Cegah Spekulasi Beras

Informasi gejala El-Nino yang berdampak kemungkinan gagal panen, telah menyulut kenaikan harga beras. Walau sebenarnya hanya spekulasi. Karena hasil panen selama tahun 2023, cukup besar. Masih surplus beras sebanyak 2,75 juta ton. Pemerintah wajib melakukan segala-galanya untuk mencegah inflasi sektor pangan. Terutama harga beras. Antara lain menggelontor beras impor memenuhi pasar. Harga beras yang merambat naik sejak lepas perayaan Agustusan, dikhawatirkan makin meliar.

Bulan September seharusnya masih terdapat panen padi terakhir. Selanjutnya akan memassuki musim tanam mulai akhir November hingga hingga Januari. Sekaligus biasa pula menjadi spekulasi kenaikan harga beras. Karena tanaman padi baru tegak, belum menguning. Juga spekulasi cuaca ekstrem yang merendam berbagai kawasan sentra pangan di Jawa. Diduga akan mengurangi hasil panen. Tetapi saat ini, masih awal September, harga beras sudah merambat naik.

Harga beras medium saat ini mencapai Rp 12.300,- per-kilogram. Merambat naik mulai harga Rp 12.150,- per-kilogram. Sudah jauh melampaui HET (Harga Eceran Tertinggi) yang ditetapkan pemerintah, sebesar Rp 10.900,-. Sedangkan beras premium seharga Rp 13.940,- per-kilogram. Ironis, pedagang beras ecerean di pasar mengaku rugi. Omzet berkurang arena pelanggan mengurangi pembelian. Maka Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya segera menggelar operasi pasar, dua kali sepekan.

Lima pasar tradisional (yang besar) akan menjadi lokasi operasi pasar. Yakni Pasar Tambakrejo, Genteng, Pucang, Soponyono, dan Wonokromo. Secara khusus juga digelar penjualan beras murah di Kawasan Surabaya utara (Kenjeran, dan Bulak). Pemkot Surabaya, sudah menyediakan 28 ton beras medium untuk operasi pasar. Pemerintah propinsi Jawa Timur, biasanya juga menggelar operasi pasar, manakala harga beras meliar. Operasi pasar bekerjasama dengan Bulog, menjual beras dengan harga di bawah HET.

Nampaknya pemerintah tidak akan gentar menghadapi spekulasi harga beras. Karena telah memiliki “jurus jitu” mempertahankan harga pangan. Tak lain, melalui impor beras. Realitanya, beras dari Vietnam jauh lebih murah dibanding beras dalam negeri. Mengutip data pada laman globalproductprices.com, berdasarkan 92 negara yang termasuk dalam database, rata-rata harga beras adalah US$1,82. Sedangkan Indonesia berada di peringkat 87 atau enam terbawah dengan harga US$ 0,77.

Harga beras nasioal masih tergolong di bawah rata-rata. Namun sudah berada pada posisi ke 87 (enam paling bawah). Berarti tergolong harga beras mahal. Menurut Laporan Bank Dunia dalam “Indonesia Economic Prospect (IEP) December 2022,” harga eceran beras Indonesia secara konsisten menjadi yang tertinggi di ASEAN selama satu dekade terakhir. Disebabkan ongkos produksi beras dalam negeri sebesar Rp 4.079,- per-kilogram. Sedangkan di Vietnam hanya Rp 1.679,-.

Bahkan harga produksi beras di Indonesia tergolong paling mahal di dunia. Terutama disebabkan harga sewa lahan mencapai Rp 1.716,-, dan ongkos kerja Rp 1.115,-. Maka perlu digagas penurunan biaya produksi, terutama kinerja on-farm pertanian. Antara lain melalui teknologi alsintan (alat dan mesin pertanian). Terutama mesin tanam, dan mesin panen. Serta pengeringan gabah. Juga proses selip padi yang masih mahal, menjadi bagian terbesar urusan per-beras-an.

Pada rantai pasok, Bulog telah gencar melakukan operasi penyaluran cadangan beras pemerintah (CBP). Gudang Bulog sudah mulai dikuras. Kini CBP eks impor juga sudah mulai disalurkan. Operasi pasar khusus beras menjadi program super prioritas, untuk mencegah inflasi. Pemerintah secara sistemik (dan kukuh) mencegah laju inflasi sebagai pertahanan ekonomi menghadapi gelombang resesi global tahun (2023) ini. Sektor pangan, dan energi akan menjadi “pertaruhan” utama.

——— 000 ———

Rate this article!
Cegah Spekulasi Beras,5 / 5 ( 1votes )
Tags: