Dua Calon Dukun Pandita Bakal Jalani Mulunen dan Dikukuhkan

AKBP Teuku Arsya Khadafi dikukuhkan sebagai warga kehormatan sesepuh suku tengger bersama gubernur Khofifah. [wiwit agus pribadi]

AKBP Teuku Arsya Khadafi Dikukuhkan sebagai Warga Kehormatan Suku Tengger
Probolinggo, Bhirawa
Dua orang warga Hindu Tengger yang berada di kawasan Gunung Bromo mengikuti ujian calon Dukun Pandita atau Mulunen. Prosesi Mulunen ini akan dilakukan pada puncak ritual Yadnya Kasada tahun 1944 Saka pada Kamis (16/6) dini hari sekitar pukul 03.30 WIB. Setelah dinyatakan lulus maka dikukuhkan sebagai dukun Pandita.
Kedua warga Hindu Tengger ini berasal dari Desa Kedasih, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo dan Desa Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang.
Menurut Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Probolinggo Bambang Suprapto, dua calon Dukun Pandita ini merupakan dukun baru dan bukan pengganti dukun sebelumnya.
“Yang dari Desa Kedasih ini memang menambah Dukun Pandita baru. Sementara Desa Gubukklakah memang Dukun Panditanya baru satu. Jadi jumlah dukun di setiap desa itu tergantung dari kebutuhannya,” katanya.
Bambang menjelaskan, untuk mengikuti prosesi Mulunen ini, warga Hindu Tengger harus memenuhi syarat administrasi dan lulus mantra Mulunen 100%. Untuk administrasi ini meliputi beragama Hindu, tidak cacat jasmani dan rohani, berkelakuan baik, memiliki ijazah setidak – tidaknya berpendidikan SLTP. Jika tidak maka bisa menyesuaikan serta membawa surat pengantar dari kepala desa.
“Kalau mantra Mulunen tidak hafal 100% maka masih bisa diulang sekali lagi. Kalau sudah dua kali tetap masih gagal, maka dinyatakan tidak lulus dan bisa mengikuti tahun depannya. Mulunen atau Wisuda Samkara merupakan prosesi upacara ujian sekaligus pengukuhan Dukun Pandita baru. Pengujinya Ketua Paruman Dukun Tengger Sutomo. Mulunen ini masuk dalam rangkaian ritual Yadnya Kasada. Tahapannya meliputi pembacaan Sejarah Kasada, Puja Stuti Dukun Pandhita, Mulunen/Pengukuhan Dukun Pandita Baru, Mekakat atau upacara penutup serta korban suci/Nglabuh ke kawah Gunung Bromo,” papar Bambang.
Bambang juga menerangkan, Mulunen ini belum tentu ada setiap tahun, karena tergantung desa ada yang kosong atau membutuhkan tambahan Dukun Pandita baru. Saat ini statusnya masih calon, kalau sudah dinyatakan lulus Mulunen baru bisa menjadi Dukun Pandita. Jika sudah lulus, nanti akan mendapatkan SK dan sertifikat yang dikeluarkan Paruman Dukun Pandita Tengger.
Bila sudah lulus menjadi Dukun Pandita maka tidak boleh menyimpang dari ajaran agama Hindu, menjaga etika dan adat istiadat serta tidak melanggar hukum nasional. Misalnya tersangkut kasus kriminal dan lain sebagainya.
“Tetapi namanya juga manusia, kalau misalnya tersandung kasus kriminal, maka SK-nya akan dicabut dan tidak bisa menjadi Dukun Pandita lagi. Jadi kalau lulus, harus benar – benar menjalankan tugasnya sebagai Dukun Pandita,” ujarnya.
Bambang menegaskan, status Dukun Pandita ini bisa berlaku seumur hidup. Namun tidak berlaku lagi apabila yang bersangkutan mengundurkan diri atau meninggal dunia. Mengundurkan diri ini alasannya beragam dan tergantung dari yang bersangkutan. Salah satunya sudah merasa tidak mampu menjadi seorang Dukun Pandita.
Bambang berpesan, sama dengan tahun sebelumnya, perayaan Yadnya Kasada tahun ini hanya khusus untuk warga Tengger. Diharapkan, ritual Yadnya Kasada bisa lebih khidmat. Untuk warga dari luar Tengger, tidak boleh masuk ke lautan pasir Bromo. Karena Yadnya Kasada tahun ini khusus untuk warga Tengger.
Sebelumnya Kapolres Probolinggo, AKBP Teuku Arsya Khadafi, dikukuhkan sebagai warga kehormatan sesepuh Suku Tengger di Pendapa Agung, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, pada, Rabu (15/6) malam. Pengukuhan ini diberikan saat kegiatan Resepsi Yadnya Kasada Kabupaten Probolinggo tahun 2022.
Selain Kapolres Probolinggo, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, Kajati Jatim, Mia Amiati, dan Forkopimda Probolinggo, juga turut dikukuhkan sebagai sesepuh suku Tengger. Sebelum acara pengukuhan, para pejabat terlebih dulu disuguhi tarian adat masyarakat Tengger Kidung Widodaren.
AKBP Teuku Arsya Khadafi menjelaskan, Hari Raya Yadnya Kasada Suku Tengger di Kawasan Gunung Bromo Tengger Semeru, merupakan perayaan hari besar dan upacara peribadatan bagi umat Hindu Tengger. ”Yadnya kasada yang sudah dilakukan sejak berabad – abad dan turun temurun ini sebagai warisan budaya peninggalan leluhur yang harus dijaga dengan baik,” katanya.
AKBP Teuku Arsya Khadafi mengatakan, kepolisian menjamin kenyamanan seluruh masyarakat Indonesia dalam menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan masing – masing, serta menjaga kearifan budaya lokal. ”Maka menjaga budaya berarti menjaga martabat bangsa karena budaya adalah bagian dari jati diri bangsa,” ucapnya. [wap.fen]

Tags: