Eks Pecandu Nafza Diberi Ketrampilan Membatik

Eks pecandu Nafza di wilayah Kec Krian, diberikan pelatihan menggambar batik. Agar mandiri dan tidak mengulang konsumsi Nafza. [alikus/bhirawa]

Sidoarjo, Bhirawa
Eks pecandu Napza atau Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Berbahaya Lainnya yang ada di Desa Barengkrajan dan Desa Terungwetan Kec Krian, diberi ketrampilan menggambar batik. Harapannya, mereka punya ketrampilan baru dan tidak lagi kembali menjadi pecandu Nafza.

Dinsos Kab Sidoarjo melatih eks pecandu Nafza itu, datanya diberikan oleh Badan Narkotika Nasional ( BNN) Kab Sidoarjo. Di Desa Barengkrajan ada 4 orang dan di Desa Terungwetan ada 16 orang.

“Mereka sudah selesai kita latih belum lama ini, selama 10 hari, mereka sangat semangat dan antusias,” kata Kasi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Dinsos Kab Sidoarjo, Dra. Sriasih, Jum at (27/11), akhir pekan lalu.

Motif ketrampilan membatik yang diberikan diantaranya, batik tulis, batik ikat dan batik lukis. Semuanya tingkat dasar. Instrukturnya dari Mojokerto.

Ada keinginan dari instruktur pembatik itu, untuk dikenalkan dengan pengusaha batik dari Kota Solo. Sehingga hasil produksi dari eks pecandu Nafza nantinya bisa dipasarkan .

“Kita juga ingin memasarkan hasil dari para eks pecandu Nafza ini lewat kegiatan pameran yang ada,” kata Sriasih.

Selama ini para eks pecandu Nafza yang diberi pelatihan tersebut, menurut Sriasih, memang masih termasuk pengangguran. Diharapkan, latihan menggambar batik itu akan bisa sebagai bekal mereka untuk mendapat pekerjaan atau berwirausaha.

Kegiatan sejenis ini, kata Sriasih, termasuk kali pertama dilakukan. BNN Sidoarjo yang mendampingi pelatihan ini sangat mengapresiasi sekali. Informasinya, pegawai BNNK Sidoarjo ada yang memesan produk batik hasil pelatihan tersebut.

Kegiatan seperti ini menurut Sriasih pada tahun 2021 mendatang sudah tidak ada lagi. Karena perencanaannya sudah ditutup. Kemungkinan bisa digelar kembali pada tahun 2022 mendatang.

Maka itu dirinya berharap apabila di desa-desa yang terdapat warganya yang eks pecandu Nafzanya, bisa ikut menyelenggarakan pelatihan sejenis dengan menggunakan APBDes nya.

“Kita harus kompak dalam menangani masalah seperti ini. Ini yang disebut bekerja secara sinergis. Karena dalam menangani masalah ini tidak bisa sendiri-sendiri, harus kompak,” ujarnya. (kus)

Tags: