnah, memberikan berita bohong, dan perbuatan tercela lainnya.
Alasan mengapa bulan suci ini disebut ‘Ramadan’ adalah karena ia membakar dosa. Pada bulan Ramadan, seorang muslim yang berpuasa menahan panas karena kelaparan dan haus, menahan perbuatan tercela (ghibah/ menggunjing menfitnah, menyebar berita bohong) dan panasnya puasa membakar dosa yang telah dilakukan seorang hamba, jika dalam menjalankannya benar-benar hanya mecari Rida Ilahi.
Ramadan yang identik dengan puasa, sejatinya umat manusia mampu puasa (menahan/menjaga) lisan maupun perbuatan dari hal yang negatif, mampu menjaga tali persaudaraan antar sesame maupun berbeda agama, mampu memupuk rasa saling mengerti, memahami dan menghormati.
Moment Ramadan adalah moment yang tepat untuk mereda, konflik yang berkepanjangan, aksi terror, kekerasan dan aksi-aksi yang tidak dibenarkan oleh agama. Sejatinya Ramadan adalah bulan yang penuh keberkahan dan ampunan. Sejatinya ramdan adalah moment saling memaafkan, saling menghargai, menghormati, menjaga persaudaraan, menjaga kerukunan dan keutuhan bangsa.
Dalam menjaga kerukunan, persaudaraan, dan keutuhan bangsa ini kita harus memahami lebih mendalam makna toleransi. Toleransi Dalam Kamus Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran yang berarti ‘bersifat’ atau ‘bersikap menenggang’ (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda.
Dalam Islam, toleransi didefinisikan dengan tasamuh, yang berarti seabagai sifat atau sikap menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian (pandangan) orang lain yang bertentangan dengan pandangan kita. Secara prinsip metodologis, toleransi adalah penerimaan terhadap yang tampak sampai kepalsuannya tersingkap. (Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan multi kultural).
Jika toleransi adalah hal yang selalu digadang-gadang sebagai fondasi persatuan dan kesatuan yang telah menjadi karakteristik masyarakat kita. Akhir-akhir ini Intoleransi muncul secara tiba-tiba baik di media social dan berita-berita harian baik cetak maupun online, seolah-olah menyebarkan kebohongan salah satu contoh yang bisa memecah belah kerukunan antar sesame manusia.
Di tengah tingginya ketegangan politik berbalut sentiment keberagamaan di Indonesia, banyak menghalalkan segala cara untuk mencari sensasi tanpa kebenaran, walau tanpa menghiraukan kesucian di bulan suci Ramadan, aksi-aksi terror dan kekerasan yang tidak dibenarkan dan dihalalkan agama mana pun harus sedini mungkin kita tebar kasih saying dan toleransi kepada generasi muda kita.
Toleransi sejatinya mengajak kita untuk hidup saling berdampingan, tolong menolong, menghormati dan menghargai baik sesame maupun berbeda baik agama, ras, suku,budaya, golongan dan pilihan. Hakikat toleransi pada intinya adalah usaha kebaikan, khususnya pada kemajemukan agama yang memiliki tujuan luhur yaitu tercapainya kerukunan, baik intern agama maupun antar agama.
Perlunya keterjalinan ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) bukan semata karena fanatisme agama, tetapi juga begitu pentingnya pembentukan habitat Islami sebagai upaya defensive dari dampak negative akulturasi agama dan budaya. Dan juga Ukhuwah Wathaniyah (persaudaraan kebangsaan) bukanhanya slogan, melainkan juga sudah menjadi kepribadian bangsa, khususnya bangsa Indonesia.
Kenapa harus bertikai kalau kita bisa hidup damai berdampingan? Mari tebarkan kasih sayang, kebaikan dan Islam Rahmatan Lil Alamin untuk semua mahluk di bumi ini. Hentikan ujaran kebencian dan semua yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Ramadan adalah momen mengajak kita semua untuk saling berbagi kasih antar sesame manusia. [*]

Rate this article!
Tags: