Debat Capres-Cawapres untuk Nasib Bangsa

Oleh :
Jusrihamulyono A.HM
Trainer Pelatihan Pembentukan Kepribadian dan Kepemimpinan (P2KK) PUSDIKLAT Pengambangan SDM UMM

Perhelatan debat capres dan cawapres menjadi pusat perhatian para masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, narasi-narasi yang dibangun oleh para calon pemimpin menjadikan para pendengar menggabungkan sebuah perbedaan nasib atau perubahan yang akan datang. Jika melihat flashback perjalanan debat calon presiden serta calon wakil presiden diawali pada tahun 2004.

Debat pada saat itu masih dalam keadaan kaku karena masih mengawali pola yang akan dibentuk. Perjalanan panjang ini jika diusiakan hingga periode sekarang berarti telah memasuki 20 tahun atau 4 kali pergantian kepemimpinan. Kendati demikian, format gelaran debat capres-cawapres berbeda-beda setiap tahunnya sesuai dengan kesepakatan setiap paslon dan KPU sebagai penyelenggara.

Pada tahun 2004, debat capres-cawapres hanya dilakukan dua kali pertemuan. Di saat itu terdapat lima calon yang bersaing. Debat kala itu masih belum mendapatkan antusias dari para penonton publik di tanah air. Memasuki tahun 2009, debat capres-cawapres pun kembali digulir. Format debat pertama dan ketiga untuk capres saja, debat kedua dan keempat untuk cawapres saja, sementara debat kelima dihadiri oleh capres dan cawapres.

Meskipun demikian, di tahun tersebut telah mengalami perubahan dengan mencantumkan hal-hal yang akan diperdebatkan. Seperti format dengan pemaparan visi misi setiap pasangan calon. Pemaparan program-program yang akan dilakukan. Debat dengan fokus topik penanggulangan masyarakat miskin serta strategi tata kelola pemerintahan yang bersih.

Memasuki tahun 2014, format tidak jauh beda dengan 2019. Dimana tetap menggunakan format lima kali pertemuan dengan rincian dua kali pertemuan untuk calon presiden, dua kali untuk calon wakil presiden, serta dua kali untuk pasangan presiden dan calon wakil presiden. Antusias masyarakat untuk menyimak debat para calon pasangan sangat tinggi. Ditambah penyiaran calon presiden dan calon wakil presiden disiarkan langsung oleh lima TV nasional seperti TVRI, Kompas TV, Metro TV SCTV dan TV one.

Pada tahun 2019, format debat cawapres pun juga tidak jauh berbeda dengan 5 kali pertemuan. Di mana dibagi menjadi Pada debat capres-cawapres 2019, terdapat dua kali debat khusus capres, satu kali debat khusus cawapres, dan 2 kali debat dengan komposisi bersamaan capres-cawapres. Uniknya pada tahun tahun tersebut, menggunakan format yang baru berupa pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup.

Tema yang ditawarkan pun semakin terperinci seperti Debat pertama tentang Hukum, HAM, korupsi dan terorisme. Debat kedua tentang energi dan pangan, SDA dan lingkungan hidup, dan infrastruktur. Debat ketiga tentang pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan serta sosial dan kebudayaan. Debat keempat tentang ideologi, pemerintahan, pertahanan dan keamanan serta hubungan internasional. Debat kelima tentang ekonomi dan kesejahteraan sosial, keuangan dan investasi serta perdagangan dan industri.

Tibalah debat yang sedang bergulir di tahun 2024 dengan format yang tidak jauh berbeda sebelumnya. Debat dengan 5 kali pertemuan yang memiliki tema yang lebih komprehensif. Tema besar pada putaran pertama berkaitan dengan HAM, KPK, demokrasi. Putaran kedua, pertahan, geopolitik serta hubungan internasional. Putaran ketiga, ekonomi rakyat serta peranan investasi. Putaran keempat, energi yang berkaitan pemanfaatan sumber daya alam. Putaran kelima, peningkatan pelayanan publik, pendidikan kesehatan serta teknologi informasi.

Ide Penawaran
Debat tidak pada berhenti adu gagasan atau ide dalam memperbaiki nasib bangsa. Namun punya esensi yang kuat bagaimana penawaran yang disisipkan lewat debat mampu menarik perhatian para relawan dan publik. Melihat cara penyampaiannya seakan memberi kepastian akan perubahan. Penawaran-penawaran melalui pertanyaan dari panelis menjadi bahan untuk memaparkan maksud dia untuk dipilih.

Penawaran-penawaran yang disampaikan di hadapan para tim kemenangan yang disaksikan melalui tv nasional menjadi penawaran yang seakan-akan menjanjikan. Sebagai hemat penulis dalam melihat penawaran capres-cawapres perlu diimbangi melalui melihat argumentasi berbasis data setiap perihal yang disampaikan. Banyak argumentasi yang jika didengar seakan-akan ilmiah namun ternyata hanya sebagai asumsi yang diangankan. Inilah pentingnya melihat jejak digital keberhasilan yang pernah dicapainya.

Ketiga paslon masing-masing pernah memiliki pengalaman memimpin tingkat daerah maupun tingkat kementerian. Pengalaman tersebut menjadi modal menaklukkan kata-kata dialektika saat berdebat. Maka tidak mengherankan penawaran menjadi hal yang spesial dan hadiah ketika terpilih saat pemungutan suara. Kata-kata yang menghanyutkan sebuah harapan yang diberikan kepada pendengar menjadi bagian dari dialektika debat untuk menyaingi pasangan calon capres dan cawapres yang lainnya.

Setiap esensi-esensi yang disampaikan dalam usaha merubah nasib bangsa Indonesia menjadi visi misi utama yang dikembangkannya. Keseriusan melalui gestur tubuh menggambarkan bahwa gagasannya mampu mengubah arus nasib bangsa ini. Menampakkan keseriusan dalam memberikan sebuah solusi menjadi titik fokus pasangan calon capres-cawapres. Menimbang dan memperhatikan perihal program serta visi misi untuk melihat tingkat keseriusan tanpa melupakan pengawasan dari masyarakat itu sendiri.

Kepentingan Debat
Penting tidak penting terletak memaknai sebuah debat capres-cawapres itu sendiri. Dengan demikian, debat menjadi salah satu menjawab sikap capres-cawapres dalam menjawab keseriusan yang melanda bangsa Indonesia. Dimana perhatian sebagai bentuk unsur yang harus ditindaklanjuti. Dari jawaban dan tanggapan setiap sesi debat masyarakat dapat menilai yang layak untuk dipilih menjadi pemimpin.

Sudah banyak catatan debat dalam perguliran pemilihan umum yang diadakan setiap penyelenggaraannya. Namun sebatas formalitas untuk mendapatkan suara rakyat tanpa sedikit kesadaran menyelesaikan janji-janji yang telah diumbar dengan penuh keseriusan. Harapan selalu berdatangan di wajah rakyat yang kemudian dibalas oleh wajah visi misi dan program unggulan yang sering tinggal cerita.

Kegentingan nasib bangsa dimana sering disetir oleh calon presidennya. Demokrasi ada namun, sebatas suara-suara beterbangan. Penulis ingin berpendapat melalui tulisan ini bahwa, penawaran program melalui publik speaking yang lihai diluapkan melalui tayangan debat capres-cawapres harus kita nilai secara bijak yang sejalan dengan kepentingan masyarakat serta keutuhan bangsa kita dalam menghadapi ancaman arus globalisasi.

————- *** —————

Tags: