Desa Tlogosari, Situbondo Raih Penghargaan Destana Pratama dari Gubernur Jatim

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa didampingi Wagub Emil Elestiano Dardak saat menyerahkan penghargaan Destana yang diterima Sekda Situbondo Syaifullah. [sawawi]

Miliki Kemampuan Mandiri dan Pandai Adaptasi Hadapi Potensi Ancaman Bencana
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Satu lagi penghargaan bergengsi diterima Kabupaten Situbondo dari Pemprov Jatim. Kali ini, daerah yang kini di pimpin Dadang Wigiarto ini berhasil meraih penghargaan Destana (Desa Tangguh Bencana) Pratama, karena Situbondo dinilai memiliki kemampuan secara mandiri serta mampu beradaptasi, menghadapi setiap ada potensi ancaman bencana. Pengghargaan membanggakan itu diterima Bupati Situbondo Dadang Wigiarto dengan diwakili Sekda Syaifullah.
Penghargaan Destana ini disambut gembira oleh Pemkab Situbondo. Mulai dari Bupati Situbondo Dadang Wigiarto bersama jajaran Forkopimda ikut suka cita. Penghargaan ini dianggap sebagai pelapas dahaga dan penyuntik kebahagiaan ditengah upaya pencegahan sebaran virus corona di Kota Santri. “Ini patut kita sambut gembira. Kita juga sangat mengapresiasi kerja keras semua elemen yang telah mendukung tercapainya penghargaan ini.” tegas Bupati Situbondo Dadang Wigiarto.
Penghargaan ini diserahkan kepada Sekda Syaifullah, lanjut Bupati Dadang, saat bertepatan dengan puncak peringatan Hari Jadi Pemprov Jatim ke-75 di Gedung Negara Grahadi Surabaya. “Ya, penghargaan Destana ini diterima Sekda Syaifullah tepatnya 12 oktober 2020 lalu oleh Gubenur Jawa Timur. Penghargaan ini khusus diberikan kepada Desa Tlogosari, Kecamatan Sumbermalang, Kabupaten Situbondo sebagai desa tangguh bencana. Desa ini dinilai memiliki kemampuan mandiri serta mampu beradaptasi menghadapi potensi ancaman bencana,” jelas Bupati Dadang.
Sekda Syaifullah menimpali, dirinya menerima penghargaan Destana Pratama mewakili Bupati Situbondo Dadang Wigiarta yang kala itu berbarengan dengan sebuah acara yang tidak bisa diwakilkan. “Penghargaan Destana ini diberikan kepada Desa Tlogosari oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawangsa kepada Bupati Situbondo. Memang benar saya yang mewakili di gedung Grahadi Surabaya,” jelas mantan Kepala Bappeda Kabupaten Situbondo itu.
Terpisah Kepala BPBD Kabupaten Situbondo Priyo Andoko melalui Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Gatot Trikorawan mengaku bersyukur karena Desa Tlogosari Kecamatan Sumbermalang masuk sebagai Desa terbaik Tangguh Bencana Katagori Pratama tingkat Provinsi Jatim.
“Prestasi ini patut kita syukuri karena salah satu desa di Kabupaten Situbondo berhasil meraih penghargaan Desa Tangguh Bencana. Ini sebuah desa yang memiliki perhatian tinggi untuk meningkatkan pengetahuan dan penanganan penangulangan bencana secara mandiri bagi setiap warga,” jelas Gatot.
Lebih jauh Gatot menegaskan, pada tahun 2020 ini sebanarnya ada dua desa yang mengikuti pelatihan dari BPBD kabupaten Situbondo yaitu Desa Tlogosari Kecamatan Sumbermalang dan Desa Sumber Kolak Kecamatan Panarukan dengan anggaran dari APBD Provinsi Jatim. “Ya benar kami memang membina dua Desa. Tetapi yang berhasil lolos hanya Desa Tlogosari Kecamatan Sumbermalang,” ulas mantan Kabid Pengembengan dan Mutasi (Bangsi) BKD Kabupaten Situbondo itu.
Maksud dari pembinaan itu, lanjut Gatot, agar kedepan bisa masuk menjadi Desa Tangguh Bencana. Sedangkan pada tahun 2019 lalu, lanjut Gatot, ada beberapa desa yang ikut pembinaan diantaranya Desa Sumber, Semiring, Klatakan, Baderan dan Kalianget. “Kami ikut bersyukur berkat adanya partisipasi warga yang baik mereka yang ikut terlibat dalam pelatihan kini ada yang sukses menjadi Desa Tangguh Bencana,” aku Gatot.
Gatot menambahkan, Desa Tlogosari yang terletak di atas pegunungan memiliki potensi bencana longsor yang besar. Sehingga perlu dibentuk lembaga dan regulasi kesiapsiagaan dalam mengantisipasi resiko dan penanganan bencana. Antara lain, beber Gatot, dibentuknya relawan bencana yang terdiri dari warga setempat serta Forum Pengurangan Risiko Bencana yang beranggotakan tokoh masyarakat. “Tentu melalui sebuah perencanaan dan tata tertib serta adanya anggaran secara mandiri oleh desa,” tutur Gatot.
Gatot menerangkan, untuk menghadapi sebuah potensi ancaman bencana yang kadang kala tidak bisa ditebak harus tetap mengedepankan sebuah kearifan lokal. Sehingga, sebut mantan Sekretaris Kecamatan Kendit itu, dengan sendirinya nanti akan muncul manfaat dari kearifan lokal tersebut. “Ini sebagai bagian dari proses mitigasi bencana,” pungkasnya. [sawawi]

Tags: